
Rupiah Terus Berjaya di Asia, Ini Faktor-faktornya!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 November 2018 13:04

Keputusan Bank Indonesia (BI) yang secara mengejutkan mengerek suku bunga acuan sebesar 25bps ke level 6% memberikan angin segar bagi rupiah. Walaupun hanya sebesar 25 bps, keputusan BI tersebut tak diantisipasi oleh pelaku pasar sebelumnya. Konsensus yang dihimpun oleh Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan di level 5,75%.
Akibatnya, pelaku pasar hingga kini masih melakukan price-in atas kejutan dari bank sentral tersebut.
Dengan dinaikannya suku bunga acuan, maka imbal hasil investasi pendapatan tetap di tanah air akan menjadi semakin kompetitif sehingga diharapkan bisa menarik aliran dana investor asing. Pada akhirnya, defisit di pos transaksi berjalan akan bisa diimbangi oleh surplus di pos transaksi modal dan finansial.
Sebagai informasi, prospek transaksi berjalan di kuartal-IV nampaknya cukup suram. Kemarin siang, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan defisit neraca dagang periode Oktober 2018 di angka US$ 1,82 miliar, jauh lebih dalam dari konsensus yang sebesar US$ 62,5 juta. Defisit bulan Oktober menjadi yang terdalam sejak Juli 2017. Kala itu, defisit neraca dagang adalah sebesar US$ 2,01 miliar.
(ank/ank)
Akibatnya, pelaku pasar hingga kini masih melakukan price-in atas kejutan dari bank sentral tersebut.
Dengan dinaikannya suku bunga acuan, maka imbal hasil investasi pendapatan tetap di tanah air akan menjadi semakin kompetitif sehingga diharapkan bisa menarik aliran dana investor asing. Pada akhirnya, defisit di pos transaksi berjalan akan bisa diimbangi oleh surplus di pos transaksi modal dan finansial.
Next Page
SDA Akan Buat Pasokan Dolar AS Membludak
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular