
Saham Tertekan, Obligasi Lanjut Menguat Menguat
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
30 November 2018 10:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat tipis pada awal perdagangan hari ini, seiring dengan masih kondusifnya iklim investasi global menjelang pertemuan Trump-Xi pada G-20 nanti malam. Penguatan ini terjadi pada saat pasar saham sedang mengalami koreksi.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah seri FR0075 bertenor 20 tahun, yang mengalami penurunan yield 5 basis poin (bps) menjadi 8,18%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga kompak menguat, yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun dengan penurunan yield 0,6 bps, 3 bps, dan 4 bps menjadi 7,87%, 7,89%, dan 8,1%.
Sementara itu, di pasar shaam hingga pukul 10:22 WIB, IHSG melemah sebesar 0,47% ke level 6.078,74. IHSG melemah kala bursa saham Asia diperdagangkan bervariasi. Namun jika dibandingkan dengan bursa saham yang melemah, pelemahan IHSG merupakan yang terdalam.
Yield Obligasi Negara Acuan 30 Nov 2018
Sumber: Refinitiv
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 486 bps, menyempit dari posisi kemarin 491 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 3,02% dari posisi kemarin 3,01%.
Dari sisi kepemilikan, arus masuk dana (capital inflow) investor asing di pasar SBN Rp 33,57 triliun secara bulanan hingga menjelang akhir November, menjadi inflow yang terbesar sejak Januari 2018.
Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) menunjukkan investor asing menggenggam Rp 897,89 triliun SBN, atau 37,69% dari total beredar Rp 2.382 triliun berdasarkan data per 27 November.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 33,57 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar uang.
Nilai tukar rupiah menguat 0,76% menjadi Rp 14.270 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah -0,04% menjadi 96,736.
Meskipun demikian, di pasar saham Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun -0,49% menjadi 6.077 hingga siang ini.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan dialami Brasil, China, Filipina, Singapura, Thailand, Afrika Selatan, dan Indonesia, sedangkan koreksi masih terjadi di pasar India.
Di negara berkembang, koreksi terjadi di Inggris, Jepang, dan Amerika Serikat, sedangkan apresiasi hanya terjadi di pasar Jerman dan Perancis.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Perdana 2022! Indonesia Jual Surat Utang Valas
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah seri FR0075 bertenor 20 tahun, yang mengalami penurunan yield 5 basis poin (bps) menjadi 8,18%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga kompak menguat, yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun dengan penurunan yield 0,6 bps, 3 bps, dan 4 bps menjadi 7,87%, 7,89%, dan 8,1%.
Sementara itu, di pasar shaam hingga pukul 10:22 WIB, IHSG melemah sebesar 0,47% ke level 6.078,74. IHSG melemah kala bursa saham Asia diperdagangkan bervariasi. Namun jika dibandingkan dengan bursa saham yang melemah, pelemahan IHSG merupakan yang terdalam.
Yield Obligasi Negara Acuan 30 Nov 2018
Seri | Benchmark | Yield 29 Nov 2018 (%) | Yield 30 Nov 2018 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 28 Nov'18 |
FR0063 | 5 tahun | 7.876 | 7.87 | -0.60 | 7.8232 |
FR0064 | 10 tahun | 7.923 | 7.891 | -3.20 | 7.8388 |
FR0065 | 15 tahun | 8.154 | 8.108 | -4.60 | 8.0659 |
FR0075 | 20 tahun | 8.239 | 8.188 | -5.10 | 8.1722 |
Avg movement | -3.37 |
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 486 bps, menyempit dari posisi kemarin 491 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik lagi hingga 3,02% dari posisi kemarin 3,01%.
Dari sisi kepemilikan, arus masuk dana (capital inflow) investor asing di pasar SBN Rp 33,57 triliun secara bulanan hingga menjelang akhir November, menjadi inflow yang terbesar sejak Januari 2018.
Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) menunjukkan investor asing menggenggam Rp 897,89 triliun SBN, atau 37,69% dari total beredar Rp 2.382 triliun berdasarkan data per 27 November.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 33,57 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar uang.
Nilai tukar rupiah menguat 0,76% menjadi Rp 14.270 di hadapan tiap dolar AS.
Penguatan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah -0,04% menjadi 96,736.
Meskipun demikian, di pasar saham Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun -0,49% menjadi 6.077 hingga siang ini.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan dialami Brasil, China, Filipina, Singapura, Thailand, Afrika Selatan, dan Indonesia, sedangkan koreksi masih terjadi di pasar India.
Di negara berkembang, koreksi terjadi di Inggris, Jepang, dan Amerika Serikat, sedangkan apresiasi hanya terjadi di pasar Jerman dan Perancis.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 29 Nov 2018 (%) | Yield 30 Nov 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 10.11 | 10.03 | -8.00 |
China | 3.403 | 3.392 | -1.10 |
Jerman | 0.334 | 0.326 | -0.80 |
Perancis | 0.714 | 0.698 | -1.60 |
Inggris | 1.328 | 1.364 | 3.60 |
India | 7.602 | 7.608 | 0.60 |
Italia | 3.243 | 3.194 | -4.90 |
Jepang | 0.081 | 0.085 | 0.40 |
Malaysia | 4.154 | 4.154 | 0.00 |
Filipina | 7.076 | 7.035 | -4.10 |
Rusia | 8.7 | 8.7 | 0.00 |
Singapura | 2.363 | 2.351 | -1.20 |
Thailand | 2.64 | 2.635 | -0.50 |
Turki | 15.88 | 15.85 | -3.00 |
Amerika Serikat | 3.013 | 3.028 | 1.50 |
Afrika Selatan | 9.04 | 8.9 | -14.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Perdana 2022! Indonesia Jual Surat Utang Valas
Most Popular