
Situasi Global Kondusif, Indeks Shanghai Dibuka Naik Tipis
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 November 2018 08:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Shanghai dibuka naik tipis 0,05% ke level 2.580,84, sementara indeks Hang Seng menguat 0,66% ke level 26.099,35.
Situasi global yang kondusif terkait dengan proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) membuat investor optimistis untuk memburu instrumen berisiko seperti saham. Dalam sidang pada 25 November waktu setempat, para pemimpin Uni Eropa akhirnya menyepakati draf perjanjian Brexit yang diajukan pemerintahan Perdana Menteri Inggris Theresa May.
May mengatakan dalam kesepakatan tersebut Inggris tetap memiliki kewenangan untuk mengatur batas-batas wilayah dan anggarannya sendiri. Namun London akan membuat kebijakan yang serasi dengan Brussel sehingga menciptakan kepastian bagi para pelaku usaha.
"Mereka yang berpikir bahwa dengan menolak kesepakatan ini bisa mendapat yang lebih baik, maka akan kecewa. Ini adalah kesepakatan yang terbaik," tegas Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker, dikutip dari Reuters.
Namun, aksi beli investor dibatasi oleh pesimisme terkait dengan pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 pada akhir bulan ini.
Pasalnya, tensi antara kedua negara terkait dengan perang dagang tak juga mereda, bahkan bertambah panas. Pada hari Selasa (20/11/2018), United States Trade Representative (USTR) mengatakan bahwa China telah gagal untuk mengubah praktik-praktik tidak adil di bidang kekayaan intelektual dan transfer teknologi yang menjadi salah satu alasan AS membebankan bea masuk baru bagi importasi produk-produk asal China.
"Tinjauan baru ini menunjukkan bahwa China belum secara fundamental merubah praktik-praktik yang tidak adil, tidak beralasan, dan menganggu keseimbangan pasar yang merupakan inti dari laporan pada Maret 2018 mengenai investigasi "Section 301"." Tulis USTR dalam pernyataannya.
China pun kemudian dibuat berang oleh pernyataan tersebut. Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, menegaskan bahwa tuduhan AS sama sekali tidak berdasar.
"AS membuat tuduhan baru yang tak berdasar kepada China. Kami sangat tidak bisa menerimanya. Kami harap AS mencabut kata-kata dan perilaku yang menghancurkan hubungan bilateral kedua negara," sebut Gao dalam jumpa pers di Beijing, dilansir Reuters.
Bila AS melakukan tindakan atas tuduhannya, Gao mengatakan China akan tetap menjaga kepentingannya. Menurutnya, tindakan AS selanjutnya bisa saja semakin merusak tata cara perdagangan dunia.
Pada pukul 15:30 WIB, data perdagangan internasional Hong Kong periode Oktober 2018 akan diumumkan. Pada periode September 2018, ekspor tercatat tumbuh sebesar 4,5% YoY, sementara impor naik 4,8% YoY. Neraca dagang lantas membukukan defisit sebesar HKD 47,7 miliar, seperti dilansir dari Trading Economics.
Di China, tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan dirilis pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Yakin AS-China Bakal Damai, Bursa China Menghijau
Situasi global yang kondusif terkait dengan proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) membuat investor optimistis untuk memburu instrumen berisiko seperti saham. Dalam sidang pada 25 November waktu setempat, para pemimpin Uni Eropa akhirnya menyepakati draf perjanjian Brexit yang diajukan pemerintahan Perdana Menteri Inggris Theresa May.
May mengatakan dalam kesepakatan tersebut Inggris tetap memiliki kewenangan untuk mengatur batas-batas wilayah dan anggarannya sendiri. Namun London akan membuat kebijakan yang serasi dengan Brussel sehingga menciptakan kepastian bagi para pelaku usaha.
Namun, aksi beli investor dibatasi oleh pesimisme terkait dengan pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 pada akhir bulan ini.
Pasalnya, tensi antara kedua negara terkait dengan perang dagang tak juga mereda, bahkan bertambah panas. Pada hari Selasa (20/11/2018), United States Trade Representative (USTR) mengatakan bahwa China telah gagal untuk mengubah praktik-praktik tidak adil di bidang kekayaan intelektual dan transfer teknologi yang menjadi salah satu alasan AS membebankan bea masuk baru bagi importasi produk-produk asal China.
"Tinjauan baru ini menunjukkan bahwa China belum secara fundamental merubah praktik-praktik yang tidak adil, tidak beralasan, dan menganggu keseimbangan pasar yang merupakan inti dari laporan pada Maret 2018 mengenai investigasi "Section 301"." Tulis USTR dalam pernyataannya.
China pun kemudian dibuat berang oleh pernyataan tersebut. Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, menegaskan bahwa tuduhan AS sama sekali tidak berdasar.
"AS membuat tuduhan baru yang tak berdasar kepada China. Kami sangat tidak bisa menerimanya. Kami harap AS mencabut kata-kata dan perilaku yang menghancurkan hubungan bilateral kedua negara," sebut Gao dalam jumpa pers di Beijing, dilansir Reuters.
Bila AS melakukan tindakan atas tuduhannya, Gao mengatakan China akan tetap menjaga kepentingannya. Menurutnya, tindakan AS selanjutnya bisa saja semakin merusak tata cara perdagangan dunia.
Pada pukul 15:30 WIB, data perdagangan internasional Hong Kong periode Oktober 2018 akan diumumkan. Pada periode September 2018, ekspor tercatat tumbuh sebesar 4,5% YoY, sementara impor naik 4,8% YoY. Neraca dagang lantas membukukan defisit sebesar HKD 47,7 miliar, seperti dilansir dari Trading Economics.
Di China, tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan dirilis pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Yakin AS-China Bakal Damai, Bursa China Menghijau
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular