
Rupiah Mampu Bangkit Siang Ini, Tapi Pasar Valas RI Tutup...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 November 2018 14:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) yang sempat perkasa di Asia kini mengendur. Komentar pejabat The Federal Reserve/The Fed dan data ekonomi yang kurang oke membuat greenback balik kanan.
Pada Selasa (20/11/2018) pukul 13:23 WIB, berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia:
Terlihat bahwa mayoritas mata uang utama Asia mampu menguat di hadapan dolar AS. Namun rupiah dan ringgit Malaysia masih mencerminkan posisi kemarin, karena hari ini pasar keuangan di kedua negara tersebut libur memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tidak hanya di Asia, dolar AS pun kehilangan pegangan secara global. Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,02% pada pukul 13:28 WIB.
Setidaknya ada dua penyebab pelemahan dolar AS. Pertama adalah komentar Presiden The Fed New York John Williams. Menurut Williams, kenaikan suku bunga acuan harus benar-benar didukung oleh data yang mumpuni.
"Kami memang tetap menaikkan suku bunga acuan. Namun dalam konteks ekonomi betul-betul sudah sangat kuat," tegasnya, mengutip Reuters.
Komentar Williams senada dengan pernyataan beberapa pejabat The Fed sebelumnya. Richard Clarida, Wakil Gubernur The Fed, mengatakan suku bunga acuan di AS sudah semakin mendekati titik netral, di mana suku bunga tidak lagi mendorong laju perekonomian maupun mengeremnya.
Bukan berarti The Fed menaikkan suku bunga terlalu tinggi, terlalu cepat, atau terlalu agresif. Namun kenaikan suku bunga berikutnya sebaiknya lebih mengacu kepada data (data dependent) karena saat ini Federal Funds Rate semakin dekat ke target 2,5-2,5% yang disebut netral.
"Kami sudah dalam titik di mana harus benar-benar data dependent. Suku bunga kebijakan yang netral adalah sesuatu yang masuk akal," tutur Clarida.
Presiden The Fed Dallas Robert Kaplan juga menyebutkan ada risiko yang dihadapi ekonomi Negeri Paman Sam. Kaplan mengatakan ada perlambatan pertumbuhan ekonomi di Eropa dan China, dan itu bisa mempengaruhi AS.
Pernyataan para petinggi The Fed tersebut bisa membuat pelaku pasar berpersepsi ada kemungkinan The Fed akan memperlambat laju kenaikan suku bunga acuan. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 bps pada dalam The Fed 19 Desember adalah 72,3%. Turun dibandingkan seminggu sebelumnya yaitu 75,8%.
Tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan, dolar AS akan lesu. Sebab selama ini tingginya permintaan terhadap greenback didorong oleh kenaikan Federal Funds Rate.
Pada Selasa (20/11/2018) pukul 13:23 WIB, berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia:
Tidak hanya di Asia, dolar AS pun kehilangan pegangan secara global. Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,02% pada pukul 13:28 WIB.
Setidaknya ada dua penyebab pelemahan dolar AS. Pertama adalah komentar Presiden The Fed New York John Williams. Menurut Williams, kenaikan suku bunga acuan harus benar-benar didukung oleh data yang mumpuni.
"Kami memang tetap menaikkan suku bunga acuan. Namun dalam konteks ekonomi betul-betul sudah sangat kuat," tegasnya, mengutip Reuters.
Komentar Williams senada dengan pernyataan beberapa pejabat The Fed sebelumnya. Richard Clarida, Wakil Gubernur The Fed, mengatakan suku bunga acuan di AS sudah semakin mendekati titik netral, di mana suku bunga tidak lagi mendorong laju perekonomian maupun mengeremnya.
Bukan berarti The Fed menaikkan suku bunga terlalu tinggi, terlalu cepat, atau terlalu agresif. Namun kenaikan suku bunga berikutnya sebaiknya lebih mengacu kepada data (data dependent) karena saat ini Federal Funds Rate semakin dekat ke target 2,5-2,5% yang disebut netral.
"Kami sudah dalam titik di mana harus benar-benar data dependent. Suku bunga kebijakan yang netral adalah sesuatu yang masuk akal," tutur Clarida.
Presiden The Fed Dallas Robert Kaplan juga menyebutkan ada risiko yang dihadapi ekonomi Negeri Paman Sam. Kaplan mengatakan ada perlambatan pertumbuhan ekonomi di Eropa dan China, dan itu bisa mempengaruhi AS.
Pernyataan para petinggi The Fed tersebut bisa membuat pelaku pasar berpersepsi ada kemungkinan The Fed akan memperlambat laju kenaikan suku bunga acuan. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 bps pada dalam The Fed 19 Desember adalah 72,3%. Turun dibandingkan seminggu sebelumnya yaitu 75,8%.
Tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan, dolar AS akan lesu. Sebab selama ini tingginya permintaan terhadap greenback didorong oleh kenaikan Federal Funds Rate.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Bagaimana Nasib Rupiah?
Pages
Most Popular