Hanya Naik 0,57%, IHSG Runner-Up di Asia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 December 2018 16:54
Hanya Naik 0,57%, IHSG Runner-Up di Asia
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat tipis 0,01%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memperlebar penguatannya menjadi 0,57% ke level 6.152,86 pada akhir sesi 2.

Walaupun tak besar, penguatan tersebut berhasil menjadikan IHSG sebagai indeks saham dengan performa terbaik ke-2 di kawasan Asia.



Perdagangan berlangsung luar biasa ramai dengan nilai transaksi mencapai Rp 10,9 triliun. Volume perdagangan adalah 12,6 miliar unit saham dan frekuensi perdagangan adalah 475.850 kali.

Bursa saham regional terkena aksi ambil untung. Pasalnya pada perdagangan kemarin (3/12/2018), penguatan yang dibukukan sangatlah signifikan: indeks Nikkei naik 1%, indeks Shanghai meroket 2,57%, indeks Hang Seng melesat 2,55%, indeks Straits Times menguat 2,34%, dan indeks Kospi naik 1,67%.

Sejatinya, sentimen pada hari ini cukup kondusif bagi investor untuk terus melakukan aksi beli di pasar saham Asia, seiring dengan hubungan AS-China yang kian mesra. Mengutip Reuters, China bersedia meningkatkan impor produk-produk asal AS senilai US$ 1,2 triliun. Tidak hanya itu, China (seperti yang sudah disebutkan oleh Presiden AS Donald Trump sebelumnya) juga akan menghapus bea masuk untuk impor mobil dan hambatan non-tarif.

"Kami ingin tarif bea masuk (otomotif) turun ke 0%. Saya bisa katakan bahwa Presiden Xi tidak pernah begitu terlibat, dan kata yang mereka sebutkan adalah 'secepatnya'," tegas Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow, dikutip dari Reuters.

Washington pun semakin optimistis bahwa China mampu lebih membuka perekonomian mereka. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan bahwa Presiden China Xi Jinping menunjukkan komitmen tersebut kala berbincang dengan Trump di Buenos Aires.

"Sepertinya ini adalah kali pertama kami merasakan adanya komitmen. Tampaknya ini akan menjadi kesepakatan yang sesungguhnya," ujar Mnuchin, mengutip Reuters.

Lebih lanjut, rilis data ekonomi di kawasan Asia juga mendukung bagi investor untuk melakukan aksi beli. Kemarin, angka final untuk Nikkei Manufacturing PMI Jepang periode November 2018 diumumkan di level 52,2, mengalahkan konsensus yang sebesar 51,8, seperti dilansir dari Trading Economics.

Kemudian, Caixin Manufacturing PMI China periode November 2018 diumumkan sebesar 50,2, lebih tinggi ketimbang konsensus yang dihimpun Reuters yang sebesar 50.

Namun ya itu tadi, kenaikan yang sudah sangat signifikan pada perdagangan kemarin mendorong pelaku pasar untuk melakukan aksi ambil untung.

[Gambas:Video CNBC]



Beralih ke bursa saham tanah air, penguatan IHSG yang tak sebesar bursa saham utama kawasan regional pada perdagangan kemarin membuatnya masih memiliki ruang untuk membukukan penguatan pada hari ini, walaupun tak besar. Kemarin, IHSG menguat 1,03%.

Sektor jasa keuangan (+0,75%) menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG.

Sektor jasa keuangan menguat seiring dengan aksi beli pada saham-saham bank BUKU IV: PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,55%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 0,66%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 0,57%, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 0,54%.

Padahal, pergerakan rupiah sedang tak mendukung untuk melakukan aksi beli atas saham-saham bank BUKU IV. Hingga sore hari, rupiah melemah 0,35% di pasar spot ke level Rp 14.285/dolar AS.

Rupiah melemah kala dolar AS sedang loyo, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang melemah sebesar 0,46%.

Laju rupiah tertekan lantaran kenaikan harga minyak mentah dunia yang begitu pesat. Pada perdagangan kemarin, harga minyak WTI kontrak pengiriman Januari 2019 melejit 3,97% ke level US$ 52,95/barel, sementara minyak brent kontrak pengiriman Februari 2019 meroket 5,08% ke level US$ 61,69/barel. Kemudian pada hari ini, WTI menguat 1,85%, sementara brent menguat 1,88%.

Kenaikan harga minyak mentah dunia yang signifikan membuat pelaku pasar khawatir bahwa defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) akan kembali membengkak pada kuartal-IV 2018. Sebelumnya pada kuartal-II dan III, CAD membengkak di atas 3% dari PDB, seiring dengan besarnya defisit dagang di pos minyak dan gas.

Aksi beli atas saham-saham bank BUKU IV lantas merupakan wujud apresiasi investor atas kencangnya penyaluran kredit perbankan tanah air. Melansir Reuters, penyaluran kredit bank komersial tumbuh sebesar 13,35% YoY pada Oktober 2018, naik dari capaian periode September 2018 yang sebesar 12,69% YoY. Capaian ini merupakan yang terkencang sejak Agustus 2014 silam atau lebih dari 4 tahun.

Investor asing terpantau cukup gencar melakukan aksi beli atas saham-saham bank BUKU IV. Per akhir sesi 2, saham BBCA dikoleksi senilai Rp 58,4 miliar, BBRI Rp 36,5 miliar, dan BBNI Rp 15,5 miliar.



Di sisi lain, sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan (-0,28%) menjadi salah satu sektor yang membebani laju IHSG.

Koreksi di sektor ini salah satunya disebabkan oleh aksi jual atas saham-saham BUMN karya: PT Adhi Karya Tbk (ADHI) anjlok 3,42%, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) terkoreksi 1,92%, dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) terpangkas 1,43%.

Dalam beberapa hari terakhir, ketiga saham tersebut memang sudah membukukan penguatan yang signifikan.

Melesatnya harga saham BUMN konstruksi plat merah terjadi seiring dengan ambisi Presiden Joko Widodo untuk mengebut pengerjaan berbagai proyek infrastruktur agar dapat tuntas pada April 2019 atau di bulan yang sama dengan digelarnya Pemilihan Presiden.

Kini, investor merealisasikan keuntungan yang sudah mereka dapatkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular