Boediono Bicara Krisis 1998 sampai Bailout Bank Century

Muhammad Choirul, CNBC Indonesia
28 November 2018 15:57
Wakil Presiden ke-11 Boediono menceritakan masa-masa krisis yang pernah mendera Indonesia.
Foto: Boediono / Detikcom
Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Presiden ke-11 Boediono menceritakan masa-masa krisis yang pernah mendera Indonesia. Pada tahun 1997-1998 hingga terjadi lagi pada 2008 lalu.

Ada beberapa hikmah yang bisa diambil Indonesia setelah krisis ekonomi yang terjadi pada tahun tersebut.

"Pada 1998, saya bukan pengambil keputusan di atas, tapi saya tahu apa yang terjadi, proses pengambilan keputusan seperti apa. Intinya 1997-1998 ini, sebelumnya juga ada krisis yang juga saya alami, tahun 80an saya sudah masuk Pemerintah, di situ terjadi anjlok harga minyak timbulkan beban APBN dan ekspor," katanya dalam sebuah forum ekonomi di Djakarta Theater, Rabu (28/11/2018).

"Mengacaukan situasi makro kita. Tapi bisa diatasi dengan banting stir ke non0migas. Macam-macam yang dilakukan. Tapi 1997-1998 ada sesuatu yang baru. Krisis karena penurunan harga komoditi ekspor kita. Pengaruh dari turn off trade yang menurun. Ini langsung berpengaruh pada CAD," kata Boediono lebih jauh.

Boediono Bicara Krisis 1998 sampai Bailout Bank CenturyFoto: Boediono / Detikcom


Ia menggambarkan apa yang terjadi pada 1997-1998 cukup mengerikan. Ada bank yang ditutup dan jumlahnya cukup banyak.

"Yang terjadi pada waktu itu tiba-tiba likuiditas mengerikan. Saat itu pimpinan belum mengerti benar sepertinya apa yang terjadi. Itu kasus baru, bahkan IMF masih cari-cari. Yang terjadi pada waktu itu, resep ronde pertama salah. Menutup 16 bank, 3-4 persen dari total aset bank tanpa ada payung pengaman. Kemudian baru diketahui," paparnya.

Boediono juga bercerita, saat Megawati memimpin Indonesia. Masa itu adalah masa persis setelah krisis terjadi. Masa yang masih rawan dari segi kemungkinan bangkit kembali.

"Sebab kepercayaan pelaku ekonomi terhadap solvabilitas keuangan negara rendah. Sehingga yang punya duit tidak mau investasi," terang Boediono.

Untuk itu PR alias pekerjaan rumah ketika itu adalah membuat ekonomi stabil kembali. Dengan menjaga inflasi dan membawa suku bunga dalam negeri tidak negatif lagi seperti tahun sebelumnya.

Lalu apa yang terjadi pada 2008 dan Bailout Bank Century?

"Keputusan itu bukan saya pribadi, suatu proses yang saya kira cukup terbuka dan transparan. Diskusi-nya sudah beredar luas. Tidak banyak negara yang bisa dapat rekaman diskusi di bank sentral," papar Boediono.

"Suasana pada waktu itu sudah sangat serius. Waktu itu kita pikirannya satu. Jangan sampai Ekonomi Indonesia jeblok lagi seperti 97-98. Karena biaya langsung besar sekali. Banyak pengangguran. Kesehatan, pendidikan."

"Saya dan temen temen yang memutuskan saat itu tidak pernah mikir risiko politik, semua pertimbangan ekonomi. Kalau seandainya saya tahu ya saya tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan. Satu satunya opsi memang kalau ada bank yang sakit ya jangan ditutup waktu itu," tutup Boediono.





(dru/dru) Next Article Mirip Rupiah 1998, Begini Ngerinya Pergerakan Peso Argentina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular