Rupiah Jaya di Kurs Acuan, Nelangsa di Pasar Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 November 2018 10:25
Rupiah Jaya di Kurs Acuan, Nelangsa di Pasar Spot
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan masih menguat, menggenapkan apresiasi rupiah menjadi 4 hari beruntun. Namun di pasar spot, nasib rupiah tidak seberuntung itu. 

Pada Selasa (27/11/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.504. Rupiah menguat 0,32% dibandingkan posisi sehari sebelumnya. 

Penguatan hari ini membuat rupiah terapresiasi selama 4 hari berturut-turut terhadap dolar AS di kurs acuan. Selama periode ini, rupiah menguat 0,78%. 

 

Sementara di pasar spot, rupiah malah melemah di hadapan greenback. Pada pukul 10:07 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.495 di mana rupiah terdepresiasi 0,17%. 

Rupiah sudah melemah sejak pembukaan, tetapi seiring perjalanan pasar mata uang Tanah Air melemah semakin dalam. Bahkan pelemahan rupiah sempat menyentuh 0,31%. 


Saat ini depresiasi rupiah memang menipis. Namun dengan minus 0,17% sudah cukup membuat rupiah menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di antara mata uang utama Asia. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang Benua Kuning pada pukul 10:10 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS mendapat dorongan setelah pelaku pasar kini cenderung menghindari risiko. Perkembangan hubungan AS-China membuat investor sport jantung. Dalam wawancara dengan Wall Street Journal, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih mempertimbangkan pengenaan bea masuk baru bagi produk-produk China. 

"Satu-satunya cara mencapai kesepakatan adalah jika China membuka perekonomiannya kepada dunia, termasuk AS. Jika tidak ada kesepakatan, maka saya akan mengenakan (bea masuk) tambahan US$ 267 miliar," tegasnya. 

Jika Washington masih galak seperti ini, maka pertemuan Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 berisiko tanpa hasil. Malah ada kemungkinan memperkeruh situasi. 

Mendengar kabar ini, mental pelaku pasar langsung down. Tidak ada lagi keberanian untuk mengambil risiko dan bermain dengan aset-aset di negara berkembang.  

Sekarang adalah saatnya main aman, sebab perang dagang adalah sebuah sentimen besar yang sangat mempengaruhi perekonomian dunia. Ketika dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia saling hambat, maka dampaknya adalah perlambatan ekonomi global karena terjadi distrupsi dalam rantai pasok.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular