Begini Perjuangan IHSG Bisa Bertahan di Level 6.000

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 November 2018 16:59
Begini Perjuangan IHSG Bisa Bertahan di Level 6.000
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali hari dengan penguatan sebesar 0,27%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat jatuh 0,64% dan meninggalkan level psikologis 6.000, yakni ke level 5.974,14. Namun pada akhir perdagangan, IHSG ditutup di level 6.005,3 atau melemah tipis 0,12%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 6,57 triliun dengan volume sebanyak 7,39 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 376.780 kali.

IHSG melemah kala mayoritas bursa saham utama kawasan regional diperdagangkan menguat: indeks Nikkei naik 0,65%, indeks Shanghai naik 0,91%, indeks Hang Seng naik 0,72%, dan indeks Kospi naik 0,39%.

Pergerakan rupiah yang tak meyakinkan pada hari ini membuat bursa saham tanah air ditinggal investor. Dibuka menguat 0,64% di pasar spot ke level Rp 14.515/dolar AS, rupiah justru melemah 0,07% ke level Rp 14.618/dolar AS pada tengah hari. Pada akhir perdagangan, rupiah kembali menguat walaupun tipis saja sebesar 0,16% ke level Rp 14.585/dolar AS.

Mata uang negara-negara Asia lainnya malah terdepresiasi melawan dolar AS. Secara berturut-turut melawan dolar Singapura, dolar Hong Kong, dolar Taiwan, Won, dan baht di pasar spot, dolar AS menguat sebesar 0,04%, 0,04%, 0,43%, 0,57%, dan 0,3%.

Pelaku pasar sedang harap-harap cemas menantikan perkembangan dari Inggris seputar proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), sehingga mereka lari ke pelukan dolar AS.

Melansir The Guardian, sebanyak 23 Member of Parliament (MP) dari Partai Konservatif yang merupakan partai Pimpinan May telah secara terbuka mengatakan bahwa mereka telah mengirimkan surat yang isinya meminta pemungutan suara atas mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan May. Aksi ini terjadi pasca May mengamankan dukungan terkait draf Brexit dari Uni Eropa dan Kabinetnya sendiri.

Sebanyak 48 surat dibutuhkan untuk melakukan pemungutan suara tersebut. Besar kemungkinan, jumlah MP yang mengirimkan surat terus bertambah dan membuat masa depan May menjadi benar-benar di ujung tanduk.

Jika May sampai dilengserkan, nasib Brexit bisa menjadi kian tidak jelas. Pada akhirnya, perekonomian Inggris dan Uni Eropa menjadi taruhannya. Sektor barang konsumsi (-0,39%) menjadi salah satu kontributor utama yang membawa IHSG ditutup di zona merah.

Saham-saham barang konsumsi yang dilepas investor diantaranya: PT Mayora Indah Tbk/MYOR (-3,24%), PT Nippon Indosari Corpindo Tbk/ROTI (-1,87%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-0,58%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-0,45%), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,42%). Dalam 4 hari perdagangan terakhir, indeks sektor barang konsumsi terus membukukan penguatan. Padahal, secara fundamental memang kondisinya kurang ciamik. Alhasil, kala ada sentimen negatif yang menerpa IHSG pada hari ini (pergerakan rupiah yang tak meyakinkan), investor menjadikannya alasan untuk melakukan aksi ambil untung.

Secara fundamental, data-data yang sudah ada mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat Indonesia akan melemah pada kuartal-IV 2018.

Belum lama ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi kuartal-III 2018 sebesar 5,17% YoY, mengalahkan konsensus yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia sebesar 5,145% YoY.

Namun, terdapat tekanan yang cukup besar bagi pos konsumsi rumah tangga. Pos ini hanya tumbuh sebesar 5,01% YoY, jauh lebih rendah dibandingkan capaian kuartal-II 2018 yang sebesar 5,14% YoY.

Memang, pada kuartal-II 2018 terdapat bulan puasa dan lebaran yang sangat signifikan mendongkrak konsumsi. Tetapi di kuartal-III 2018, terdapat pagelaran Asian Games 2018 dan hari kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus yang juga mendongrak konsumsi, walaupun memang tak akan sesignifikan bulan puasa dan lebaran. Tetap saja, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang hanya sebesar 5,01% YoY tergolong lambat.

Di kuartal-IV 2018, ada perayaan hari Natal dan libur tahun baru yang lagi-lagi bisa mendongkrak konsumsi. Namun, dampaknya kami perkirakan juga tak akan sesignifikan bulan puasa dan lebaran.

Apalagi, Bank Indonesia (BI) merilis angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Oktober 2018 di level 119,2, terendah dalam 20 bulan terakhir atau sejak Februari 2017. Turunnya IKK bulan Oktober dipengaruhi oleh penurunan pada 2 komponen pembentuknya, yakni Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK).

IKE turun menjadi 106,2, dari 110,2 pada bulan sebelumnya. Sementara itu, IEK turun menjadi 132,2, dari 134,5 pada bulan sebelumnya.

Rendahnya angka IKK memberikan sinyal bahwa masyarakat Indonesia akan mengurangi konsumsinya dalam beberapa waktu ke depan.

Hal ini pun nampaknya sudah mulai terkonfirmasi. Dalam publikasi Survei Penjualan Eceran periode September 2018 yang dirilis oleh BI, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan riil periode Oktober 2018 tercatat hanya sebesar 3,9% YoY, melambat dari capaian bulan sebelumnya yang sebesar 4,8% YoY.

Kami melihat bahwa konsumsi rumah tangga akan jatuh kebawah level 5% pada kuartal-IV 2018. Beruntung, saham-saham bank BUKU IV masih menjadi incaran investor: PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,2%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,11%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 0,86%, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 0,34%.

Rupiah yang pada akhirnya berbalik menguat lagi meyakinkan investor untuk mengoleksi saham-saham bank berkapitalisasi pasar jumbo tersebut.

Selain karena rupiah yang menguat, saham bank BUKU IV juga diburu lantaran Bank Indonesia (BI) memberikan relaksasi terkait aturan Giro Wajib Minimum (GWM) averaging. Hal ini diumumkan pada hari Kamis (15/11/2018) bersamaan dengan kenaikan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps ke level 6%.

Sebelumnya, besaran GWM averaging ditetapkan sebesar 2%. Kini, besarannya dilonggarkan menjadi 3%.

GWM averaging merupakan bagian dari GWM primer yang sebesar 6,5% dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Perlu diketahui bahwa GWM averaging tak perlu dipenuhi secara harian sehingga memberikan ruang bagi bank untuk menyesuaikan dengan kondisi likuiditasnya.

"Itu demikian dari 6,5% (GWM primer), semula 2% (GWM averaging) tidak perlu dipenuhi hari per hari, sekarang jadi 3%. Dengan demikian, ini meningkatkan fleksibilitas dari manajemen likuiditas," papar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Kamis (15/11/2018).

Dengan likuiditas yang kini kian longgar, perbankan menjadi memiliki ruang yang lebih besar untuk menyalurkan kredit. Apalagi, permintaan kredit di Indonesia sedang tinggi-tingginya.

Melansir Reuters, penyaluran kredit bank komersial tumbuh sebesar 12,69% YoY pada September 2018, naik dari capaian periode Agustus 2018 yang sebesar 12,12% YoY. Investor asing datang menjadi penyelamat bursa saham tanah air sehingga IHSG bisa ditutup di atas level 6.000. Ditengah tren negatif yang menghantui IHSG sepanjang hari, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 601 miliar.

5 besar saham yang dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 187,3 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 124,4 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 59,2 miliar), PT Pabrik Kertas Twiji Kimia Tbk/TKIM (Rp 53,4 miliar), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 46,1 miliar).

Investor asing lantas sudah membukukan beli bersih selama 4 hari berturut-turut sampai dengan hari ini. Appetite investor asing terhadap pasar saham dalam negeri memang sedang tinggi-tingginya. Sepanjang minggu lalu, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 3,38 triliun.

Memang, sepanjang tahun ini investor asing sudah sangat gencar melakukan aksi jual di pasar saham. Bahkan setelah ada inflow senilai Rp 3,38 triliun pekan lalu, investor asing tercatat masih membukukan jual bersih senilai Rp 45,09 triliun sepanjang tahun 2018 (sampai dengan akhir perdagangan tanggal 16 November 2018).

Wajar jika kini investor asing terus melakukan akumulasi. Apalagi, IHSG punya catatan impresif selama bulan Desember.

Setidaknya dalam 10 tahun terakhir (2008-2017), IHSG tak pernah membukukan imbal hasil negatif secara bulanan di bulan Desember.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular