Analisis Teknikal

Global Bergejolak, Sesi II IHSG Masih Dihantui Koreksi

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
05 December 2018 12:54
Kekhawatiran seputar perang dagang AS-Cina yang belum memunculkan kejelasan menambah kegelisahan di Wall Street.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
JakartaCNBC Indonesia -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I melemah 0,46% ke level 6.123. Pelemahan indeks lebih disebabkan sentimen negatif dari global.

Kekhawatiran seputar perang dagang AS-Cina yang belum memunculkan kejelasan menambah kegelisahan di Wall Street. Ditambah kekhawatiran Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS berjangka tiga tahun yang melampaui lima tahun.

Yield bertenor pendek yang lebih tinggi dibandingkan tenor panjang sering disebut inverted. Inverted yield menjadi indikator akan adanya tekanan yang besar di pasar keuangan.

Bursa Wall Street pun kembali berguguran dan menebarkan aura negatif ke belahan dunia lainnya. Dow Jones merosot 3,1%, S&P 500 anjlok 3,24%, dan Nasdaq Composite terpental 3,8%.

Akibatnya, investor asing melakukan aksi jual saham yang dimiliki. Hingga penutupan sesi I, Asing tercatat melakukan aksi jual (net sell) senilai Rp  288 miliar di semua pasar.

Sektor yang paling terkena dampak dari sentimen negatif tersebut adalah finansial. Indeks sektor keuangan siang ini terpantau terkoreksi 0,87% dan memberikan 16 poin pelemahan bagi IHSG.

Secara tahun berjalan indeks sektor keuangan mengalami penguatan 3,9%, lebih prima dibandingkan dengan IHSG yang masih terkoreksi 3,19%.

Lalu, kemana arah IHSG pada sesi dua akan bergerak? Tim Riset CNBC Indonesia melakukan analisis secara teknikal dengan hasil sebagai berikut:
Ekonomi Global Bergejolak, IHSG Sesi II Dihantui KoreksiSumber: Revinitif

Secara teknikal, IHSG dihantui potensi koreksi pada hari ini. Mengacu kepada indikator teknikal stochastic slow, indeks saham gabungan berada pada posisi jenuh beli (overbought), artinya dianggap terlalu tinggi.

IHSG membentuk pola grafik hanging man. Pola tersebut menggambarkan potensi koreksi atau aksi ambil untung sementara.

Berdasarkan indikator teknikal rerata pergerakan harga (moving average/MA), indeks bergerak tipis di atas rerata garis harganya selama lima hari (MA5), hal ini menimbulkan asumsi bahwa indeks gabungan masih rawan akan koreksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA


(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular