Terus Dilepas Investor, Harga Saham ISAT Terendah Sejak 2003

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 November 2018 14:50
Terus Dilepas Investor, Harga Saham ISAT Terendah Sejak 2003
Foto: detik.com/Ari Saputra
Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan jual yang menimpa saham PT Indosat Tbk (ISAT) tak kunjung surut. Pada perdagangan hari ini, harga saham ISAT terkoreksi 1,48% ke level Rp 2.000/saham. Posisi ini merupakan yang terendah sejak Oktober 2003 silam.

Transaksi saham ISAT hari ini berlangsung semarak. Hingga berita ini diturunkan, saham ISAT ditransaksikan sebanyak 1,02 juta unit, sudah mengalahkan rata-rata volume transaksi hariannya yang sebanyak 804.193 unit.

Secara year-to-date (YTD), harga saham ISAT telah terpangkas 58,3%.

Ada 3 sentimen negatif yang menghantui saham ISAT sepanjang tahun ini.

[Gambas:Video CNBC]

Sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, perusahaan membukukan rugi sebesar Rp 1,54 triliun. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, perusahaan masih membukukan laba bersih senilai Rp 1,09 triliun.

Rapor merah perusahaan tak lepas dari tekanan pada pos penjualan. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, penjualan perusahaan anjlok 25,7% YoY menjadi Rp 16,8 triliun, dari yang sebelumnya Rp 22,6 triliun.

Kebijakan pemerintah yang mewajibkan registrasi kartu prabayar nampak sangat memukul penjualan ISAT, seiring dengan berkurangnya konsumsi data (internet) pelanggan. Pasalnya, dulu operator (termasuk Indosat) beramai-ramai menawarkan paket internet murah yang dapat dinikmati dengan cara membeli nomor prabayar baru.

Walaupun sejatinya strategi ini diperuntukan untuk menggaet pengguna baru, nyatanya tak sedikit pula pengguna lama yang menggunakan trik ‘gonta-ganti nomor’ guna menikmati layanan internet murah. Terlebih, kebanyakan smartphone saat ini sudah mendukung fitur dual-sim card.

Dengan berlakunya kebijakan tersebut, pelanggan dipersulit untuk melakukan hal ini sehingga penjualan ISAT pun tertekan.

Sebelumnya, kajian yang kami lakukan memang menunjukkan bahwa ISAT sangat rentan terhadap kebijakan registrasi kartu prabayar. Hal ini terjadi seiring dengan besarnya porsi pelanggan prabayar dari total pelanggan perusahaan.

Per akhir kuartal-III 2017, ISAT mencatatkan 97 juta total pelanggan, dengan 95,8 juta (98,8%) diantaranya merupakan pelanggan prabayar. Sementara untuk PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL), porsi pelanggan prabayar masing-masing adalah sebesar 97,6% dan 98,7%. Data untuk TLKM dan EXCL adalah untuk keseluruhan tahun 2017.

Lebih lanjut, besarnya porsi data terhadap keseluruhan pendapatan perusahaan juga membuat ISAT sangat dirugikan oleh kebijakan registrasi kartu prabayar. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu, ISAT membukukan pendapatan senilai Rp 22,6 triliun, di mana 46,5% atau setara dengan Rp 10,5 triliun disumbang oleh penjualan data.



Pukulan kedua bagi perusahaan datang dari pengunduran diri Joy Wahyudi dari posisinya sebagai Direktur Utama pada bulan Oktober yang lalu. Padahal, Joy belum genap setahun menempati posisi tersebut.

Sebelumnya, Joy resmi ditunjuk menduduki posisi Direktur Utama Indosat pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa tanggal 14 November 2017.

Pengunduran diri Joy terjadi kala kinerja keuangan perusahaan sedang ‘berdarah-darah’. Pelaku pasar pun menjadi makin panik dan kian gencar melepas saham ISAT.

Berselang beberapa hari setelah pengunduran diri Joy, perusahaan menunjuk Chris Kanter sebagai pengganti. Chris sebelumnya merupakan Komisaris Indosat sejak tahun 2010 hingga 2018.

Sayang, penunjukkan diri Chris tak berhasil membangkitkan optimisme investor. Harga saham ISAT terus saja tertekan.



Sekitar 2 minggu yang lalu, beredar rumor terkait rencana ISAT untuk menjual sejumlah menara telekomunikasi yang saat ini dimilikinya. Namun, hal itu kemudian dibantah oleh perusahaan.

Corporate Secretary perusahaan Turina Farouk mengatakan bahwa belum ada rencana untuk melakukan penjulan menara.

"Saya tidak ngomong itu karena itu juga tidak ada. Berbagai macam opsi pasti terbuka tapi untuk saat ini belum ada diskusi mengenai itu," kata Turina di Jakarta, Senin (12/11).

Menurutnya, justru di tahun depan perusahaan akan berusaha untuk ekspansif dengan membangun 4.300 menara telekomunikasi sekaligus. Tujuannya adalah untuk memperbaiki kualitas layanan dan jaringannya.

Untuk ekspansi tersebut, dalam tiga tahun ke depan perusahaan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) mencapai Rp 30 triliun. Mulai tahun depan perusahaan akan melakukan pengembangan besar-besaran terkait sumber daya manusia (SDM) dan strategi bisnis yang signifikan secara masif.

Ditengah kondisi industri dan internal perusahaan yang sedang berada dalam tekanan, nilai investasi sebesar itu dianggap akan semakin membebani kinerja perusahaan.

TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular