
Salip Rupee, Rupiah Kini Nomor 1 di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 November 2018 13:41

Kemudian faktor kedua adalah harga minyak yang turun sejak pagi hari. Pada pukul 13:29 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,3% dan light sweet berkurang 0,16%. Sejak awal November, brent sudah anjlok 13,22% sedangkan light sweet amblas 14,37%.
Harga minyak memang masih rentan terkoreksi karena persepsi melimpahnya pasokan. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan terjadi kelebihan pasokan sekitar 1,4 juta barel/hari pada 2019.
Sementara pertumbuhan ekonomi dunia justru melambat. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi dunia tumbuh 3,7% pada 2019, direvisi dari proyeksi sebelumnya yaitu 3,9%.
Kelebihan pasokan ditambah dengan perlambatan ekonomi tentu membuat harga minyak semakin tertekan. Outlook harga minyak pun suram.
US Energy Information Adminstration (EIA) memperkirakan rata-rata harga minyak jenis brent pada 2019 adalah US$ 72/barel dan light sweet di US$ 65/barel. Tahun ini, rata-rata harga brent sejak 1 Januari adalah US$ 73,22/barel sementara light sweet di US$ 66,63/barel.
Penurunan harga minyak adalah berkah bagi Indonesia. Tidak perlu banyak valas untuk mengimpor migas, sehingga mengurangi beban neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account).
Artinya fundamental rupiah akan lebih kuat sehingga mata uang Tanah Air menjadi stabil. Investor pun memberikan apresiasi dengan mulai mengoleksi rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Harga minyak memang masih rentan terkoreksi karena persepsi melimpahnya pasokan. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan terjadi kelebihan pasokan sekitar 1,4 juta barel/hari pada 2019.
Sementara pertumbuhan ekonomi dunia justru melambat. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi dunia tumbuh 3,7% pada 2019, direvisi dari proyeksi sebelumnya yaitu 3,9%.
US Energy Information Adminstration (EIA) memperkirakan rata-rata harga minyak jenis brent pada 2019 adalah US$ 72/barel dan light sweet di US$ 65/barel. Tahun ini, rata-rata harga brent sejak 1 Januari adalah US$ 73,22/barel sementara light sweet di US$ 66,63/barel.
Penurunan harga minyak adalah berkah bagi Indonesia. Tidak perlu banyak valas untuk mengimpor migas, sehingga mengurangi beban neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account).
Artinya fundamental rupiah akan lebih kuat sehingga mata uang Tanah Air menjadi stabil. Investor pun memberikan apresiasi dengan mulai mengoleksi rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular