Neraca Dagang Jebol, Penguatan IHSG Tertahan
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 November 2018 12:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat menguat hingga 1,19%, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertahan menjadi sebesar 0,83% hingga akhir sesi 1 ke level 5.906,77.
Namun setidaknya, IHSG berhasil menguat kala bursa saham utama kawasan Asia terjebak di zona merah: indeks Nikkei turun 0,54%, indeks Strait Times turun 0,02%, dan indeks Kospi turun 0,14%.
Bursa saham utama Benua Kuning mengekor laju Wall Street yang juga ditutup melemah pada dini hari tadi: indeks Dow Jones turun 0,81%, S&P 500 turun 0,76%, dan Nasdaq turun 0,9%.
Saham-saham sektor keuangan menjadi penyebab merahnya bursa saham New York. Di Dow Jones, indeks sektor finansial anjlok 1,68%, sementara di S&P 500 jatuh 1,12%.
Tekanan terhadap sektor finansial datang dari pernyataan Maxine Waters, Anggota House of Representative AS dari Partai Demokrat yang kemungkinan akan menjabat sebagai Ketua Komisi Perbankan. Waters menegaskan tidak akan ada pelonggaran regulasi selama dia menjabat nantinya.
Selain itu, saham Apple yang terkoreksi 2,82% ikut memberikan tekanan bagi Wall Street. Saham Apple jatuh lantaran downgrade yang diberikan oleh para sekuritas. Guggenheim menurunkan rating saham Apple menjadi netral, dari yang sebelumnya beli. Sementara itu, UBS memotong target harga untuk saham Apple menjadi US$ 225/saham, dari yang sebelumnya US$ 240/saham.
Di sisi lain, sejumlah sentimen positif memang mewarnai perdagangan hari ini. Dari Benua Biru, pada dini hari tadi Perdana Menteri Inggris Theresa May berhasil mengamankan dukungan dari kabinetnya terkait dengan draf perceraian Inggris dan Uni Eropa (Brexit).
"Keputusan kolektif hari ini adalah kabinet menyepakati draft perjanjian pengunduran diri. Saya percaya dengan kepala dan hati saya bahwa keputusan ini adalah yang terbaik bagi kepentingan Inggris," kata PM May dalam pengumuman seusai rapat kabinet yang berlangsung selama 5 jam.
Salah satu poin penting dalam draf ini adalah disetujuinya masa transisi yang bisa diperpanjang paling lambat pada pertengahan 2020. Selama masa transisi berlaku, kerja sama yang selama ini berlaku antara Inggris dengan Uni Eropa seperti di bidang perdagangan dan imigrasi akan tetap dijalankan, memberikan kepastian bagi dunia usaha sembari menyiapkan diri untuk perceraian sesungguhnya nanti.
Kemudian, pernyataan Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell juga memberikan optimisme bagi investor untuk masuk ke bursa saham tanah air. Dalam sesi tanya jawab dalam sebuah acara di Dallas, Powell mengakui bahwa perekonomian global tidak bertumbuhan dengan laju yang sama pada tahun lalu. Ia menambahkan bahwa laju pertumbuhan ekonomian global secara perlahan melambat namun itu bukan merupakan perlambatan yang parah.
Tetap saja, kata-kata Powell diartikan sebagai sinyal bahwa the Fed mungkin tidak akan mengeksekusi rencana kenaikan suku bunga acuan pada penghujung tahun.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 14 November 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25bps bulan Desember adalah sebesar 72,3%, lebih rendah dari posisi tanggal 13 November 2018 yang sebesar 75,8%.
Dari dalam negeri, rilis data perdagangan internasional periode Oktober 2018 membatasi laju IHSG. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa neraca dagang bulan lalu membukukan defisit senilai US$ 1,82 miliar, jauh lebih dalam dari konsensus yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia sebesar US$ 62,5 juta.
Pada September, neraca dagang Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$ 227 juta. Defisit bulan Oktober sekaligus menjadi yang terdalam sejak Juli 2017. Kala itu, defisit neraca dagang adalah sebesar US$ 2,01 miliar.
Sepanjang Oktober, ekspor tercatat tumbuh sebesar 3,59% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 1,4% YoY. Sementara itu, impor meroket 23,66%, mengalahkan konsensus yang sebesar 10% YoY.
Dengan defisit neraca dagang yang begitu dalam, maka akan menjadi sulit untuk menekan defisit neraca berjalan/current account deficit (CAD) periode kuartal-IV 2018. Pada kuartal-III 2018, CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014.
Dengan prospek CAD yang masih suram, rupiah pun terlihat mulai kehilangan pijakan. Sebelum data perdagangan internasional diumumkan, rupiah menguat sebesar 0,2% di pasar spot ke level Rp 14.755/dolar AS. Kini, penguatan rupiah menipis menjadi 0,17% ke level Rp 14.760/dolar AS.
Mengingat posisi dolar AS yang saat ini sedang relatif perkasa (ditunjukkan oleh naiknya indeks dolar AS sebesar 0,04%), bisa jadi rupiah akan terdepresiasi pada akhir perdagangan.
Guna mengantisipasinya, saham-saham bank BUKU IV mulai dilepas oleh investor. Sebelum data perdagangan internasional diumumkan, sektor jasa keuangan diperdagangkan di level 1.117,16 atau naik sebesar 1,01%. Per akhir sesi 1, sektor jasa keuangan hanya menguat sebesar 0,5% ke level 1.111,52.
Per akhir sesi 1, seluruh saham bank BUKU IV kecuali PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) diperdagangkan di posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan posisi sebelum data perdagangan internasional diumumkan: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,4%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 0,6%, sementara PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masing-masing flat di level Rp 24.050/saham dan Rp 8.025/saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Namun setidaknya, IHSG berhasil menguat kala bursa saham utama kawasan Asia terjebak di zona merah: indeks Nikkei turun 0,54%, indeks Strait Times turun 0,02%, dan indeks Kospi turun 0,14%.
Bursa saham utama Benua Kuning mengekor laju Wall Street yang juga ditutup melemah pada dini hari tadi: indeks Dow Jones turun 0,81%, S&P 500 turun 0,76%, dan Nasdaq turun 0,9%.
Tekanan terhadap sektor finansial datang dari pernyataan Maxine Waters, Anggota House of Representative AS dari Partai Demokrat yang kemungkinan akan menjabat sebagai Ketua Komisi Perbankan. Waters menegaskan tidak akan ada pelonggaran regulasi selama dia menjabat nantinya.
Selain itu, saham Apple yang terkoreksi 2,82% ikut memberikan tekanan bagi Wall Street. Saham Apple jatuh lantaran downgrade yang diberikan oleh para sekuritas. Guggenheim menurunkan rating saham Apple menjadi netral, dari yang sebelumnya beli. Sementara itu, UBS memotong target harga untuk saham Apple menjadi US$ 225/saham, dari yang sebelumnya US$ 240/saham.
Di sisi lain, sejumlah sentimen positif memang mewarnai perdagangan hari ini. Dari Benua Biru, pada dini hari tadi Perdana Menteri Inggris Theresa May berhasil mengamankan dukungan dari kabinetnya terkait dengan draf perceraian Inggris dan Uni Eropa (Brexit).
"Keputusan kolektif hari ini adalah kabinet menyepakati draft perjanjian pengunduran diri. Saya percaya dengan kepala dan hati saya bahwa keputusan ini adalah yang terbaik bagi kepentingan Inggris," kata PM May dalam pengumuman seusai rapat kabinet yang berlangsung selama 5 jam.
Salah satu poin penting dalam draf ini adalah disetujuinya masa transisi yang bisa diperpanjang paling lambat pada pertengahan 2020. Selama masa transisi berlaku, kerja sama yang selama ini berlaku antara Inggris dengan Uni Eropa seperti di bidang perdagangan dan imigrasi akan tetap dijalankan, memberikan kepastian bagi dunia usaha sembari menyiapkan diri untuk perceraian sesungguhnya nanti.
Kemudian, pernyataan Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell juga memberikan optimisme bagi investor untuk masuk ke bursa saham tanah air. Dalam sesi tanya jawab dalam sebuah acara di Dallas, Powell mengakui bahwa perekonomian global tidak bertumbuhan dengan laju yang sama pada tahun lalu. Ia menambahkan bahwa laju pertumbuhan ekonomian global secara perlahan melambat namun itu bukan merupakan perlambatan yang parah.
Tetap saja, kata-kata Powell diartikan sebagai sinyal bahwa the Fed mungkin tidak akan mengeksekusi rencana kenaikan suku bunga acuan pada penghujung tahun.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 14 November 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25bps bulan Desember adalah sebesar 72,3%, lebih rendah dari posisi tanggal 13 November 2018 yang sebesar 75,8%.
Dari dalam negeri, rilis data perdagangan internasional periode Oktober 2018 membatasi laju IHSG. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa neraca dagang bulan lalu membukukan defisit senilai US$ 1,82 miliar, jauh lebih dalam dari konsensus yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia sebesar US$ 62,5 juta.
Pada September, neraca dagang Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$ 227 juta. Defisit bulan Oktober sekaligus menjadi yang terdalam sejak Juli 2017. Kala itu, defisit neraca dagang adalah sebesar US$ 2,01 miliar.
Sepanjang Oktober, ekspor tercatat tumbuh sebesar 3,59% YoY, mengalahkan konsensus yang sebesar 1,4% YoY. Sementara itu, impor meroket 23,66%, mengalahkan konsensus yang sebesar 10% YoY.
Dengan defisit neraca dagang yang begitu dalam, maka akan menjadi sulit untuk menekan defisit neraca berjalan/current account deficit (CAD) periode kuartal-IV 2018. Pada kuartal-III 2018, CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014.
Dengan prospek CAD yang masih suram, rupiah pun terlihat mulai kehilangan pijakan. Sebelum data perdagangan internasional diumumkan, rupiah menguat sebesar 0,2% di pasar spot ke level Rp 14.755/dolar AS. Kini, penguatan rupiah menipis menjadi 0,17% ke level Rp 14.760/dolar AS.
Mengingat posisi dolar AS yang saat ini sedang relatif perkasa (ditunjukkan oleh naiknya indeks dolar AS sebesar 0,04%), bisa jadi rupiah akan terdepresiasi pada akhir perdagangan.
Guna mengantisipasinya, saham-saham bank BUKU IV mulai dilepas oleh investor. Sebelum data perdagangan internasional diumumkan, sektor jasa keuangan diperdagangkan di level 1.117,16 atau naik sebesar 1,01%. Per akhir sesi 1, sektor jasa keuangan hanya menguat sebesar 0,5% ke level 1.111,52.
Per akhir sesi 1, seluruh saham bank BUKU IV kecuali PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) diperdagangkan di posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan posisi sebelum data perdagangan internasional diumumkan: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 1,4%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 0,6%, sementara PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masing-masing flat di level Rp 24.050/saham dan Rp 8.025/saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Most Popular