Rupiah Peringkat 3 Asia... Dari Bawah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 November 2018 12:30
Rupiah Peringkat 3 Asia... Dari Bawah
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah sejak pembukaan pasar spot. Namun pelemahan rupiah berangsur menipis. 

Pada Selasa (27/11/2018) pukul 12:08 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.481 di perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,08% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Rupiah sudah melemah 0,1% kala pembukaan pasar. Setelah pembukaan, pelemahan rupiah sempat semakin dalam dan menyentuh 0,31%. 


Namun jelang tengah hari, depresiasi rupiah berkurang lumayan drastis. Rupiah memang masih melemah, tetapi sudah di bawah 0,1%. 

 

Senada dengan rupiah, berbagai mata uang Asia juga melemah di hadapan greenback. Nasib rupiah bahkan membaik karena sekarang sudah tidak lagi menjadi mata uang terlemah di Asia. 

Kini status mata uang terlemah di Benua Kuning dipegang oleh ringgit Malaysia. Kemudian disusul dolar Taiwan dan rupiah berada di posisi ketiga terbawah. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 12:15 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Mata uang Asia tertekan akibat perkembangan terbaru friksi dagang AS-China. Dalam wawancara dengan Wall Street Journal, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih mempertimbangkan pengenaan bea masuk baru bagi produk-produk China. 

"Satu-satunya cara mencapai kesepakatan adalah jika China membuka perekonomiannya kepada dunia, termasuk AS. Jika tidak ada kesepakatan, maka saya akan mengenakan (bea masuk) tambahan US$ 267 miliar," tegasnya. 

Bahkan Trump tidak ragu mengenakan bea masuk kepada produk-produk yang banyak digunakan oleh masyarakat seperti ponsel dan komputer. Menurutnya, tarif bea masuk yang tidak terlalu tinggi sepertinya masih bisa diterima oleh konsumen. 

"Tergantung tarifnya. Saya bisa kenakan 10% dan sepertinya masyarakat bisa menerima dengan mudah," ujar eks pembawa acara reality show The Apprentice tersebut. 

Jika Washington masih galak seperti ini, maka pertemuan Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 berisiko tanpa hasil. Malah ada kemungkinan memperkeruh situasi. 

Mendengar kabar ini, mental pelaku pasar langsung down. Tidak ada lagi keberanian untuk mengambil risiko dan bermain dengan aset-aset di negara berkembang.  

Sekarang adalah saatnya main aman, sebab perang dagang adalah sebuah sentimen besar yang sangat mempengaruhi perekonomian dunia. Ketika dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia saling hambat, maka dampaknya adalah perlambatan ekonomi global karena terjadi distrupsi dalam rantai pasok.

Perkembangan ini membuat arus modal menghindari mata uang negara-negara berkembang dan memilih masuk ke safe haven assets seperti dolar AS (dan yen). Rupiah menjadi salah satu mata uang yang ditinggalkan.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular