
Nikmati Akhir Pekan dengan Bahagia, Sebab Rupiah Terbaik Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 November 2018 17:17

Namun, apa yang membuat rupiah tetap kokoh menguat? Setidaknya ada dua penyebab.
Pertama adalah tren penurunan harga minyak dunia. Dalam sebulan terakhir, harga minyak jenis brent anjlok 21,62%. Dibandingkan dengan posisi awal tahun, harga komoditas ini jatuh 10,62%.
Ada kemungkinan koreksi harga minyak akan bertahan lumayan lama. Sebab minyak sedang dihantui oleh potensi melimpahnya produksi.
US Energy Information Administration memperkirakan produksi minyak Negeri Paman Sam tahun ini mencapai rata-rata 10,9 juta barel/hari. Naik dibandingkan 2017 yaitu 9,4 juta barel/hari. Produksi minyak AS diramal kembali naik pada 2019 menjadi 12,1 juta barel/hari.
Sementara Rusia, produsen minyak rakasana lainnya, memperkirakan produksi rata-rata harian tahun ini adalah 551 juta ton (11,02 juta barel/hari). Tahun depan, produksi diperkirakan naik menjadi 555 juta ton (11,1 juta barel/hari).
Kala produksi meningkat, permintaan malah berisiko turun karena perlambatan ekonomi global. Dana Moneter Internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2019 sebesar 3,7%, melambat dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 3,9%.
Saat pasokan naik tetapi permintaan turun maka otomatis harga akan terkoreksi. Ini yang membuat harga minyak kemungkinan masih akan dalam tren turun hingga setidaknya tahun depan.
Bagi rupiah, penurunan harga minyak adalah berkah. Jatuhnya harga minyak akan membuat biaya impor migas ikut berkurang. Artinya defisit transaksi berjalan (current account) bisa semakin tipis dan ini sangat berpengaruh positif terhadap kinerja rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Pertama adalah tren penurunan harga minyak dunia. Dalam sebulan terakhir, harga minyak jenis brent anjlok 21,62%. Dibandingkan dengan posisi awal tahun, harga komoditas ini jatuh 10,62%.
US Energy Information Administration memperkirakan produksi minyak Negeri Paman Sam tahun ini mencapai rata-rata 10,9 juta barel/hari. Naik dibandingkan 2017 yaitu 9,4 juta barel/hari. Produksi minyak AS diramal kembali naik pada 2019 menjadi 12,1 juta barel/hari.
Sementara Rusia, produsen minyak rakasana lainnya, memperkirakan produksi rata-rata harian tahun ini adalah 551 juta ton (11,02 juta barel/hari). Tahun depan, produksi diperkirakan naik menjadi 555 juta ton (11,1 juta barel/hari).
Kala produksi meningkat, permintaan malah berisiko turun karena perlambatan ekonomi global. Dana Moneter Internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2019 sebesar 3,7%, melambat dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu 3,9%.
Saat pasokan naik tetapi permintaan turun maka otomatis harga akan terkoreksi. Ini yang membuat harga minyak kemungkinan masih akan dalam tren turun hingga setidaknya tahun depan.
Bagi rupiah, penurunan harga minyak adalah berkah. Jatuhnya harga minyak akan membuat biaya impor migas ikut berkurang. Artinya defisit transaksi berjalan (current account) bisa semakin tipis dan ini sangat berpengaruh positif terhadap kinerja rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Next Page
Investor Bernafsu Buru Obligasi RI
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular