Jatuh 0,53%, Performa IHSG Tetap yang Terbaik di Asia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 December 2018 12:44
Jatuh 0,53%, Performa IHSG Tetap yang Terbaik di Asia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah 0,62% ke level 6.095,01, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat meluncur turun ke titik terendahnya di level 6.086.13 (-0,77%). Per akhir sesi 1, IHSG melemah 0,53% ke level 6.100,91.

Seluruh indeks saham kawasan Asia kompak melemah hingga tengah hari. Namun, pelemahan IHSG menjadi yang paling tipis. IHSG lantas menjadi indeks saham dengan performa terbaik di kawasan.



Pelaku pasar terus saja didorong untuk meninggalkan instrumen berisiko seperti saham seiring dengan pasar obligasi AS yang masih mengindikasikan terjadinya resesi.

Pada perdagangan hari ini, yield obligasi tenor 2 (2,7784%) dan 3 tahun (2,8133%) masih lebih tinggi dibandingkan tenor 5 tahun (2,7583%).

Hal ini merupakan indikasi awal dari datangnya resesi di negara dengan perekonomian terbesar dunia tersebut. Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi yield curve inversion pada obligasi tenor 2-5 tahun dan 3-5 tahun.
Inversi di pasar obligasi AS terjadi bukan karena pelaku pasar melepas instrumen obligasi. Terhitung sejak perdagangan tanggal 4 Desember 2018, imbal hasil obligasi AS tenor 2,3, dan 5 tahun terus membukukan penurunan. Namun, penurunan pada tenor 5 tahun jauh lebih kencang, menandakan tekanan beli yang lebih kuat pada seri tersebut.

Keputusan pelaku pasar untuk memburu obligasi tenor 5 tahun mungkin ada hubungannya dengan hubungan dagang AS-China yang saat ini penuh dengan ketidakpastian. Seiring berjalannya waktu, terungkap bahwa ternyata pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Xi Jingping di Buenos Aires pada akhir pekan lalu menyisakan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

Masing-masing negara memiliki pernyataan versinya sendiri yang menempatnya dirinya sebagai ‘pemenang’ dalam perundingan di sela-sela KTT G-20. Seperti dilansir dari Washington Post yang mengutip publikasi dari Bloomberg, pernyataan resmi dari masing-masing negara menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.

Perbedaan tersebut meliputi tenggat waktu 90 hari untuk menyelesaikan konflik dagang serta klaim dari Trump yang menyatakan bahwa China akan meningkatkan pembelian produk-produk agrikultur dari AS secepatnya.

Pernyataan dari kubu AS juga menyinggung bahwa merger antara Qualcomm dan NXP bisa kembali dipertimbangkan oleh Presiden Xi setelah sempat diblok beberapa waktu yang lalu. Tak ada konfirmasi mengenai hal ini dari kubu China.

Bahkan, pejabat pemerintahan China dilaporkan “bingung dan jengkel” dengan kelakuan pejabat pemerintahan AS, Washington Post melaporkan dengan mengutip mantan pejabat pemerintahan AS yang berkomunikasi dengan pejabat pemerintahan China.

“Anda tak (seharusnya) melakukan ini kepada China. Anda (seharusnya) tak mengumumkan dengan penuh kemenangan konsesi yang diberikan mereka di hadapan publik. Itu merupakan sebuah kegilaan,” kata pejabat tersebut.

Dengan ketidakpastian besar terkait dengan hubungan dagang AS-China, obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 5 tahun ke depan menjadi lebih menarik. Pasalnya, dalam jangka waktu dekat (1-3 tahun) bisa terjadi kontraksi yang signifikan dalam perekonomian AS. Dari dalam negeri, pelaku pasar saham tanah air dibuat grogi dalam menantikan rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode November 2018. Melansir Trading Economics, data ini akan dipublikasikan pada pukul 16:00 WIB.

Rilis data ini menjadi penting guna mengetahui prospek dari konsumsi masyarakat Indonesia di sisa tahun ini. Untuk IKK periode Oktober 2018, angkanya diumumkan oleh Bank Indonesia (BI) di level 119,2, terendah dalam 20 bulan terakhir atau sejak Februari 2017.

Turunnya IKK bulan Oktober dipengaruhi oleh penurunan pada 2 komponen pembentuknya, yakni Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK). IKE turun menjadi 106,2, dari 110,2 pada bulan sebelumnya. Sementara itu, IEK turun menjadi 132,2, dari 134,5 pada bulan sebelumnya.

Jika IKK Indonesia kembali turun, maka konsumsi di sisa tahun ini bisa tertekan sehingga saham-saham yang erat kaitannya dengan konsumsi masyarakat bisa dilego investor.

Bermain aman, aksi jual sudah dilakukan sedari saat ini: indeks sektor barang konsumsi melemah sebesar 0,23%. Saham-saham barang konsumsi yang dilepas investor diantaranya: PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-0,93%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,57%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-0,54%), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk PT/ICBP (-0,51%).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular