
Dampak Bunga BI Masih Positif, Obligasi Akan Lanjut Naik
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
16 November 2018 08:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar surat berharga negara (SBN) diperkirakan pelaku pasar masih berpotensi menguat, Jumat (16/11/2018).
"Meskipun sebetulnya secara teoritis ketika Bank Indonesia melakukan kenaikkan tingkat suku bunga, pelaku pasar akan menuntut imbal hasil obligasi untuk mengalami tingkat kenaikan lebih tinggi," ujar Associate Director PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus dalam risetnya pagi ini.
Untuk itu, Nico dan tim merekomendasikan investor untuk melakukan aksi beli hari ini, tetapi harus tetap berhati-hati karena pergerakan akan bervariasi.
Kemarin, Bank Indonesia (BI) membuat kejutan dengan menaikkan tingkat suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate ()7DRRR menjadi 6% dari 5,75%, sesuatu yang menurut Nico dinanti oleh banyak kalangan karena selama ini bank sentral cenderung bersikap menunggu dan bereaksi akan situasi dan kondisi yang terjadi.
Sejauh ini, lanjutnya, tentu respons kenaikkan BI7DRR masih dapat dikatakan positif, tetapi sentimen global juga harus diperhatikan.
"Salah satu yang menghangat adalah proses Brexit yang sudah berjalan mulus, saat ini mulai kembali terguncang dengan pengunduran diri Perdana Menteri Urusan Brexit Dominic Raab," tulisnya.
Meskipun demikian, Nico menambahkan, keyakinan Theresa May sangat penting saat ini untuk terus membawa proses ini hingga selesai. Sang perdana menteri menegaskan bahwa ia yakin "dengan seluruh urat dalam tubuhnya" bahwa rancangan kesepakatan Brexit yang ia ajukan ke parlemen sudah dibuat demi kepentingan nasional Inggris.
Fokus berikutnya adalah potensi tidak adanya kenaikan tingkat suku bunga bank sentral AS Federal Reserve pada akhir tahun nanti. Potensi ini disampaikan oleh Jerome Powell dalam acara di Dallas. Namun, saat ini probabilitas kenaikan The Fed masih berkisar 72,3%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(prm) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
"Meskipun sebetulnya secara teoritis ketika Bank Indonesia melakukan kenaikkan tingkat suku bunga, pelaku pasar akan menuntut imbal hasil obligasi untuk mengalami tingkat kenaikan lebih tinggi," ujar Associate Director PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus dalam risetnya pagi ini.
Untuk itu, Nico dan tim merekomendasikan investor untuk melakukan aksi beli hari ini, tetapi harus tetap berhati-hati karena pergerakan akan bervariasi.
Sejauh ini, lanjutnya, tentu respons kenaikkan BI7DRR masih dapat dikatakan positif, tetapi sentimen global juga harus diperhatikan.
"Salah satu yang menghangat adalah proses Brexit yang sudah berjalan mulus, saat ini mulai kembali terguncang dengan pengunduran diri Perdana Menteri Urusan Brexit Dominic Raab," tulisnya.
Meskipun demikian, Nico menambahkan, keyakinan Theresa May sangat penting saat ini untuk terus membawa proses ini hingga selesai. Sang perdana menteri menegaskan bahwa ia yakin "dengan seluruh urat dalam tubuhnya" bahwa rancangan kesepakatan Brexit yang ia ajukan ke parlemen sudah dibuat demi kepentingan nasional Inggris.
Fokus berikutnya adalah potensi tidak adanya kenaikan tingkat suku bunga bank sentral AS Federal Reserve pada akhir tahun nanti. Potensi ini disampaikan oleh Jerome Powell dalam acara di Dallas. Namun, saat ini probabilitas kenaikan The Fed masih berkisar 72,3%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(prm) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Most Popular