
Bursa Saham Asia Kompak Menguat, IHSG Kok Loyo?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 November 2018 12:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali pekan ini, pergerakan IHSG bisa dibilang mengecewakan. Dibuka melemah 0,14% ke level 5.997,73, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan cepat bergerak naik ke zona hijau dan mencapai titik tertingginya di level 6.025,99 (+0,33% dibandingkan penutupan perdagangan hari Jumat, 23/11/2018).
Namun kemudian, IHSG kembali turun ke zona merah dan mencapai titik terendahnya di level 5.990,99 (-0,25%). Pada akhir sesi I, IHSG ditutup menguat, namun tipis saja yakni 0,04% ke level 6.008,83.
Performa IHSG tak bisa menyamai bursa saham utama kawasan Asia yang penguatannya jauh lebih besar: indeks Nikkei naik 0,58%, indeks Shanghai naik 0,29%, indeks Hang Seng naik 1,69%, indeks Strait Times naik 0,9%, dan indeks Kospi naik 1,07%.
Kabar positif dari Eropa membuat investor optimistis untuk memburu saham-saham di Benua Kuning. Kabar positif pertama datang dari proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit). Dalam sidang pada 25 November waktu setempat, para pemimpin Uni Eropa akhirnya menyepakati draf perjanjian Brexit yang diajukan pemerintahan Perdana Menteri Inggris Theresa May.
May mengatakan dalam kesepakatan tersebut Inggris tetap memiliki kewenangan untuk mengatur batas-batas wilayah dan anggarannya sendiri. Namun London akan membuat kebijakan yang serasi dengan Brussel sehingga menciptakan kepastian bagi para pelaku usaha.
"Mereka yang berpikir bahwa dengan menolak kesepakatan ini bisa mendapat yang lebih baik, maka akan kecewa. Ini adalah kesepakatan yang terbaik," tegas Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker, dikutip dari Reuters.
Kabar positif yang kedua datang dari Italia, di mana pemerintah Negeri Pizza semakin membuka diri untuk berdialog soal rancangan anggaran 2019. Pemerintahan Perdana Menteri Giuseppe Conte kini tidak lagi ngotot menggolkan defisit anggaran 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tahun depan.
"Saya rasa tidak ada yang kaku. Jika tujuannya adalah membuat ekonomi negara ini tumbuh, maka (defisit) bisa saja 2,2% atau 2,6%. Masalahnya bukan desimal, tetapi yang penting serius dan konkret," tutur Matteo Salvini, Wakil Perdana Menteri Italia, dikutip dari Reuters.
PM Conte dan Presiden Juncker sudah bertemu dalam sebuah jamuan makan malam di Brussel akhir pekan lalu. Keduanya sepakat untuk membahas rancangan anggaran yang memuaskan bagi kedua pihak.
"Brussel dan Roma akan bekerja sama dalam beberapa hari ke depan untuk mencapai kesepahaman dan mengutamakan solusi," kata Juru Bicara Uni Eropa Margaritis Schinas, dikutip dari Reuters. Sayang, aksi jual investor asing membuat IHSG tak bisa memanfaatkan momentum. Hingga akhir sesi 1, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 7,4 miliar.
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 24,3 miliar), PT Waskita Karya Tbk/WSKT (Rp 23,8 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 19 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 16,8 miliar), dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (Rp 13 miliar).
Perlu diketahui, untuk minggu yang berakhir pada 16 November 2018, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 3,38 triliun di pasar saham tanah air. Kemudian sepanjang minggu lalu, aksi beli investor asing belum usai. Investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 94,1 miliar.
Walaupun masih membukukan beli bersih, tetapi nilainya jauh menciut dibandingkan dengan capaian pada minggu yang berakhir pada 16 November 2018. Hal ini menunjukkan bahwa investor asing sudah mulai mengerem aksi belinya di pasar saham tanah air.
Pada perdagangan hari ini, investor asing mulai merealisasikan keuntungan yang sudah didapatkan. Secara sentimen, memang ada hal-hal yang bisa menjustifikasi aksi jual investor asing.
Sentimen negatif yang pertama datang dari perkembangan terkait Brexit itu sendiri. Walaupun draf Brexit sudah disetujui oleh Uni Eropa dan Inggris, kisruh seputar Brexit masih jauh dari kata usai. Masih ada tahapan yang harus dilalui May yang tidak kalah berat, yakni meloloskan draf Brexit di tingkatan parlemen. Kemungkinan besar, pemungutan suara terkait dengan hal ini akan digelar pada 11 Desember mendatang, seperti dikutip dari CNBC International.
Jika sampai gagal digolkan di Parlemen, May bisa saja dilengserkan dari posisinya atau yang lebih parahnya lagi, Inggris bisa meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Berbicara mengenai pemungutan suara di parlemen, kondisinya memang tak terlalu bagus. Mantan Menteri Brexit Dominic Raab belum lama ini memproyeksikan bahwa draf Brexit akan ditolak oleh parlemen.
Raab, yang mengundurkan diri pada 15 November lalu karena ketidaksetujuannya terhadap draf Brexit, mengatakan bahwa pada titik tersebut (penolakan draf Brexit oleh Parlemen), opsi-opsi alternatif termasuk “No Deal exit” akan dipertimbangkan.
Lebih lanjut, ada tentangan dari Democratic Union Party (DUP) yang merupakan partai pendukung pemerintah. DUP menyatakan bakal menggagalkan draf Brexit yang sudah disetujui oleh London dan Brussel. Pasalnya, kesepakatan itu berpotensi membuat Inggris tunduk kepada aturan-aturan Uni Eropa dan bisa membuat Irlandia Utara menjauh dari Inggris.
Ketua DUP Arlene Foster menegaskan akan mengkaji ulang dukungannya kepada pemerintah apabila draf Brexit mendapat pengesahan dari parlemen. Hal ini tentu akan menjadi ganjalan kala May juga harus menghadapi kubu oposisi yang dipimpin Jeremy Corbyn.
Sentimen negatif kedua yang menjustifikasi aksi jual investor asing adalah pesimisme terkait dengan pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 pada akhir bulan ini.
Pasalnya, tensi antara kedua negara terkait dengan perang dagang tak juga mereda, bahkan bertambah panas. Pada hari Selasa (20/11/2018), United States Trade Representative (USTR) mengatakan bahwa China telah gagal untuk mengubah praktik-praktik tidak adil di bidang kekayaan intelektual dan transfer teknologi yang menjadi salah satu alasan AS membebankan bea masuk baru bagi importasi produk-produk asal China.
“Tinjauan baru ini menunjukkan bahwa China belum secara fundamental merubah praktik-praktik yang tidak adil, tidak beralasan, dan menganggu keseimbangan pasar yang merupakan inti dari laporan pada Maret 2018 mengenai investigasi “Section 301”.” Tulis USTR dalam pernyataannya.
China pun kemudian dibuat berang oleh pernyataan tersebut. Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, menegaskan bahwa tuduhan AS sama sekali tidak berdasar.
"AS membuat tuduhan baru yang tak berdasar kepada China. Kami sangat tidak bisa menerimanya. Kami harap AS mencabut kata-kata dan perilaku yang menghancurkan hubungan bilateral kedua negara," sebut Gao dalam jumpa pers di Beijing, dilansir Reuters.
Bila AS melakukan tindakan atas tuduhannya, Gao mengatakan China akan tetap menjaga kepentingannya. Menurutnya, tindakan AS selanjutnya bisa saja semakin merusak tata cara perdagangan dunia. Sektor jasa keuangan ( 0,45%) menjadi sektor dengan kontribusi positif terbesar bagi IHSG. Sektor jasa keuangan menguat seiring dengan aksi beli pada saham-saham bank BUKU IV. Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengakhiri sesi 1 dengan menguat 1,44%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,6%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 0,3%.
Investor mengapresiasi penguatan rupiah dengan melakukan aksi beli atas saham-saham bank BUKU IV. Hingga siang hari, rupiah menguat 0,31% di pasar spot ke level Rp 14.490/dolar AS. Ini merupakan kali pertama rupiah diperdagangkan di bawah level Rp 15.500/dolar AS sejak 10 Agustus silam.
Aksi beli investor asing di pasar obligasi nampak menjadi motor penguatan rupiah. Hingga siang hari, imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah Indonesia tenor 10 tahun turun sebesar 1,7 bps ke level 7,899%.
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Waduh! Investor Asing Kabur dari 10 Emiten Kala IHSG Merah
Namun kemudian, IHSG kembali turun ke zona merah dan mencapai titik terendahnya di level 5.990,99 (-0,25%). Pada akhir sesi I, IHSG ditutup menguat, namun tipis saja yakni 0,04% ke level 6.008,83.
Performa IHSG tak bisa menyamai bursa saham utama kawasan Asia yang penguatannya jauh lebih besar: indeks Nikkei naik 0,58%, indeks Shanghai naik 0,29%, indeks Hang Seng naik 1,69%, indeks Strait Times naik 0,9%, dan indeks Kospi naik 1,07%.
May mengatakan dalam kesepakatan tersebut Inggris tetap memiliki kewenangan untuk mengatur batas-batas wilayah dan anggarannya sendiri. Namun London akan membuat kebijakan yang serasi dengan Brussel sehingga menciptakan kepastian bagi para pelaku usaha.
"Mereka yang berpikir bahwa dengan menolak kesepakatan ini bisa mendapat yang lebih baik, maka akan kecewa. Ini adalah kesepakatan yang terbaik," tegas Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker, dikutip dari Reuters.
Kabar positif yang kedua datang dari Italia, di mana pemerintah Negeri Pizza semakin membuka diri untuk berdialog soal rancangan anggaran 2019. Pemerintahan Perdana Menteri Giuseppe Conte kini tidak lagi ngotot menggolkan defisit anggaran 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tahun depan.
"Saya rasa tidak ada yang kaku. Jika tujuannya adalah membuat ekonomi negara ini tumbuh, maka (defisit) bisa saja 2,2% atau 2,6%. Masalahnya bukan desimal, tetapi yang penting serius dan konkret," tutur Matteo Salvini, Wakil Perdana Menteri Italia, dikutip dari Reuters.
PM Conte dan Presiden Juncker sudah bertemu dalam sebuah jamuan makan malam di Brussel akhir pekan lalu. Keduanya sepakat untuk membahas rancangan anggaran yang memuaskan bagi kedua pihak.
"Brussel dan Roma akan bekerja sama dalam beberapa hari ke depan untuk mencapai kesepahaman dan mengutamakan solusi," kata Juru Bicara Uni Eropa Margaritis Schinas, dikutip dari Reuters. Sayang, aksi jual investor asing membuat IHSG tak bisa memanfaatkan momentum. Hingga akhir sesi 1, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 7,4 miliar.
5 besar saham yang dilepas investor asing adalah: PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 24,3 miliar), PT Waskita Karya Tbk/WSKT (Rp 23,8 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 19 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 16,8 miliar), dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (Rp 13 miliar).
Perlu diketahui, untuk minggu yang berakhir pada 16 November 2018, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 3,38 triliun di pasar saham tanah air. Kemudian sepanjang minggu lalu, aksi beli investor asing belum usai. Investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 94,1 miliar.
Walaupun masih membukukan beli bersih, tetapi nilainya jauh menciut dibandingkan dengan capaian pada minggu yang berakhir pada 16 November 2018. Hal ini menunjukkan bahwa investor asing sudah mulai mengerem aksi belinya di pasar saham tanah air.
Pada perdagangan hari ini, investor asing mulai merealisasikan keuntungan yang sudah didapatkan. Secara sentimen, memang ada hal-hal yang bisa menjustifikasi aksi jual investor asing.
Sentimen negatif yang pertama datang dari perkembangan terkait Brexit itu sendiri. Walaupun draf Brexit sudah disetujui oleh Uni Eropa dan Inggris, kisruh seputar Brexit masih jauh dari kata usai. Masih ada tahapan yang harus dilalui May yang tidak kalah berat, yakni meloloskan draf Brexit di tingkatan parlemen. Kemungkinan besar, pemungutan suara terkait dengan hal ini akan digelar pada 11 Desember mendatang, seperti dikutip dari CNBC International.
Jika sampai gagal digolkan di Parlemen, May bisa saja dilengserkan dari posisinya atau yang lebih parahnya lagi, Inggris bisa meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Berbicara mengenai pemungutan suara di parlemen, kondisinya memang tak terlalu bagus. Mantan Menteri Brexit Dominic Raab belum lama ini memproyeksikan bahwa draf Brexit akan ditolak oleh parlemen.
Raab, yang mengundurkan diri pada 15 November lalu karena ketidaksetujuannya terhadap draf Brexit, mengatakan bahwa pada titik tersebut (penolakan draf Brexit oleh Parlemen), opsi-opsi alternatif termasuk “No Deal exit” akan dipertimbangkan.
Lebih lanjut, ada tentangan dari Democratic Union Party (DUP) yang merupakan partai pendukung pemerintah. DUP menyatakan bakal menggagalkan draf Brexit yang sudah disetujui oleh London dan Brussel. Pasalnya, kesepakatan itu berpotensi membuat Inggris tunduk kepada aturan-aturan Uni Eropa dan bisa membuat Irlandia Utara menjauh dari Inggris.
Ketua DUP Arlene Foster menegaskan akan mengkaji ulang dukungannya kepada pemerintah apabila draf Brexit mendapat pengesahan dari parlemen. Hal ini tentu akan menjadi ganjalan kala May juga harus menghadapi kubu oposisi yang dipimpin Jeremy Corbyn.
Sentimen negatif kedua yang menjustifikasi aksi jual investor asing adalah pesimisme terkait dengan pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 pada akhir bulan ini.
Pasalnya, tensi antara kedua negara terkait dengan perang dagang tak juga mereda, bahkan bertambah panas. Pada hari Selasa (20/11/2018), United States Trade Representative (USTR) mengatakan bahwa China telah gagal untuk mengubah praktik-praktik tidak adil di bidang kekayaan intelektual dan transfer teknologi yang menjadi salah satu alasan AS membebankan bea masuk baru bagi importasi produk-produk asal China.
“Tinjauan baru ini menunjukkan bahwa China belum secara fundamental merubah praktik-praktik yang tidak adil, tidak beralasan, dan menganggu keseimbangan pasar yang merupakan inti dari laporan pada Maret 2018 mengenai investigasi “Section 301”.” Tulis USTR dalam pernyataannya.
China pun kemudian dibuat berang oleh pernyataan tersebut. Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, menegaskan bahwa tuduhan AS sama sekali tidak berdasar.
"AS membuat tuduhan baru yang tak berdasar kepada China. Kami sangat tidak bisa menerimanya. Kami harap AS mencabut kata-kata dan perilaku yang menghancurkan hubungan bilateral kedua negara," sebut Gao dalam jumpa pers di Beijing, dilansir Reuters.
Bila AS melakukan tindakan atas tuduhannya, Gao mengatakan China akan tetap menjaga kepentingannya. Menurutnya, tindakan AS selanjutnya bisa saja semakin merusak tata cara perdagangan dunia. Sektor jasa keuangan ( 0,45%) menjadi sektor dengan kontribusi positif terbesar bagi IHSG. Sektor jasa keuangan menguat seiring dengan aksi beli pada saham-saham bank BUKU IV. Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengakhiri sesi 1 dengan menguat 1,44%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,6%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 0,3%.
Investor mengapresiasi penguatan rupiah dengan melakukan aksi beli atas saham-saham bank BUKU IV. Hingga siang hari, rupiah menguat 0,31% di pasar spot ke level Rp 14.490/dolar AS. Ini merupakan kali pertama rupiah diperdagangkan di bawah level Rp 15.500/dolar AS sejak 10 Agustus silam.
Aksi beli investor asing di pasar obligasi nampak menjadi motor penguatan rupiah. Hingga siang hari, imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah Indonesia tenor 10 tahun turun sebesar 1,7 bps ke level 7,899%.
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Waduh! Investor Asing Kabur dari 10 Emiten Kala IHSG Merah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular