Analisis Teknikal

Dikepung Sentimen Positif, IHSG Lanjutkan Reli Penguatan?

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
04 December 2018 08:43
Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan IHSG bergerak dalam rentang 6.100 hingga 6.158.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan bulan Desember, Senin (3/12/2018) secara gemilang. Indeks menguat 1,03% ke level 6.118 pada penutupan kemarin bersama dengan bursa utama Asia yang melesat.

Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan IHSG akan kembali menguat, dengan rentang pergerakannya antara 6.100 hingga 6.158. Potensi penguatan kami sandarkan pada perkembangan pasar yang terjadi dan hasil analisis secara teknikal.

Dari perkembangan ekonomi global, tiga indeks utama Wall Street Amerika Serikat (AS) kembali menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) berakhir dengan penguatan 1,13%, S&P 500 menanjak 1,1%, dan Nasdaq Composite terdongkrak 1,13%.

saham-saham perusahaan otomotif juga melaju kencang akibat cuitan Trump di Twitter. Trump menyebutkan Negeri Tirai Bambu sepakat untuk menghapuskan bea masuk bagi impor mobil asal AS.

"China telah setuju untuk mengurangi dan menghapus bea masuk mobil dari AS. Tarif saat ini adalah 40%," cuit Trump. Berkat cuitan tersebut, harga saham Ford melesat 2,02%, General Motors melonjak 1,32%, dan Tesla melejit 2,29%.

Energi tambahan bagi saham-saham sektor industri adalah rilis data PMI manufaktur AS versi Institute of Supply Management (ISM). Pada November, PMI manufaktur Negeri Paman Sam tercatat 59,3. Lebih baik dibandingkan konsensus pasar yang memperkirakan di 57,6.

Angka November juga naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 57,7. Dari dalam negeri, kenaikan IHSG kemarin dipengaruhi kondisi global yang positif. AS dan China mencapai kesepakatan selama 90 hari gencatan senjata terkait sengketa perdagangan.

Pernyataan tertulis dari Gedung Putih menyebutkan, AS batal menaikkan tarif bea masuk dari 10% menjadi 25% untuk impor produk-produk China senilai US$ 200 miliar. Sedianya tarif ini akan berlaku 1 Januari 2019.

Adapun sentimen lainnya berasal dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan indeks harga konsumen November 2018 mengalami kenaikan, atau terjadi inflasi sebesar 0,27% (month to month). Secara tahunan inflasi sebesar 3,23%.

Kenaikan inflasi ditengah perlambatan ekonomi dunia sejatinya menjadi sesuatu yang positif, hal ini menandakan ekonomi yang masih bergairah.
Penguatan indeks kemarin sedikit terkikis ketika memasuki menit-menit akhir perdagangan, aksi jual yang terjadi di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi penyebab utamanya.

Investor cenderung menjual saham BBCA karena telah melewati tanggal pencatatan deviden interim (ex deviden) di pasar reguler dan pasar negosiasi. BBCA merupakan pemilik kapitalisasi terbesar di dalam IHSG saat ini.

Lalu, bagaimana pergerakan IHSG hari ini? Berikut analisis pergerakan IHSG menggunakan analisis secara teknikal.
Sumber: Revinitif
Jika dilihat dari sisi volume, transaksi saham yang terjadi masih cukup ramai dengan Rp 12,4 triliun transaksi. Volume yang tinggi menandakan keyakinan pasar yang dituangkan pada grafik pergerakan IHSG.

Indeks terlihat masih dalam jalur penguatan jangka pendek, hal ini bisa dilihat dari posisinya yang bergerak di atas garis rerata harganya selama lima hari (moving average/MA5).

Adanya sentimen positif dari bursa global, ditambah pergerakan tren jangka pendeknya yang masih dalam mode menguat.

Tim Riset memandang IHSG akan bergerak dengan kecenderungan menguat, level 6.158 akan menjadi penghalang (resistance) pertama kenaikan IHSG selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(yam/roy) Next Article Tersengat Dampak Corona, IHSG Ambles Lebih 4%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular