
Ramalan Bos OJK: Dolar AS tidak Lagi Gencet Rupiah
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
23 November 2018 14:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat di perdagangan pasar spot, Jumat (23/11/2018). Pada pukul 13:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.525/US$, menguat 0,34% dibandingkan posisi penutupan pasar hari sebelumnya.
Rupiah, pun semakin medekati level Rp 14.400/US$. Sepanjang November, mata uang Garuda memang berhasil menggilas keperkasaan greenback. Tekanan dolar AS yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir pun diyakini bakal mereda di sisa tahun ini.
Demikian disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso kepada wartawan saat ditemui di kompleks Bank Indonesia (BI), Jakarta, Jumat (23/11/2018).
Menurut Wimboh, ada beberapa alasan yang membuat tekanan terhadap nilai tukar rupiah di sisa akhir tahun ini mereda. Salah satunya, The Fed yang tak lagi agresif menaikkan bunga.
Para pelaku pasar yang awalnya memperkirakan The Fed akan mengerek bunga acuan di akhir tahun ini secara tiba-tiba skeptis. Pelaku pasar justru menilai The Fed tidak akan kembali mengerek bunga acuan.
"Karena memang dunia sudah melihat bahwa normalisasi di AS itu tensinya sudah semakin rendah. Kalau terlalu kenceng, imbas ke negara berkembang sudah kelihatan," kata Wimboh.
"Ini sudah dilihat bahwa semua permasalahan akan berimbas kembali ke perekonomian negara maju, termasuk AS. Karena kalau negara berkembang alami tekanan, itu bisa menganggu," lanjutnya.
Wimboh memperkirakan, pergerakan rupiah sampai akhir tahun akan berada di rentang Rp 14.500/US$ - Rp 14.600/US$, seiring dengan ketidakpastian ekonomi global yang mereda. "Saya rasa level ini bisa bertahan sampai akhir tahun," ujar Wimboh.
(miq/miq) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
Rupiah, pun semakin medekati level Rp 14.400/US$. Sepanjang November, mata uang Garuda memang berhasil menggilas keperkasaan greenback. Tekanan dolar AS yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir pun diyakini bakal mereda di sisa tahun ini.
Demikian disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso kepada wartawan saat ditemui di kompleks Bank Indonesia (BI), Jakarta, Jumat (23/11/2018).
Menurut Wimboh, ada beberapa alasan yang membuat tekanan terhadap nilai tukar rupiah di sisa akhir tahun ini mereda. Salah satunya, The Fed yang tak lagi agresif menaikkan bunga.
Para pelaku pasar yang awalnya memperkirakan The Fed akan mengerek bunga acuan di akhir tahun ini secara tiba-tiba skeptis. Pelaku pasar justru menilai The Fed tidak akan kembali mengerek bunga acuan.
"Karena memang dunia sudah melihat bahwa normalisasi di AS itu tensinya sudah semakin rendah. Kalau terlalu kenceng, imbas ke negara berkembang sudah kelihatan," kata Wimboh.
"Ini sudah dilihat bahwa semua permasalahan akan berimbas kembali ke perekonomian negara maju, termasuk AS. Karena kalau negara berkembang alami tekanan, itu bisa menganggu," lanjutnya.
Wimboh memperkirakan, pergerakan rupiah sampai akhir tahun akan berada di rentang Rp 14.500/US$ - Rp 14.600/US$, seiring dengan ketidakpastian ekonomi global yang mereda. "Saya rasa level ini bisa bertahan sampai akhir tahun," ujar Wimboh.
(miq/miq) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
Most Popular