
Senasib Dengan Bursa Asia, Profit Taking Melanda Wall Street
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 December 2018 20:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka melemah pada perdagangan hari ini: kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 101 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan turun masing-masing sebesar 9 dan 41 poin.
Senasib dengan bursa saham Asia, Wall Street akan ikut terkena aksi ambil untung. Pasalnya, penguatan yang kemarin (3/12/2014) dibukukan sudah cukup signifikan: indeks Dow Jones naik 1,13%, S&P 500 naik 1,1%, dan Nasdaq naik 1,5%.
Kemarin, Wall Street dibuat melesat seiring dengan kesepakatan yang dicapai oleh Presiden AS Donald Trump kala melakukan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G-20 pada akhir pekan lalu. Dalam pertemuan tersebut, keduanya sepakat untuk melakukan gencatan senjata dalam sengketa perdagangan selama 90 hari.
Pernyataan tertulis Gedung Putih menyebutkan, AS batal menaikkan bea masuk dari 10% menjadi 25% untuk importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar. Sedianya, kenaikan bea masuk ini akan mulai berlaku mulai 1 Januari 2019. Sementara itu, China sepakat untuk lebih banyak membeli produk-produk dari AS mulai dari hasil agrikultur, energi, manufaktur, dan sebagainya.
Washington dan Beijing juga sepakat untuk bernegosiasi seputar transfer teknologi, hak atas kekayaan intelektual, hambatan non-tarif, pencurian siber, dan pertanian. Apabila tidak ada perkembangan yang memuaskan selama 90 hari, maka kedua pihak sepakat bea masuk bagi produk China ke AS akan naik menjadi 25%.
Sejatinya, perkembangan hubungan antara AS dengan China di bidang perdagangan masih positif. Mengutip Reuters, China bersedia meningkatkan impor produk-produk asal AS senilai US$ 1,2 triliun. Tidak hanya itu, China (seperti yang sudah disebutkan oleh Presiden AS Donald Trump sebelumnya) juga akan menghapus bea masuk untuk impor mobil dan hambatan non-tarif.
"Kami ingin tarif bea masuk (otomotif) turun ke 0%. Saya bisa katakan bahwa Presiden Xi tidak pernah begitu terlibat, dan kata yang mereka sebutkan adalah 'secepatnya'," tegas Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow, dikutip dari Reuters.
Dari rilis data ekonomi, sentimen positif juga datang. Kemarin, ISM Manufacturing PMI periode November 2018 diumumkan di level 59,3, mengalahkan konsensus yang sebesar 57,5, seperti dilansir dari Forex Factory.
Namun apa mau dikata, pelaku pasar tetap lebih memilih untuk mencairkan keuntungan yang sudah didapatkan pada perdagangan kemarin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Perlambatan Ekonomi Kian Terasa, Wall Street akan Terkoreksi
Senasib dengan bursa saham Asia, Wall Street akan ikut terkena aksi ambil untung. Pasalnya, penguatan yang kemarin (3/12/2014) dibukukan sudah cukup signifikan: indeks Dow Jones naik 1,13%, S&P 500 naik 1,1%, dan Nasdaq naik 1,5%.
Kemarin, Wall Street dibuat melesat seiring dengan kesepakatan yang dicapai oleh Presiden AS Donald Trump kala melakukan pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G-20 pada akhir pekan lalu. Dalam pertemuan tersebut, keduanya sepakat untuk melakukan gencatan senjata dalam sengketa perdagangan selama 90 hari.
Washington dan Beijing juga sepakat untuk bernegosiasi seputar transfer teknologi, hak atas kekayaan intelektual, hambatan non-tarif, pencurian siber, dan pertanian. Apabila tidak ada perkembangan yang memuaskan selama 90 hari, maka kedua pihak sepakat bea masuk bagi produk China ke AS akan naik menjadi 25%.
Sejatinya, perkembangan hubungan antara AS dengan China di bidang perdagangan masih positif. Mengutip Reuters, China bersedia meningkatkan impor produk-produk asal AS senilai US$ 1,2 triliun. Tidak hanya itu, China (seperti yang sudah disebutkan oleh Presiden AS Donald Trump sebelumnya) juga akan menghapus bea masuk untuk impor mobil dan hambatan non-tarif.
"Kami ingin tarif bea masuk (otomotif) turun ke 0%. Saya bisa katakan bahwa Presiden Xi tidak pernah begitu terlibat, dan kata yang mereka sebutkan adalah 'secepatnya'," tegas Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow, dikutip dari Reuters.
Dari rilis data ekonomi, sentimen positif juga datang. Kemarin, ISM Manufacturing PMI periode November 2018 diumumkan di level 59,3, mengalahkan konsensus yang sebesar 57,5, seperti dilansir dari Forex Factory.
Namun apa mau dikata, pelaku pasar tetap lebih memilih untuk mencairkan keuntungan yang sudah didapatkan pada perdagangan kemarin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Perlambatan Ekonomi Kian Terasa, Wall Street akan Terkoreksi
Most Popular