Rupiah Balikkan Keadaan, IHSG Akhiri Sesi I di Zona Hijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 December 2018 12:12
Rupiah Balikkan Keadaan, IHSG Akhiri Sesi I di Zona Hijau
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah 0,11%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,33% per akhir sesi 1 ke level Rp 6.135,84.

Performa IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,44%, indeks Shanghai naik 0,08%, indeks Hang Seng naik 0,27%, indeks Strait Times naik 0,41%, dan indeks Kospi naik 0,26%.

Bursa saham Asia bersuka cita seiring dengan indikasi bahwa The Federal Reserve makin ragu-ragu dalam mengeksekusi rencana kenaikan suku bunga acuannya. Wall Street Journal melaporkan bahwa The Fed sedang mempertimbangkan untuk memberikan sinyal wait-and-see terkait kenaikan suku bunga acuan pada pertemuannya bulan ini, seperti dikutip dari CNBC International.

Laporan tersebut menyebut bahwa The Fed tidak tahu apa langkah mereka selanjutnya setelah pertemuan bulan ini.

Lantas, hal ini semacam memberikan konfirmasi bahwa stance dari The Fed sudah mengarah ke hawkish. Sebelumnya, pernyataan yang mengindikasikan hal tersebut sempat dilontarkan oleh sang gubernur, Jerome Powell, serta wakilnya, Richard Clarida.

Apalagi, data-data ekonomi di AS juga mengonfirmasi bahwa tekanan sedang menerpa perekonomian AS. Dari sejumlah data ekonomi AS yang dirilis kemarin, nyaris semuanya meleset dari ekspektasi pasar.

Penciptaan lapangan kerja non-pertanian di AS versi ADP diumumkan hanya sebanyak 179.000 pada bulan November, jauh di bawah konsensus Reuters yang sebanyak 195.000. Jumlah itu juga jatuh dari capaian bulan sebelumnya sebesar 225.000.

Masih dari data tenaga kerja, jumlah warga AS yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran turun 4.000 orang menjadi 231.000 orang di sepanjang pekan lalu. Meski mencatat penurunan, tapi jumlahnya masih lebih rendah dibandingkan konsensus Reuters yang meramalkan penurunan ke angka 225.000 orang.

Dari data lainnya, jumlah barang modal yang dipesan sektor industri di AS juga mengalami kontraksi 2,1% secara bulanan (month-to-month/MtM) pada Oktober, lebih besar dari kontraksi 1,9% yang diekspektasikan pasar. Angka itu juga melambat drastis dari capaian bulan September yang masih membukukan pertumbuhan 0,2%.

Belum diketatkan lebih lanjut saja, tekanan sudah menghampiri perekonomian AS. Untuk apa lagi melakukan normalisasi yang terlalu agresif? The Fed nampaknya mulai menyadari hal ini. Pada awalnya, IHSG tak bisa menguat seiring dengan rupiah yang tak bisa memanfaatkan momentum. Pada pagi hari tadi, rupiah melemah di pasar spot walaupun tipis saja yakni sebesar 0,07%. Namun seiring berjalannya waktu, rupiah bisa membalikkan keadaan. Hingga siang ini, rupiah menguat sebesar 0,45% ke level Rp 14.450/dolar AS.

Selain karena indikasi bahwa The Federal Reserve makin ragu-ragu dalam mengeksekusi rencana kenaikan suku bunga acuannya, performa rupiah juga tertolong oleh optimisme menjelang rilis data cadangan devisa per akhir November 2018.

Melansir Trading Economics, data ini dijadwalkan diumumkan pada pukul 17:00 WIB.

Ada optimisme bahwa cadangan devisa Indonesia akan naik, seiring dengan pesatnya penguatan rupiah sepanjang bulan lalu. Sepanjang November, rupiah menguat hingga 5,92%.

Kencangnya aliran modal asing di pasar modal tanah air menjadi salah satu motor penguatan rupiah. Pada periode 29 Oktober-30 November, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 11,25 triliun di pasar saham Indonesia.

Sementara di pasar obligasi, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 36,27 triliun sepanjang bulan lalu. Dari 9 sektor penghuni IHSG, penguatan terbesar dibukukan oleh sektor properti, real estate & konstruksi bangunan ( 1,73%).

Penguatan sektor ini terjadi seiring dengan aksi beli yang begitu kencang atas saham-saham emiten properti: PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) naik 4,27%, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) naik 3,61%, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) naik 3,41%, dan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) naik 1,27%.

Dalam beberapa hari terakhir, indeks sektor properti, real estate & konstruksi bangunan terus tertekan. Tekanan ini datang seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dalam 3 hari perdagangan terakhir (4-6 Desember 2018), rupiah melemah sebesar 1,97% melawan dolar AS di pasar spot.

Pelemahan rupiah tentu menjadi kabar buruk bagi saham-saham emiten properti, seiring dengan eksposur mereka yang cukup besar terhadap dolar AS.

Penguatan rupiah yang terjadi hari ini lantas membuat kekhawatiran pelaku pasar mereda. Emiten-emiten properti untuk sementara waktu tak perlu menghadapi tekanan keuangan yang datang dari pelemahan rupiah. Rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terbukti membawa berkah bagi pasar saham tanah air. Kemarin (6/12/2018), BI merilis IKK periode November 2018 di level 122,7, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 119,2.

IKK di bulan lalu mampu pulih dari catatan buruk di bulan sebelumnya. Sebagai informasi, IKK di bulan Oktober 2018 merupakan yang terendah dalam 20 bulan terakhir atau sejak Februari 2017.

"Persepsi konsumen yang membaik dipengaruhi oleh persepsi terhadap perbaikan ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan yang diterima. Konsumen memperkirakan perbaikan ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan tersebut akan berlanjut, sehingga mendukung penguatan ekspektasi ekonomi ke depan, tulis BI di laporannya.

Selain alasan yang diungkapkan BI, momen hari raya natal dan liburan tahun baru yang akan tiba pada akhir bulan Desember memang cenderung mendorong konsumsi masyarakat lebih besar. Hal ini nampaknya menyokong naiknya IKK pada bulan lalu.

Aksi beli investor pun terjadi atas saham-saham barang konsumsi: PT Gudang Garam Tbk (GGRM) naik 2,85%, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) naik 1,89%, PT Indofarma Tbk (INAF) naik 1,5%, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) naik 1,21%, dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) naik 0,4%.

Sektor barang konsumsi menguat sebesar 0,93%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.

TIM RISET CNBC INDONESIA 
(ank/ank) Next Article Ikut Melemah, Rupiah Tembus 14.500 Per Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular