Neraca Perdagangan Jebol, Penguatan Rupiah Berkurang
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 November 2018 11:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memang masih menguat. Namun apresiasi rupiah berkurang setelah pengumuman data perdagangan internasional.
Pada Kamis (15/11/2018) pukul 11:27 WIB, US$ 1 di pasat spot ditransaksikan Rp 14.770. Rupiah menguat 0,1%.
Meski masih menguat, tetapi apresiasi rupiah berkurang cukup jauh. Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,3% dan bahkan kemudian sempat semakin tajam dengan penguatan 0,37%.
Sepertinya pelaku pasar kurang mengapresiasi rupiah setelah rilis data perdagangan internasional. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan ekspor Oktober 2018 tumbuh 3,59% year-on-year (YoY) sementara impor melonjak 23,66% YoY. Ini membuat neraca perdagangan mengalami defisit dalam yaitu mencapai US$ 1,82 miliar.
Data ini jauh dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan neraca perdagangan Oktober defisit tipis di US$ 62,5 juta. Ekspor diramal tumbuh dalam kisaran terbatas yaitu 1,4% YoY, dan impor diproyeksikan masih tumbuh dua digit yaitu 10%.
Data perdagangan Oktober akan menjadi awal untuk melihat prospek transaksi berjalan (current account) pada kuartal IV-2018. Kemungkinan transaksi berjalan akan lebih baik dibandingkan kuartal III-2018 yang mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014.
Ketika defisit perdagangan ternyata lebih parah dari ekpektasi, maka perbaikan transaksi berjalan akan sulit dilakukan. Pada akhirnya rupiah semakin tidak punya pijakan untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Kamis (15/11/2018) pukul 11:27 WIB, US$ 1 di pasat spot ditransaksikan Rp 14.770. Rupiah menguat 0,1%.
Meski masih menguat, tetapi apresiasi rupiah berkurang cukup jauh. Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,3% dan bahkan kemudian sempat semakin tajam dengan penguatan 0,37%.
Data ini jauh dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan neraca perdagangan Oktober defisit tipis di US$ 62,5 juta. Ekspor diramal tumbuh dalam kisaran terbatas yaitu 1,4% YoY, dan impor diproyeksikan masih tumbuh dua digit yaitu 10%.
Data perdagangan Oktober akan menjadi awal untuk melihat prospek transaksi berjalan (current account) pada kuartal IV-2018. Kemungkinan transaksi berjalan akan lebih baik dibandingkan kuartal III-2018 yang mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014.
Ketika defisit perdagangan ternyata lebih parah dari ekpektasi, maka perbaikan transaksi berjalan akan sulit dilakukan. Pada akhirnya rupiah semakin tidak punya pijakan untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular