
Perang Dagang Reda Hingga Bos The Fed Bawa Bursa Asia Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 November 2018 18:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup menguat pada hari ini: indeks Nikkei naik 0,39%, indeks Strait Times naik 0,48%, dan indeks Kospi naik 0,28%.
Selepas dibuat panik oleh Presiden AS Donald Trump yang menyatakan bahwa dirinya sudah bersiap-siap untuk mengenakan bea masuk baru bagi importasi produk asal China senilai US$ 267 miliar jika pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping tak membuahkan kesepakatan, pelaku pasar kini dibuat optimistis oleh pernyataan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow.
Kudlow menyatakan bahwa ada kemungkinan Washington dan Beijing akan mencapai kesepakatan yang signifikan kala Trump dan Xi bertemu di sela-sela KTT G-20 pada akhir bulan ini.
"Ada kemungkinan yang cukup besar kami akan mencapai kesepakatan. Beliau (Trump) terbuka untuk itu," kata Kudlow, mengutip Reuters.
Komentar Kudlow lantas menebar optimisme bahwa peluang tercapainya kesepakatan dagang masih ada.
Apalagi, pernyataan Kudlow seakan disambut oleh kubu China. Presiden Xi menyatakan bahwa China siap untuk lebih membuka diri terhadap perekonomian global, sesuatu yang selama ini menjadi tuntutan Trump.
"China akan terus berupaya untuk membuka diri, bahkan lebih dari apa yang dilakukan sekarang. China akan membuka akses kepada pasar, investasi, dan perlindungan terhadap kekayaan intelektual," tegas Xi di depan parlemen Negeri Tirai Bambu, dikutip dari Reuters.
Selain itu, kabar gembira juga datang dari pernyataan dovish dari Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell. Powell menyebut bahwa suku bunga acuan sudah sangat dekat dengan posisi netral, yaitu tidak mendukung pertumbuhan ekonomi maupun mengeremnya. Komentar ini jauh berubah dibandingkan pada awal Oktober, di mana Powell mengatakan suku bunga acuan masih jauh dari netral.
"Suku bunga acuan masih rendah berdasarkan standar historis, dan berada sedikit di bawah rentang estimasi yang netral," ucap Powell, mengutip Reuters.
Pernyataan Powell diartikan sebagai sinyal bahwa The Fed mungkin akan mengurangi kadar kenaikan suku bunga acuan. Sebagai informasi, The Fed memproyeksikan akan ada sekali lagi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini, yakni pada bulan Desember. Untuk tahun depan, normalisasi diproyeksikan sebanyak 3 kali.
Kala perang dagang dengan China masih berkecamuk, normalisasi yang tak kelewat agresif memang merupakan pilihan terbaik bagi perekonomian AS dan dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabinet Biden Galak ke China, Yakin Perang Dagang Berakhir?
Selepas dibuat panik oleh Presiden AS Donald Trump yang menyatakan bahwa dirinya sudah bersiap-siap untuk mengenakan bea masuk baru bagi importasi produk asal China senilai US$ 267 miliar jika pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping tak membuahkan kesepakatan, pelaku pasar kini dibuat optimistis oleh pernyataan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow.
Kudlow menyatakan bahwa ada kemungkinan Washington dan Beijing akan mencapai kesepakatan yang signifikan kala Trump dan Xi bertemu di sela-sela KTT G-20 pada akhir bulan ini.
Komentar Kudlow lantas menebar optimisme bahwa peluang tercapainya kesepakatan dagang masih ada.
Apalagi, pernyataan Kudlow seakan disambut oleh kubu China. Presiden Xi menyatakan bahwa China siap untuk lebih membuka diri terhadap perekonomian global, sesuatu yang selama ini menjadi tuntutan Trump.
"China akan terus berupaya untuk membuka diri, bahkan lebih dari apa yang dilakukan sekarang. China akan membuka akses kepada pasar, investasi, dan perlindungan terhadap kekayaan intelektual," tegas Xi di depan parlemen Negeri Tirai Bambu, dikutip dari Reuters.
Selain itu, kabar gembira juga datang dari pernyataan dovish dari Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell. Powell menyebut bahwa suku bunga acuan sudah sangat dekat dengan posisi netral, yaitu tidak mendukung pertumbuhan ekonomi maupun mengeremnya. Komentar ini jauh berubah dibandingkan pada awal Oktober, di mana Powell mengatakan suku bunga acuan masih jauh dari netral.
"Suku bunga acuan masih rendah berdasarkan standar historis, dan berada sedikit di bawah rentang estimasi yang netral," ucap Powell, mengutip Reuters.
Pernyataan Powell diartikan sebagai sinyal bahwa The Fed mungkin akan mengurangi kadar kenaikan suku bunga acuan. Sebagai informasi, The Fed memproyeksikan akan ada sekali lagi kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini, yakni pada bulan Desember. Untuk tahun depan, normalisasi diproyeksikan sebanyak 3 kali.
Kala perang dagang dengan China masih berkecamuk, normalisasi yang tak kelewat agresif memang merupakan pilihan terbaik bagi perekonomian AS dan dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabinet Biden Galak ke China, Yakin Perang Dagang Berakhir?
Most Popular