Rupiah Kuat & Eropa Positif, Perpanjang Reli Obligasi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
26 November 2018 19:11
Naiknya harga surat berharga negara (SBN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di mayoritas pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat seiring dengan berlanjutnya penguatan rupiah dan sentimen positif dari Eropa. 

Naiknya harga surat berharga negara (SBN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di mayoritas pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Penguatan ini memperpanjang reli harga yang terjadi sejak 14 November, dan masih menunjukkan kenaikan yang relatif masih terjadi sejak akhir bulan lalu. 
Data Refinitiv menunjukkanmenguatnya harga SBN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0075 dengan tenor 20 tahun dengan penurunan yield 9 basis poin (bps) menjadi 8,33%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Seri acuan lain yaitu seri 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun juga kompak menguat yaitu dengan penurunan yield 6 bps, 3 bps, dan 5 bps menjadi 7,94%, 7,9%, dan 8,22%. 

Penguatan hari ini juga telah membuat seri 5 tahun telah mengalami penurunan yield di bawah level psikologis 8%.

 Yield Obligasi Negara Acuan 26 Nov 2018
SeriBenchmarkYield 23 Nov 2018 (%) Yield 26 Nov 2018 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 26 Nov'18
FR0063 5 tahun8.0097.942-6.707.7772
FR0064 10 tahun7.9437.906-3.707.8602
FR0065 15 tahun8.2838.225-5.808.1367
FR0075 20 tahun8.4298.335-9.408.2979
Avg movement-6.40
Sumber: Refinitiv 

Penguatan dipengaruhi oleh menguatnya rupiah terhadap dolar AS terutama akibat angin segar dari Eropa yaitu proses Brexit yang berlanjut serta lebih terbukanya pemerintahan Italia terhadap pembahasan APBN-nya oleh Uni Eropa. 

Selain itu, pasar obligasi domestik juga masih terdampak sentimen positif dari dihapuskannya lelang rutin hingga akhir tahun.  

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat.  

Indeks tersebut naik 0,25 poin (0,11%) menjadi 234,68 dari posisi kemarin 234,42. 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 484 bps, stagnan dari posisi pekan lalu.  

Yield US Treasury 10 tahun naik tipis hingga 3,06% dari posisi kemarin 3,05%. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 894,68 triliun SBN, atau 37,55% dari total beredar Rp 2.382 triliun berdasarkan data per 23 November.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 30,36 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama. 

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,28% menjadi 6.022 hingga penutupan sore ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,45% menjadi Rp 14.470 di hadapan tiap dolar AS. 

Pelemahan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,2% menjadi 96,727. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas masih turun yaitu di China, India, Malaysia, Filipina, Rusia, dan Thailand. 

Penguatan pasar obligasi domestik hanya dialami Brasil, Singapura, dan Indonesia. Pasar obligasi negara maju justru seragam menguat.  

Kondisi tersebut mengindikasikan investor global justru sedang memburu investasi di obligasi negara maju dibanding negara berkembang, setelah koreksi yang cukup panjang di pasar negara maju.

 Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 23 Nov 2018 (%)Yield 26 Nov 2018 (%)Selisih (basis poin)
Brasil10.099.89-20.00
China3.4033.4252.20
Jerman0.3710.362-0.90
Perancis0.7570.734-2.30
Inggris 1.4331.407-2.60
India7.7237.730.70
Italia3.4733.239-23.40
Jepang0.0950.091-0.40
Malaysia4.1634.1680.50
Filipina7.1117.1685.70
Rusia8.78.8818.00
Singapura2.4422.413-2.90
Thailand2.632.652.00
Turki16.5516.01-54.00
Amerika Serikat3.0653.063-0.20
 Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular