
Analisis Teknikal
Menghitung Nasib IHSG di Tengah Serbuan Sentimen Global
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
19 November 2018 08:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak variatif dengan kecenderungan menguat pada rentang pergerakan 5.970 hingga 6.070 pada perdagangan hari ini, Senin (19/11/2018).
Potensi penguatan tersebut berdasarkan perkembangan sentimen pasar dan analisis secara teknikal. Wall Street kembali ditutup bervariasi akhir pekan lalu. Dow Jones Industrial Average menguat 0,49%, S&P 500 melesat naik 0,22%, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,15%.
Sentimen positif dan negatif memengaruhi pergerakan bursa AS. Harga minyak dunia berguguran, di mana minyak mentah jenis Brent anjlok 4,04% dan light sweet amblas 4,76% dalam sepekan.
Sedangkan sentimen yang membuat bursa saham AS bergairah adalah data penjualan ritel yang meningkat. Penjualan ritel Oktober 2018 naik 0,8% secara bulanan (month-to-month/MtM).
Konsensus menurut Refinitiv memperkirakan kenaikan hanya 0,5%. Pertumbuhan Oktober tersebut melampaui bulan sebelumnya yang turun 0,1%.
Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menutup perdagangan akhir pekan dengan sempurna, menguat 0,95% ke level 6.012, membuat IHSG melanjutkan reli kenaikan empat hari berturut-turut.
Penguatan tersebut senada dengan menguatnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hingga penutupan, US$1 ditransaksikan pada Rp 14.608 di pasar spot. Rupiah menguat 0,46% dibandingkan perdagangan sebelumnya.
Saat pembukaan Jumat lalu, IHSG langsung menguat 0,33% melanjutkan tren positif sebelumnya, didorong aksi beli investor asing secara bertahap. Asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) senilai Rp 1,65 trilun di semua pasar.
Sempat menyentuh level tertingginya di 6.058 (+1,73%) pada pukul 11:06 WIB, penguatan IHSG berangsur-angsur pudar karena aksi ambil untung investor domestik, karena melihat IHSG sudah menembus level psikologis 6.000.
Lalu, bagaimana pergerakan IHSG hari ini? Berikut analisis pergerakan IHSG menggunakan analisis secara teknikal.
Tim Riset melihat volume perdagangan masih cukup tinggi, dengan demikian peluang IHSG menguat masih ada meskipun beberapa investor akan melakukan aksi ambil untung karena level saat ini dirasa cukup tinggi.
Hal ini terlihat dari grafik lilin (candle stick) yang terbentuk pada perdagangan terakhir, pola bintang jatuh (shooting star) menggambarkan adanya aksi jual setelah terjadi kenaikan yang cukup tinggi. Selama sepekan kemarin IHSG mengalami kenaikan 2.35%, tertinggi sejak Agustus 2018.
Dari pergerakannya, IHSG masih cenderung menguat dalam jangka pendek, terlihat dari posisinya yang masih di atas garis rerata harganya selama 5 dan 20 hari (moving average/MA5/MA20).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Jangan Pesimistis, Asa IHSG Menguat Lagi Masih Terbuka
Potensi penguatan tersebut berdasarkan perkembangan sentimen pasar dan analisis secara teknikal. Wall Street kembali ditutup bervariasi akhir pekan lalu. Dow Jones Industrial Average menguat 0,49%, S&P 500 melesat naik 0,22%, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,15%.
Sentimen positif dan negatif memengaruhi pergerakan bursa AS. Harga minyak dunia berguguran, di mana minyak mentah jenis Brent anjlok 4,04% dan light sweet amblas 4,76% dalam sepekan.
Konsensus menurut Refinitiv memperkirakan kenaikan hanya 0,5%. Pertumbuhan Oktober tersebut melampaui bulan sebelumnya yang turun 0,1%.
Dari dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menutup perdagangan akhir pekan dengan sempurna, menguat 0,95% ke level 6.012, membuat IHSG melanjutkan reli kenaikan empat hari berturut-turut.
Penguatan tersebut senada dengan menguatnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hingga penutupan, US$1 ditransaksikan pada Rp 14.608 di pasar spot. Rupiah menguat 0,46% dibandingkan perdagangan sebelumnya.
Saat pembukaan Jumat lalu, IHSG langsung menguat 0,33% melanjutkan tren positif sebelumnya, didorong aksi beli investor asing secara bertahap. Asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) senilai Rp 1,65 trilun di semua pasar.
Sempat menyentuh level tertingginya di 6.058 (+1,73%) pada pukul 11:06 WIB, penguatan IHSG berangsur-angsur pudar karena aksi ambil untung investor domestik, karena melihat IHSG sudah menembus level psikologis 6.000.
Lalu, bagaimana pergerakan IHSG hari ini? Berikut analisis pergerakan IHSG menggunakan analisis secara teknikal.
![]() |
Hal ini terlihat dari grafik lilin (candle stick) yang terbentuk pada perdagangan terakhir, pola bintang jatuh (shooting star) menggambarkan adanya aksi jual setelah terjadi kenaikan yang cukup tinggi. Selama sepekan kemarin IHSG mengalami kenaikan 2.35%, tertinggi sejak Agustus 2018.
Dari pergerakannya, IHSG masih cenderung menguat dalam jangka pendek, terlihat dari posisinya yang masih di atas garis rerata harganya selama 5 dan 20 hari (moving average/MA5/MA20).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Jangan Pesimistis, Asa IHSG Menguat Lagi Masih Terbuka
Most Popular