'Lawan Dolar, Nilai Rupiah Sekarang Masih Kemurahan'

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
27 November 2018 14:02
Gerak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga siang ini bergerak cukup fluktuatif.
Foto: Seorang karyawan menghitung uang kertas Rupiah di kantor penukaran mata uang di Jakarta, Indonesia 23 Oktober 2018. Gambar diambil 23 Oktober 2018. REUTERS / Beawiharta
Jakarta, CNBC Indonesia - Gerak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga siang ini bergerak cukup fluktuatif. Sempat kembali ke level Rp 14.500/US$, rupiah kini berada di Rp 14.400/US$.

Depresiasi mata uang Garuda yang sempat mencapai 0,31%, tergerus pada siang ini menjadi 0,1%. Pada pukul 13:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.485/US$.

Nilai tukar rupiah dalam beberapa minggu terakhir memang bergerak menguat. Sempat berada di atas level Rp 15.000/US$, namun kini rupiah bergerak stabil di kisaran RP 14.400/US$ - Rp 14.500/US$.

Meski begitu, Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas penjaga stabilitas nilai tukar rupiah masih melihat level nilai tukar saat ini masih undervalued atau masih terlalu murah.

"Alhamdulillah rupiah sudah mulai menguat. Tapi kami masih memandang rupiah sekarang masih undervalued," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Selasa (27/11/2018).

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah memandang nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memang masih memiliki ruang untuk melanjutkan penguatan.

"Rupiah harusnya masih punya ruang untuk bisa lebih menguat dari level sekarang," kata Nanang saat berbincang dengan CNBC Indonesia.

Optimisme tersebut tak lepas dari kondisi global yang semakin mengarah kondusif, seiring dengan tensi perang dagang AS-China yang lebih tenang jelang pertemuan kedua pimpinan di pertemuan G-20.

Selain itu, negosiasi Brexit yang mulai terlihat, kemungkinan Italia mengubah target defisit lebih rendah, serta turunnya harga minyak membuat suasana ekonomi global semakin nyaman.

Belum lagi, ditambah dengan sejumlah lembaga keuangan global yang mulai memberikan bobot Indonesia pada posisi overweight dalam komposisi investasi.

"Yang biasanya akan direplikasi dalam komposisi kebanyakan investor, sehingga akan mendorong lebih banyak arus modal ke Indonesia," tegasnya.

Berdasarkan catatan bank sentral, total arus modal asing yang masuk ke pasar sekunder SBN sejak September sampai November 2018 mencapai Rp 49,32 triliun.


(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular