
3 Hari Berturut-turut, Rupiah Jadi yang Terburuk di Asia!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 December 2018 09:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali menunjukkan performa yang mengecewakan. Pada pembukaan perdagangan di pasar spot hari ini, rupiah membukukan pelemahan sebesar 0,28% ke level Rp 14.430/dolar AS.
Pada pukul 08:31 WIB, pelemahan rupiah lantas bertambah parah. Rupiah terdepresiasi hingga 0,83% ke level Rp 14.510/dolar AS.
Sejatinya, hampir seluruh mata uang kawasan Asia melemah di hadapan greenback. Tapi, pelemahan rupiah menjadi yang terdalam. Lantas, sudah 3 hari berturut-turut rupiah menjadi yang terburuk di kawasan.
Dolar AS sebenarnya sedang berada dalam posisi yang kurang baik, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi sebesar 0,09%. Namun, hal ini tak mengindikasikan appetite investor yang sedang tinggi untuk mengoleksi instrumen berisiko seperti saham. Hingga berita ini diturunkan, bursa saham utama kawasan Asia justru ditransaksikan di zona merah.
Dolar AS terpukul lantaran investor banyak memburu yen untuk mengamankan dananya. Mata uang yen diburu seiring dengan penguatan dolar AS yang sudah cukup signifikan sepanjang tahun ini. Lebih lanjut, kinclongnya rilis data ekonomi di Jepang juga menambah daya tarik yen.
Beberapa hari yang lalu, angka final untuk data Nikkei Manufacturing PMI Jepang periode November 2018 diumumkan sebesar 52,2, mengalahkan konsensus yang sebesar 51,8, seperti dilansir dari Trading Economics.
Di kawasan Asia, nampaknya dolar AS tetap menjadi pilihan investor, terlepas dari posisinya yang sedang keok melawan yen.
(NEXT) Pelaku pasar dibuat bermain aman dengan memburu safe haven seperti dolar AS seiring dengan damai dagang AS-China yang ternyata menyisakan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.
Pernyataan resmi dari masing-masing negara pasca-pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Xi Jingping di Buenos Aires pada akhir pekan lalu menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, seperti dilansir dari Washington Post yang mengutip publikasi dari Bloomberg.
Perbedaan tersebut meliputi tenggat waktu 90 hari untuk menyelesaikan konflik dagang serta klaim dari Trump yang menyatakan bahwa China akan meningkatkan pembelian produk-produk agrikultur dari AS secepatnya.
Pernyataan dari kubu AS juga menyinggung bahwa merger antara Qualcomm dan NXP bisa kembali dipertimbangkan oleh Presiden Xi setelah sempat diblok beberapa waktu yang lalu. Tak ada konfirmasi mengenai hal ini dari kubu China.
Pelaku pasar lantas dibuat bingung. Masing-masing negara memiliki pernyataan versinya sendiri yang menempatnya dirinya sebagai ‘pemenang’ dalam perundingan di sela-sela KTT G-20.
Memang, dalam perundingan itu tak ada kesepakatan formal yang ditandatangani oleh Trump dan Xi. Damai dagang pun bisa sewaktu-waktu kembali berubah menjadi perang dagang yang tereskalasi.
Hal ini pun nampaknya sudah mulai menjadi kenyataan. Pejabat pemerintahan China dilaporkan “bingung dan jengkel” dengan kelakuan pejabat pemerintahan AS, Washington Post melaporkan dengan mengutip mantan pejabat pemerintahan AS yang berkomunikasi dengan pejabat pemerintahan China.
“Anda tak (seharusnya) melakukan ini kepada China. Anda (seharusnya) tak mengumumkan dengan penuh kemenangan konsesi yang diberikan mereka di hadapan publik. Itu merupakan sebuah kegilaan,” kata pejabat tersebut.
Dalam serangkaian cuitan di Twitter pada hari Selasa, Trump sudah mulai menebar ancaman bagi kubu China.
"Kami akan mencoba menyelesaikan (negosiasi). Namun jika tidak, ingat bahwa saya adalah manusia bea masuk (Tariff Man)!," cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump.
(NEXT) Namun, pelemahan rupiah tak 100% disebabkan oleh faktor eksternal. Ada faktor dari dalam negeri yang membuat investor enggan memegang rupiah, yakni rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode November 2018.
Melansir Trading Economics, data ini akan dipublikasikan pada pukul 16:00 WIB.
RIlis data ini menjadi penting guna mengetahui prospek dari konsumsi masyarakat Indonesia di sisa tahun ini. Untuk IKK periode Oktober 2018, angkanya diumumkan oleh Bank Indonesia (BI) di level 119,2, terendah dalam 20 bulan terakhir atau sejak Februari 2017. Turunnya IKK bulan Oktober dipengaruhi oleh penurunan pada 2 komponen pembentuknya, yakni Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK).
IKE turun menjadi 106,2, dari 110,2 pada bulan sebelumnya. Sementara itu, IEK turun menjadi 132,2, dari 134,5 pada bulan sebelumnya. Jika IKK Indonesia kembali turun, maka investor asing bisa gencar melepas saham-saham yang erat kaitannya dengan konsumsi masyarakat, sehingga rupiah akan tertekan.
Guna mengantisipasi hal tersebut, investor terlebih dulu melepas rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Pada pukul 08:31 WIB, pelemahan rupiah lantas bertambah parah. Rupiah terdepresiasi hingga 0,83% ke level Rp 14.510/dolar AS.
Sejatinya, hampir seluruh mata uang kawasan Asia melemah di hadapan greenback. Tapi, pelemahan rupiah menjadi yang terdalam. Lantas, sudah 3 hari berturut-turut rupiah menjadi yang terburuk di kawasan.
Dolar AS sebenarnya sedang berada dalam posisi yang kurang baik, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi sebesar 0,09%. Namun, hal ini tak mengindikasikan appetite investor yang sedang tinggi untuk mengoleksi instrumen berisiko seperti saham. Hingga berita ini diturunkan, bursa saham utama kawasan Asia justru ditransaksikan di zona merah.
Dolar AS terpukul lantaran investor banyak memburu yen untuk mengamankan dananya. Mata uang yen diburu seiring dengan penguatan dolar AS yang sudah cukup signifikan sepanjang tahun ini. Lebih lanjut, kinclongnya rilis data ekonomi di Jepang juga menambah daya tarik yen.
Beberapa hari yang lalu, angka final untuk data Nikkei Manufacturing PMI Jepang periode November 2018 diumumkan sebesar 52,2, mengalahkan konsensus yang sebesar 51,8, seperti dilansir dari Trading Economics.
Di kawasan Asia, nampaknya dolar AS tetap menjadi pilihan investor, terlepas dari posisinya yang sedang keok melawan yen.
(NEXT) Pelaku pasar dibuat bermain aman dengan memburu safe haven seperti dolar AS seiring dengan damai dagang AS-China yang ternyata menyisakan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.
Pernyataan resmi dari masing-masing negara pasca-pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Xi Jingping di Buenos Aires pada akhir pekan lalu menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, seperti dilansir dari Washington Post yang mengutip publikasi dari Bloomberg.
Perbedaan tersebut meliputi tenggat waktu 90 hari untuk menyelesaikan konflik dagang serta klaim dari Trump yang menyatakan bahwa China akan meningkatkan pembelian produk-produk agrikultur dari AS secepatnya.
Pernyataan dari kubu AS juga menyinggung bahwa merger antara Qualcomm dan NXP bisa kembali dipertimbangkan oleh Presiden Xi setelah sempat diblok beberapa waktu yang lalu. Tak ada konfirmasi mengenai hal ini dari kubu China.
Pelaku pasar lantas dibuat bingung. Masing-masing negara memiliki pernyataan versinya sendiri yang menempatnya dirinya sebagai ‘pemenang’ dalam perundingan di sela-sela KTT G-20.
Memang, dalam perundingan itu tak ada kesepakatan formal yang ditandatangani oleh Trump dan Xi. Damai dagang pun bisa sewaktu-waktu kembali berubah menjadi perang dagang yang tereskalasi.
Hal ini pun nampaknya sudah mulai menjadi kenyataan. Pejabat pemerintahan China dilaporkan “bingung dan jengkel” dengan kelakuan pejabat pemerintahan AS, Washington Post melaporkan dengan mengutip mantan pejabat pemerintahan AS yang berkomunikasi dengan pejabat pemerintahan China.
“Anda tak (seharusnya) melakukan ini kepada China. Anda (seharusnya) tak mengumumkan dengan penuh kemenangan konsesi yang diberikan mereka di hadapan publik. Itu merupakan sebuah kegilaan,” kata pejabat tersebut.
Dalam serangkaian cuitan di Twitter pada hari Selasa, Trump sudah mulai menebar ancaman bagi kubu China.
"Kami akan mencoba menyelesaikan (negosiasi). Namun jika tidak, ingat bahwa saya adalah manusia bea masuk (Tariff Man)!," cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump.
(NEXT) Namun, pelemahan rupiah tak 100% disebabkan oleh faktor eksternal. Ada faktor dari dalam negeri yang membuat investor enggan memegang rupiah, yakni rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode November 2018.
Melansir Trading Economics, data ini akan dipublikasikan pada pukul 16:00 WIB.
RIlis data ini menjadi penting guna mengetahui prospek dari konsumsi masyarakat Indonesia di sisa tahun ini. Untuk IKK periode Oktober 2018, angkanya diumumkan oleh Bank Indonesia (BI) di level 119,2, terendah dalam 20 bulan terakhir atau sejak Februari 2017. Turunnya IKK bulan Oktober dipengaruhi oleh penurunan pada 2 komponen pembentuknya, yakni Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK).
IKE turun menjadi 106,2, dari 110,2 pada bulan sebelumnya. Sementara itu, IEK turun menjadi 132,2, dari 134,5 pada bulan sebelumnya. Jika IKK Indonesia kembali turun, maka investor asing bisa gencar melepas saham-saham yang erat kaitannya dengan konsumsi masyarakat, sehingga rupiah akan tertekan.
Guna mengantisipasi hal tersebut, investor terlebih dulu melepas rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular