
Terus Menguat, Rupiah Merangsek ke Posisi Runner-up Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 November 2018 12:38

Dolar AS yang sempat perkasa kini mulai tertahan. Pada pukul 12:14 WIB, Dollar AS (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) kini stagnan di 96,919. Penguatan Dollar Index sudah habis.
Pelaku pasar kini sedang semringah karena berbagai kabar positif. Dari China, hubungan Washington-Beijing yang sempat tegang kini agak mencair.
Wang Shouwen, Menteri Perdagangan China, menyatakan pihaknya siap berdialog dengan AS untuk menyelesaikan berbagai friksi yang terjadi selama ini. Namun China menggarisbawahi solusi yang dicapai harus menguntungkan semua pihak.
"Kami berharap akan tercipta keuntungan dan kepercayaan bersama. Ini akan mampu menjembatani perbedaan dan menghasilkan solusi," kata Wang dalam konferensi pers di Beijing, mengutip Reuters.
Sementara Presiden AS Donald Trump menyatakan siap mencapai kesepakatan dengan China. "Saya bisa bilang begini. China sangat ingin membuat kesepakatan. Jika itu bisa tercapai, kami siap," tegasnya, dikutip dari Reuters.
Perkembangan ini membuat pelaku pasar lega. Setidaknya ada harapan pertemuan Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 akhir bulan ini bisa menghasilkan sesuatu.
Perang dagang AS vs China adalah sebuah sentimen besar yang sangat mempengaruhi pasar. Tidak heran karena keduanya adalah perekonomian terbesar di planet bumi. Jika keduanya saling hambat dalam perdagangan, maka rantai pasok global (global supply chain) akan terpengaruh.
Oleh karena itu, setiap kabar potensi damai dagang AS-China menjadi aura positif di pasar. Investor pun berani mengambil risiko, tidak lagi bermain aman, dan arus modal berdatangan ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Di Indonesia, aliran modal ini sepertinya banyak masuk ke pasar obligasi. Sebab di pasar saham, investor asing masih membukukan jual bersih Rp 7,44 miliar sampai akhir perdagangan Sesi I.
Namun di pasar obligasi, arus modal masih terus masuk. Terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) yang merupakan pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya minat investor.
Pada pukul 12:28 WIB, yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun turun 1,7 basis poin (bps). Kemudian untuk tenor 15 tahun, yield turun 1,7 bps. Lalu untuk tenor 20 tahun turun 1,9 bps, tenor 25 tahun turun 5,7 bps, dan tenor 30 tahun turun 2,1 bps.
Arus modal di pasar obligasi tersebut cukup efektif mendongrak rupiah. Bahkan rupiah terus naik peringkat hingga ke posisi runner-up di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pelaku pasar kini sedang semringah karena berbagai kabar positif. Dari China, hubungan Washington-Beijing yang sempat tegang kini agak mencair.
Wang Shouwen, Menteri Perdagangan China, menyatakan pihaknya siap berdialog dengan AS untuk menyelesaikan berbagai friksi yang terjadi selama ini. Namun China menggarisbawahi solusi yang dicapai harus menguntungkan semua pihak.
Sementara Presiden AS Donald Trump menyatakan siap mencapai kesepakatan dengan China. "Saya bisa bilang begini. China sangat ingin membuat kesepakatan. Jika itu bisa tercapai, kami siap," tegasnya, dikutip dari Reuters.
Perkembangan ini membuat pelaku pasar lega. Setidaknya ada harapan pertemuan Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 akhir bulan ini bisa menghasilkan sesuatu.
Perang dagang AS vs China adalah sebuah sentimen besar yang sangat mempengaruhi pasar. Tidak heran karena keduanya adalah perekonomian terbesar di planet bumi. Jika keduanya saling hambat dalam perdagangan, maka rantai pasok global (global supply chain) akan terpengaruh.
Oleh karena itu, setiap kabar potensi damai dagang AS-China menjadi aura positif di pasar. Investor pun berani mengambil risiko, tidak lagi bermain aman, dan arus modal berdatangan ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Di Indonesia, aliran modal ini sepertinya banyak masuk ke pasar obligasi. Sebab di pasar saham, investor asing masih membukukan jual bersih Rp 7,44 miliar sampai akhir perdagangan Sesi I.
Namun di pasar obligasi, arus modal masih terus masuk. Terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) yang merupakan pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya minat investor.
Pada pukul 12:28 WIB, yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun turun 1,7 basis poin (bps). Kemudian untuk tenor 15 tahun, yield turun 1,7 bps. Lalu untuk tenor 20 tahun turun 1,9 bps, tenor 25 tahun turun 5,7 bps, dan tenor 30 tahun turun 2,1 bps.
Arus modal di pasar obligasi tersebut cukup efektif mendongrak rupiah. Bahkan rupiah terus naik peringkat hingga ke posisi runner-up di Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular