Rupiah Peringkat 3 Asia... Dari Bawah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 November 2018 12:30
Perang Dagang Menegang, Investor Main Aman
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Mata uang Asia tertekan akibat perkembangan terbaru friksi dagang AS-China. Dalam wawancara dengan Wall Street Journal, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih mempertimbangkan pengenaan bea masuk baru bagi produk-produk China. 

"Satu-satunya cara mencapai kesepakatan adalah jika China membuka perekonomiannya kepada dunia, termasuk AS. Jika tidak ada kesepakatan, maka saya akan mengenakan (bea masuk) tambahan US$ 267 miliar," tegasnya. 

Bahkan Trump tidak ragu mengenakan bea masuk kepada produk-produk yang banyak digunakan oleh masyarakat seperti ponsel dan komputer. Menurutnya, tarif bea masuk yang tidak terlalu tinggi sepertinya masih bisa diterima oleh konsumen. 

"Tergantung tarifnya. Saya bisa kenakan 10% dan sepertinya masyarakat bisa menerima dengan mudah," ujar eks pembawa acara reality show The Apprentice tersebut. 

Jika Washington masih galak seperti ini, maka pertemuan Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 berisiko tanpa hasil. Malah ada kemungkinan memperkeruh situasi. 

Mendengar kabar ini, mental pelaku pasar langsung down. Tidak ada lagi keberanian untuk mengambil risiko dan bermain dengan aset-aset di negara berkembang.  

Sekarang adalah saatnya main aman, sebab perang dagang adalah sebuah sentimen besar yang sangat mempengaruhi perekonomian dunia. Ketika dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia saling hambat, maka dampaknya adalah perlambatan ekonomi global karena terjadi distrupsi dalam rantai pasok.

Perkembangan ini membuat arus modal menghindari mata uang negara-negara berkembang dan memilih masuk ke safe haven assets seperti dolar AS (dan yen). Rupiah menjadi salah satu mata uang yang ditinggalkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular