
Naik Hampir 1% di Kurs Acuan, Rupiah Juara Asia di Pasar Spot
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 November 2018 10:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan menguat tajam, nyaris 1%. Di pasar spot, performa rupiah juga cukup impresif.
Pada Rabu (14/11/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.755. Rupiah menguat 0,94% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah melemah 1% di kurs acuan. Namun pelemahan tersebut bisa dibalas hari ini, meski belum tuntas.
Meski menguat cukup signifikan, rupiah masih anjlok 8,96% sejak awal tahun. Sementara dalam setahun terakhir, depresiasinya mencapai adalah 8,95%.
Sedangkan di pasar spot, rupiah juga digdaya. Pada pukul 10:07 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.755 di mana rupiah menguat 0,34% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya.
Mengawali hari, rupiah hanya menguat tipis 0,03%. Seiring perjalanan, rupiah semakin beringas.
Penguatan rupiah menjadi spesial karena mengantar mata uang Tanah Air ke tangga juara Asia. Di hadapan dolar AS, tidak ada mata uang Benua Kuning yang menguat sebaik rupiah.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 10:08 WIB:
Pagi ini, data-data ekonomi teranyar di Negeri Tirai Bambu membawa sentimen positif. Investasi tetap Januari-Oktober 2018 tercatat tumbuh 5,7% year-on-year (YoY), lebih baik ketimbang konsensus pasar yang memperkirakan pertumbuhan di 5,5%.
Kemudian produksi industri pada Oktober tumbuh 5,9% YoY. Juga lebih baik dibandingkan konsensus pasar yaitu 5,7%.
Hanya saja pertumbuhan ritel pada Oktober tercatat tumbuh 8,6%. Di bawah konsensus pasar yang memperkirakan 9,1%.
Data-data ini memang variatif, tetapi cenderung positif. Sepertinya komitmen pemerintah China untuk mendorong dunia usaha sudah membuahkan hasil, terlihat dari investasi tetap dan produksi industri yang tumbuh mengesankan.
Pemerintahan Presiden Xi Jinping memberikan izin kepada 45 proyek investasi bernilai 437,4 triliun yuan pada kuartal III-2018. Jumlah ini mencapai 1/3 dari total nilai investasi yang disetujui sepanjang 2018.
Pemerintah juga menggenjot belanja negara sebagai stimulus bagi sektor swasta. Biasanya memang saat pemerintah agresif, dunia usaha akan ikut termotivasi. Pada Oktober 2018, belanja pemerintah China tumbuh 8,2% YoY dan berperan dalam ekspansi usaha sektor privat.
China adalah perekonomian terbesar di Asia. Oleh karena itu, positifnya kinerja ekonomi China akan merambat ke negara-negara tetangganya termasuk Indonesia. Ini menjadi alasan kuat bagi investor untuk masuk ke pasar keuanga Tanah Air.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
Sentimen lain yang menjadi penopang penguatan rupiah adalah dolar AS yang memang sedang nyungsep. Pada pukul 10:19 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,23%.
Investor sedang berani mengambil risiko karena ada titik temu dalam pembahasan perceraian Inggris dengan Uni Eropa atau Brexit. Mengutip Reuters, London dan Brussel dikabarkan telah membuat naskah kesepakatan yang akan segera disahkan bulan ini. Salah satu butir kesepakatan ini adalah warga Inggris tidak perlu menggunakan visa kala berkunjung ke negara-negara Uni Eropa.
Perdana Menteri Inggris Theresa May akan menggelar rapat kabinet pada Rabu waktu setempat untuk membahas rancangan kesepakatan ini. Apabila disepakati, maka akan segera dibawa ke Uni Eropa untuk mendapatkan pengesahan.
Kabar ini disambut gembira oleh pelaku pasar. Setelah aura damai dagang AS-China yang juga semakin menguat, kesepakatan soal Brexit tentu menambah optimisme investor. Hasilnya adalah tidak ada lagi istilah bermain aman.
Kini pelaku pasar agresif dalam memburu aset-aset berisiko di negara berkembang. Indonesia pun menerima berkahnya, aliran dana mengalir deras ke pasar keuangan dan memperkuat rupiah.
Di pasar saham, investor asing mencatatkan beli bersih Rp 310,95 miliar yang membawa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,87% pada pukul 10:27 WIB. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun turun 6,1 basis poin. Penurunan yield adalah pertanda harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Rabu (14/11/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.755. Rupiah menguat 0,94% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah melemah 1% di kurs acuan. Namun pelemahan tersebut bisa dibalas hari ini, meski belum tuntas.
Meski menguat cukup signifikan, rupiah masih anjlok 8,96% sejak awal tahun. Sementara dalam setahun terakhir, depresiasinya mencapai adalah 8,95%.
Sedangkan di pasar spot, rupiah juga digdaya. Pada pukul 10:07 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.755 di mana rupiah menguat 0,34% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya.
Mengawali hari, rupiah hanya menguat tipis 0,03%. Seiring perjalanan, rupiah semakin beringas.
Baca:Rupiah Juara Asia! |
Penguatan rupiah menjadi spesial karena mengantar mata uang Tanah Air ke tangga juara Asia. Di hadapan dolar AS, tidak ada mata uang Benua Kuning yang menguat sebaik rupiah.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 10:08 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Perkembangan dari China lagi-lagi memberi suntikan adrenalin bagi rupiah. Kemarin, sentimen positif dari China sangat ampuh membawa rupiah menguat setelah nyaris seharian terjebak di zona merah. Pagi ini, data-data ekonomi teranyar di Negeri Tirai Bambu membawa sentimen positif. Investasi tetap Januari-Oktober 2018 tercatat tumbuh 5,7% year-on-year (YoY), lebih baik ketimbang konsensus pasar yang memperkirakan pertumbuhan di 5,5%.
Kemudian produksi industri pada Oktober tumbuh 5,9% YoY. Juga lebih baik dibandingkan konsensus pasar yaitu 5,7%.
Hanya saja pertumbuhan ritel pada Oktober tercatat tumbuh 8,6%. Di bawah konsensus pasar yang memperkirakan 9,1%.
Data-data ini memang variatif, tetapi cenderung positif. Sepertinya komitmen pemerintah China untuk mendorong dunia usaha sudah membuahkan hasil, terlihat dari investasi tetap dan produksi industri yang tumbuh mengesankan.
Pemerintahan Presiden Xi Jinping memberikan izin kepada 45 proyek investasi bernilai 437,4 triliun yuan pada kuartal III-2018. Jumlah ini mencapai 1/3 dari total nilai investasi yang disetujui sepanjang 2018.
Pemerintah juga menggenjot belanja negara sebagai stimulus bagi sektor swasta. Biasanya memang saat pemerintah agresif, dunia usaha akan ikut termotivasi. Pada Oktober 2018, belanja pemerintah China tumbuh 8,2% YoY dan berperan dalam ekspansi usaha sektor privat.
China adalah perekonomian terbesar di Asia. Oleh karena itu, positifnya kinerja ekonomi China akan merambat ke negara-negara tetangganya termasuk Indonesia. Ini menjadi alasan kuat bagi investor untuk masuk ke pasar keuanga Tanah Air.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
Sentimen lain yang menjadi penopang penguatan rupiah adalah dolar AS yang memang sedang nyungsep. Pada pukul 10:19 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,23%.
Investor sedang berani mengambil risiko karena ada titik temu dalam pembahasan perceraian Inggris dengan Uni Eropa atau Brexit. Mengutip Reuters, London dan Brussel dikabarkan telah membuat naskah kesepakatan yang akan segera disahkan bulan ini. Salah satu butir kesepakatan ini adalah warga Inggris tidak perlu menggunakan visa kala berkunjung ke negara-negara Uni Eropa.
Perdana Menteri Inggris Theresa May akan menggelar rapat kabinet pada Rabu waktu setempat untuk membahas rancangan kesepakatan ini. Apabila disepakati, maka akan segera dibawa ke Uni Eropa untuk mendapatkan pengesahan.
Kabar ini disambut gembira oleh pelaku pasar. Setelah aura damai dagang AS-China yang juga semakin menguat, kesepakatan soal Brexit tentu menambah optimisme investor. Hasilnya adalah tidak ada lagi istilah bermain aman.
Kini pelaku pasar agresif dalam memburu aset-aset berisiko di negara berkembang. Indonesia pun menerima berkahnya, aliran dana mengalir deras ke pasar keuangan dan memperkuat rupiah.
Di pasar saham, investor asing mencatatkan beli bersih Rp 310,95 miliar yang membawa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,87% pada pukul 10:27 WIB. Sementara di pasar obligasi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun turun 6,1 basis poin. Penurunan yield adalah pertanda harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular