Mohon Maaf, Rupiah Masih Terburuk di Asia Sampai Siang Ini

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 December 2018 13:38
AS Akan Resesi, Investor Ogah Peluk Mata Uang Asia
Foto: Seorang karyawan menghitung uang kertas dolar AS di kantor penukaran mata uang di Jakarta, Indonesia 23 Oktober 2018. Gambar diambil 23 Oktober 2018. REUTERS / Beawiharta
Investor ogah untuk memeluk mata uang negara-negara Asia seiring dengan dengan pasar obligasi AS yang masih mengindikasikan datangnya resesi. Pada perdagangan hari ini, yield obligasi tenor 2 (2,7702%) dan 3 tahun (2,8133%) masih lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun (2,7533%).

Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi yield curve inversion pada obligasi tenor 2-5 tahun dan 3-5 tahun.

Inversi di pasar obligasi AS terjadi bukan karena pelaku pasar melepas instrumen obligasi. Terhitung sejak perdagangan tanggal 4 Desember 2018, imbal hasil obligasi AS tenor 2,3, dan 5 tahun terus membukukan penurunan. Namun, penurunan pada tenor 5 tahun jauh lebih kencang, menandakan tekanan beli yang lebih kuat pada seri tersebut.

Keputusan pelaku pasar untuk memburu obligasi tenor 5 tahun mungkin ada hubungannya dengan hubungan dagang AS-China yang saat ini penuh dengan ketidakpastian. Seiring berjalannya waktu, terungkap bahwa ternyata pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Xi Jingping di Buenos Aires pada akhir pekan lalu menyisakan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

Masing-masing negara memiliki pernyataan versinya sendiri yang menempatnya dirinya sebagai ‘pemenang’ dalam perundingan di sela-sela KTT G-20. Seperti dilansir dari Washington Post yang mengutip publikasi dari Bloomberg, pernyataan resmi dari masing-masing negara menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.

Perbedaan tersebut meliputi tenggat waktu 90 hari untuk menyelesaikan konflik dagang serta klaim dari Trump yang menyatakan bahwa China akan meningkatkan pembelian produk-produk agrikultur dari AS secepatnya.

Pernyataan dari kubu AS juga menyinggung bahwa merger antara Qualcomm dan NXP bisa kembali dipertimbangkan oleh Presiden Xi setelah sempat diblok beberapa waktu yang lalu. Tak ada konfirmasi mengenai hal ini dari kubu China.

Bahkan, pejabat pemerintahan China dilaporkan “bingung dan jengkel” dengan kelakuan pejabat pemerintahan AS, Washington Post melaporkan dengan mengutip mantan pejabat pemerintahan AS yang berkomunikasi dengan pejabat pemerintahan China.

“Anda tak (seharusnya) melakukan ini kepada China. Anda (seharusnya) tak mengumumkan dengan penuh kemenangan konsesi yang diberikan mereka di hadapan publik. Itu merupakan sebuah kegilaan,” kata pejabat tersebut.

Dengan ketidakpastian besar terkait dengan hubungan dagang AS-China, obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 5 tahun ke depan menjadi lebih menarik. Pasalnya, dalam jangka waktu dekat (1-3 tahun) bisa terjadi kontraksi yang signifikan dalam perekonomian AS. (ank/hps)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular