Damai Dagang AS-China Kian Terasa, Rupiah Semakin Perkasa

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 November 2018 09:30
Damai Dagang AS-China Kian Terasa, Rupiah Semakin Perkasa
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Selain perkembangan kebijakan moneter AS, hawa damai dagang AS-China juga memuluskan jalan rupiah menuju puncak klasemen mata uang Asia. 

Pada Kamis (29/11/2018) pukul 09:06 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.400. Rupiah menguat 0,86% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Sejauh ini langkah rupiah belum terbendung. Menguat 0,45% kala pembukaan pasar, apresiasi rupiah semakin tajam. 

Rupiah pun kian kokoh di puncak klasemen mata uang utama Asia. Dalam hal penguatan di hadapan greenback, tidak ada yang sebaik mata uang Tanah Air.


Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 09:07 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rupiah sukses memanfaatkan sentimen negatif yang melanda dolar AS. Greenback tertekan akibat komentar bernada dovish dari Jerome 'Jay' Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed. 

Dalam sebuah acara di New York, Powell menyatakan suku bunga acuan Negeri Paman Sam sudah semakin dekat dengan posisi normal. Artinya suku bunga sudah tidak lagi menjadi instrumen pendorong pertumbuhan ekonomi maupun peredamnya. 


Kata-kata Powell diartikan pasar sebagai persiapan The Fed untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga acuan. Situasi ini tentu tidak menguntungkan bagi dolar AS, yang mengandalkan kenaikan suku bunga acuan sebagai sumber utama penguatan. 

Tahun ini, Powell dan kolega telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps). Langkah ini sukses menjadikan dolar AS sebagai raja mata uang dunia. Sejak awal tahun, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS secara relatif di hadapan enam mata uang dunia) menguat 5,09%. 

Namun begitu ada sinyal The Fed tidak lagi hawkish, dolar AS kehilangan pesonanya. Greenback pun mengalami tekanan jual dan melemah di Asia, termasuk di hadapan rupiah. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Selain itu, laju rupiah juga didukung oleh aura damai AS-China yang semakin terasa. Rencananya Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan berdialog di sela-sela KTT G20 di Argentina akhir bulan ini. 

Harapan keduanya akan mencapai kesepakatan semakin besar. Presiden Xi menyatakan China siap untuk lebih membuka diri terhadap perekonomian global, sesuatu yang dituntut oleh Trump. 

"China akan terus berupaya untuk membuka diri, bahkan lebih dari apa yang dilakukan sekarang. China akan membuka akses kepada pasar, investasi, dan perlindungan terhadap kekayaan intelektual," tegas Xi di depan parlemen Negeri Tirai Bambu, dikutip dari Reuters. 

Jika Beijing berhasil meyakinkan Washington soal keterbukaan ekonomi ini, maka bukan tidak mungkin pertemuan di Buenos Aires akan menelurkan hasil yang signifikan. Bahkan pelaku pasar berharap perang dagang AS-China yang berkobar sejak awal tahun bakal berganti menjadi damai dagang. 

Perkembangan ini membuat investor semakin bernafsu untuk mengambil risiko, tidak lagi bermain aman. Arus modal mengalir deras ke instrumen berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat dengan penguatan 1,28% pada pukul 09:19 WIB. Investor asing sudah melakukan beli bersih Rp 254,33 miliar. 

Arus modal ini sangat berperan dalam menyokong penguatan rupiah. Bukan sekedar menguat tetapi meneguhkan posisi sebagai mata uang terbaik di Asia.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular