Gawat! Bursa Saham Asia Kini Balik Arah ke Zona Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 November 2018 10:53
Bursa saham utama kawasan Asia kini diperdagangkan di zona merah.
Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia kini diperdagangkan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,02%, indeks Shanghai turun 0,27%, indeks Hang Seng turun 0,16%, indeks Strait Times turun 0,05%, dan indeks Kospi turun 0,42%.

Padahal pada pembukaan perdangangan, semuanya kompak menguat: indeks Nikkei naik 0,35%, indeks Shanghai naik 0,17%, indeks Hang Seng naik 0,65%, indeks Strait Times naik 0,47%, dan indeks Kospi naik 0,12%.

Pelaku pasar nampak mengabaikan rilis data ekonomi di AS yang tak mampu memenuhi ekspektasi. Klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 16 November 2018 diumumkan sebesar 224.000, lebih tinggi dari estimasi yang sebesar 215.000, seperti dikutip dari Forex Factory.

Kemudian, pemesanan barang tahan lama inti periode Oktober 2018 diumumkan terkontraksi sebesar 0,1% MoM, di bawah konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,4% MoM.

Mengecewakannya rilis data tersebut seharusnya menimbulkan persepsi bahwa The Federal Reserve belum akan mengerek suku bunga acuan pada bulan depan. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 21 November 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps pada bulan Desember adalah sebesar 72,3%. Posisi ini memang lebih rendah dari posisi bulan lalu yang sebesar 78,4%.

Namun, angkanya tetap saja masih berada di level yang relatif tinggi. Pelaku pasar memandang bahwa kemungkinan The Fed menunda rencana normalisasinya adalah tipis.

Apalagi, Presiden AS Donald Trump sudah beberapa kali menyerang kebijakan pengetatan yang diambil oleh The Fed. Tak hanya institusinya, Gubernur The Fed yakni Jerome Powell juga ikut diserang oleh Trump.

Oleh karenanya, menjadi penting bagi The Fed untuk membuktikan independensinya. Walau perekonomian melambat pun, akan sulit memaksa The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga acuan.

Dari kawasan regional, kabar buruk datang dari rilis data ekonomi di Singapura. Pada pukul 07:00 WIB tadi, angka final untuk pertumbuhan ekonomi periode kuartal-III 2018 diumumkan sebesar 2,2% YoY, di bawah konsensus yang sebesar 2,4% YoY.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Hari Buruh, Beberapa Bursa Asia-Pasifik Dibuka Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular