Bak Roller Coaster, Begini Lika-Liku Perjalanan IHSG Hari Ini

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 November 2018 16:58
Sektor Barang Konsumsi Pimpin Laju IHSG
Foto: ist
Secara sektoral, sektor barang konsumsi (+1,35%) memimpin penguatan IHSG. Saham-saham sektor barang konsumsi yang diburu investor diantaranya: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+2,49%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+2,33%), PT Mayora Indah Tbk/MYOR (+1,7%), PT Kimia Farma Tbk/KAEF (+1,16%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+0,37%).

Koreksi yang sudah terlalu dalam membuat saham-saham barang konsumsi kini dikoleksi investor. Pada 12 November 2018, indeks sektor barang konsumsi menyentuh titik terendahnya sejak akhir Desember 2016 silam.

Secara fundamental, prospek dari saham-saham barang konsumsi masih kurang menarik. Data-data yang sudah ada mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat Indonesia akan melemah pada kuartal-IV 2018.

Belum lama ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi kuartal-III 2018 sebesar 5,17% YoY, mengalahkan konsensus yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia sebesar 5,145% YoY.

Namun, terdapat tekanan yang cukup besar bagi pos konsumsi rumah tangga. Pos ini hanya tumbuh sebesar 5,01% YoY, jauh lebih rendah dibandingkan capaian kuartal-II 2018 yang sebesar 5,14% YoY.

Memang, pada kuartal-II 2018 terdapat bulan puasa dan lebaran yang sangat signifikan mendongkrak konsumsi. Tetapi di kuartal-III 2018, terdapat pagelaran Asian Games 2018 dan hari kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus yang juga mendongrak konsumsi, walaupun memang tak akan sesignifikan bulan puasa dan lebaran. Tetap saja, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang hanya sebesar 5,01% YoY tergolong lambat.

Di kuartal-IV 2018, ada perayaan hari Natal dan libur tahun baru yang lagi-lagi bisa mendongkrak konsumsi. Namun, dampaknya kami perkirakan juga tak akan sesignifikan bulan puasa dan lebaran.

Apalagi, Bank Indonesia (BI) merilis angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Oktober 2018 di level 119,2, terendah dalam 20 bulan terakhir atau sejak Februari 2017. Turunnya IKK bulan Oktober dipengaruhi oleh penurunan pada 2 komponen pembentuknya, yakni Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK).

IKE turun menjadi 106,2, dari 110,2 pada bulan sebelumnya. Sementara itu, IEK turun menjadi 132,2, dari 134,5 pada bulan sebelumnya.

Rendahnya angka IKK memberikan sinyal bahwa masyarakat Indonesia akan mengurangi konsumsinya dalam beberapa waktu ke depan.

Hal ini pun nampaknya sudah mulai terkonfirmasi. Dalam publikasi Survei Penjualan Eceran periode September 2018 yang dirilis oleh BI, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan riil periode Oktober 2018 tercatat hanya sebesar 3,9% YoY, melambat dari capaian bulan sebelumnya yang sebesar 4,8% YoY.

Kami melihat bahwa konsumsi rumah tangga akan jatuh ke bawah level 5% pada kuartal-IV 2018. (ank/hps)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular