Investor Harap Waspada, IHSG Bisa Segera Berbalik Melemah!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 November 2018 09:37
Investor Harap Waspada, IHSG Bisa Segera Berbalik Melemah!
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah 0,14% ke level 5.997,73, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan cepat bergerak naik ke zona hijau. Pada pukul 09:20 WIB, IHSG menguat 0,24% ke level 6.020,34.

Pergerakan IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan menguat: indeks Nikkei naik 0,62%, indeks Shanghai naik 0,4%, indeks Hang Seng naik 1,15%, indeks Strait Times naik 0,6%, dan indeks Kospi naik 1,01%.

Kabar positif dari Eropa membuat investor optimistis untuk memburu instrumen berisiko seperti saham. Kabar positif pertama datang dari proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit). Dalam sidang pada 25 November waktu setempat, para pemimpin Uni Eropa akhirnya menyepakati draf perjanjian Brexit yang diajukan pemerintahan Perdana Menteri Inggris Theresa May.

May mengatakan dalam kesepakatan tersebut Inggris tetap memiliki kewenangan untuk mengatur batas-batas wilayah dan anggarannya sendiri. Namun London akan membuat kebijakan yang serasi dengan Brussel sehingga menciptakan kepastian bagi para pelaku usaha.

"Mereka yang berpikir bahwa dengan menolak kesepakatan ini bisa mendapat yang lebih baik, maka akan kecewa. Ini adalah kesepakatan yang terbaik," tegas Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker, dikutip dari Reuters.

Kabar positif yang kedua datang dari Italia, di mana pemerintah Negeri Pizza semakin membuka diri untuk berdialog soal rancangan anggaran 2019. Pemerintahan Perdana Menteri Giuseppe Conte kini tidak lagi ngotot menggolkan defisit anggaran 2,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tahun depan.

"Saya rasa tidak ada yang kaku. Jika tujuannya adalah membuat ekonomi negara ini tumbuh, maka (defisit) bisa saja 2,2% atau 2,6%. Masalahnya bukan desimal, tetapi yang penting serius dan konkret," tutur Matteo Salvini, Wakil Perdana Menteri Italia, dikutip dari Reuters.

PM Conte dan Presiden Juncker sudah bertemu dalam sebuah jamuan makan malam di Brussel akhir pekan lalu. Keduanya sepakat untuk membahas rancangan anggaran yang memuaskan bagi kedua pihak.

"Brussel dan Roma akan bekerja sama dalam beberapa hari ke depan untuk mencapai kesepahaman dan mengutamakan solusi," kata Juru Bicara Uni Eropa Margaritis Schinas, dikutip dari Reuters. Namun, aksi beli investor dibatasi oleh pesimisme terkait dengan pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 pada akhir bulan ini.

Pasalnya, tensi antara kedua negara terkait dengan perang dagang tak juga mereda, bahkan bertambah panas. Pada hari Selasa (20/11/2018), United States Trade Representative (USTR) mengatakan bahwa China telah gagal untuk mengubah praktik-praktik tidak adil di bidang kekayaan intelektual dan transfer teknologi yang menjadi salah satu alasan AS membebankan bea masuk baru bagi importasi produk-produk asal China.

“Tinjauan baru ini menunjukkan bahwa China belum secara fundamental merubah praktik-praktik yang tidak adil, tidak beralasan, dan menganggu keseimbangan pasar yang merupakan inti dari laporan pada Maret 2018 mengenai investigasi “Section 301”.” Tulis USTR dalam pernyataannya.

China pun kemudian dibuat berang oleh pernyataan tersebut. Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, menegaskan bahwa tuduhan AS sama sekali tidak berdasar.

"AS membuat tuduhan baru yang tak berdasar kepada China. Kami sangat tidak bisa menerimanya. Kami harap AS mencabut kata-kata dan perilaku yang menghancurkan hubungan bilateral kedua negara," sebut Gao dalam jumpa pers di Beijing, dilansir Reuters.

Bila AS melakukan tindakan atas tuduhannya, Gao mengatakan China akan tetap menjaga kepentingannya. Menurutnya, tindakan AS selanjutnya bisa saja semakin merusak tata cara perdagangan dunia.

Sentimen negatif lainnya datang dari rilis pembacaan awal untuk data Nikkei Manufacturing PMI Jepang periode November 2018 yang sebesar 51,8, di bawah konsensus yang sebesar 53, seperti dikutip dari Trading Economics.

Penguatan indeks dolar AS yang sebesar 0,09% mencerminkan bahwa sejatinya investor masih agak bermain aman hari ini. Dolar AS menguat di tengah rilis data ekonomi AS yang mengecewakan, yang seharusnya membuat dolar AS melemah lantaran persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan pada bulan desember oleh The Federal Reserve memudar.

Benar saja, mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 25 November 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps pada bulan Desember adalah sebesar 74,1%, lebih rendah dari posisi 23 November yang sebesar 75,8%.

Menjelang akhir pekan, pembacaan awal untuk data Manufacturing PMI periode November 2018 versi Markit diumumkan sebesar 55,4, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 55,8, seperti dikutip dari Forex Factory.

Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,07% di pasar spot ke level Rp 14.545/dolar AS. Jika investor semakin bermain aman dengan memburu dolar AS dan melepas rupiah, besar kemungkinan IHSG akan segera kembali mencicipi pahitnya zona merah.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular