
BI Boleh Saja Tahan Bunga Bulan Ini, Tapi Tidak Bulan Depan!
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
15 November 2018 10:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) pada siang ini, Kamis (5/11/2018) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) cakupan triwulanan yang sudah berlangsung selama dua hari.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan, bank sentral masih akan menahan bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 5,75%. Ruang BI untuk menahan bunga, memang terbuka.
Hal tersebut tak lepas dari nilai tukar rupiah yang relatif stabil, serta laju inflasi yang masih terjaga, Bahkan, bank sentral memperkirakan inflasi sepanjang tahun bisa di 3,2% year on year (yoy).
Meski demikian, tak ada alasan bagi BI untuk tidak menaikkan bunga di penghujung tahun. Sebab, kenaikan bunga di akhir tahun akan mempertaruhkan kondisi defisit transaksi berjalan tahun depan.
"Menurut saya harus dibuat paling tidak sama dengan kenaikan Fed. Sehingga membuat CAD lebih sehat tahun depan," kata Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual.
Bank sentral AS saat ini memang tengah dalam mode pengetatan moneter. Meskipun bunga acuan ditahan, namun pelaku pasar cukup yakin The Fed akan kembali mengerek bunga acuan di akhir tahun.
Menurut David, arah kebijakan moneter bank sentral di akhir tahun akan menentukan seberapa besar arus modal yang bisa masuk ke Indonesia, di tengah dinamika yang kemungkinan terjadi tahun depan.
"Khawatirnya [kalau tidak ada kenaikan bunga] akan berpengaruh ke CAD. Karena global tahun depan masih akan terjadi," jelasnya.
"Karena sekarang kita sangat bergantung dengan portofolio untuk mendanai CAD. Kalau sekarang masih menarik, tapi masih perlu kenaikan untuk antisipatif," tegas David.
Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengemukakan, return yang ditawarkan Indonesia saat ini memang jauh lebih atraktif dibandingkan negara lain.
Namun, Satria masih melihat ruang bagi BI kembali mengerek bunga acuan terbuka lebar di akhir tahun, meskipun acuannya tetap dengan melihat data-data perekonomian terkini.
Beberapa waktu lalu, otoritas moneter memang memberikan sinyal tak akan ada lagi kenaikan bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate hingga akhir tahun.
Dalam beberapa bulan terakhir, bank sentral telah mengerek bunga acuan hingga 150 basis poin (bps), untuk menjaga daya tarik pasar keuangan domestik di tengah pengetatan likuiditas.
Namun, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, kenaikan bunga acuan BI sudah menghitung kenaikan Fed Fund Rate di penghujung tahun yang diperkirakan bakal kembali dikerek 25 bps.
"Saya sampaikan sekali lagi, bahwa dengan menaikkan bunga itu sudah antisipasi kenaikan FFR, termasuk kenaikan FFR yang 25 basis poin di akhir tahun," kata Perry, Jumat (9/11/2018).
(dru) Next Article BI Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5,25%
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan, bank sentral masih akan menahan bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate di 5,75%. Ruang BI untuk menahan bunga, memang terbuka.
Hal tersebut tak lepas dari nilai tukar rupiah yang relatif stabil, serta laju inflasi yang masih terjaga, Bahkan, bank sentral memperkirakan inflasi sepanjang tahun bisa di 3,2% year on year (yoy).
"Menurut saya harus dibuat paling tidak sama dengan kenaikan Fed. Sehingga membuat CAD lebih sehat tahun depan," kata Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual.
Bank sentral AS saat ini memang tengah dalam mode pengetatan moneter. Meskipun bunga acuan ditahan, namun pelaku pasar cukup yakin The Fed akan kembali mengerek bunga acuan di akhir tahun.
Menurut David, arah kebijakan moneter bank sentral di akhir tahun akan menentukan seberapa besar arus modal yang bisa masuk ke Indonesia, di tengah dinamika yang kemungkinan terjadi tahun depan.
"Khawatirnya [kalau tidak ada kenaikan bunga] akan berpengaruh ke CAD. Karena global tahun depan masih akan terjadi," jelasnya.
"Karena sekarang kita sangat bergantung dengan portofolio untuk mendanai CAD. Kalau sekarang masih menarik, tapi masih perlu kenaikan untuk antisipatif," tegas David.
Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengemukakan, return yang ditawarkan Indonesia saat ini memang jauh lebih atraktif dibandingkan negara lain.
Namun, Satria masih melihat ruang bagi BI kembali mengerek bunga acuan terbuka lebar di akhir tahun, meskipun acuannya tetap dengan melihat data-data perekonomian terkini.
Beberapa waktu lalu, otoritas moneter memang memberikan sinyal tak akan ada lagi kenaikan bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate hingga akhir tahun.
Dalam beberapa bulan terakhir, bank sentral telah mengerek bunga acuan hingga 150 basis poin (bps), untuk menjaga daya tarik pasar keuangan domestik di tengah pengetatan likuiditas.
Namun, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, kenaikan bunga acuan BI sudah menghitung kenaikan Fed Fund Rate di penghujung tahun yang diperkirakan bakal kembali dikerek 25 bps.
"Saya sampaikan sekali lagi, bahwa dengan menaikkan bunga itu sudah antisipasi kenaikan FFR, termasuk kenaikan FFR yang 25 basis poin di akhir tahun," kata Perry, Jumat (9/11/2018).
(dru) Next Article BI Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5,25%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular