
Saham Konsumsi & Perbankan Bawa IHSG Finish di Zona Hijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 November 2018 16:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah 0,39%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru mengakhiri perdagangan hari ini dengan penguatan sebesar 1,01% ke level 5.835,2.
IHSG berhasil menghijau kala bursa saham utama kawasan Asia sedang tertekan: indeks Nikkei anjlok 2,06%, indeks Strait Times turun 0,53%, dan indeks Kospi turun 0,44%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,88 triliun dengan volume sebanyak 9,69 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 389.734 kali.
Sell-off yang terjadi di Wall Street telah memberikan tekanan bagi bursa saham Benua Kuning. Pada dini hari tadi, indeks Dow Jones amblas 2,32%, S&P 500 jatuh 1,95%, dan Nasdaq Composite ambrol 2,78%.
Salah satu penyebab ambruknya Wall Street adalah dolar AS yang kelewat perkasa. Pada penutupan perdagangan kemarin (12/11/2018), indeks dolar AS menguat 0,66% ke level 97,542, dimana ini merupakan titik tertinggi sejak pertengahan 2017 silam.
Dolar AS mendapatkan suntikan tenaga dari perkembangan mengenai Brexit yang tak positif, serta prospek kenaikan suku bunga acuan oleh the Federal Reserve pada bulan Desember.
Proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa kian rumit saja. Mengutip Sunday Times, 4 orang menteri di kabinet Perdana Menteri Theresa May dikabarkan siap mundur karena mendukung Inggris untuk tetap menjadi bagian Uni Eropa. Akhir pekan lalu, Menteri Transportasi Jo Johnson yang merupakan adik kandung dari mantan Menteri Luar Negeri Boris Johnson sudah terlebih dulu mundur dari posisinya.
Lebih lanjut, Brussel juga disebut menolak proposal yang diajukan London mengenai kesepakatan sementara terkait wilayah kepabeanan di Pulau Irlandia.
"Negosiasi secara intens terus dilakukan, tetapi isu wilayah kepabeanan di Irlandia belum menemui jalan keluar," kata Michael Barnier, Kepala Negosiator Uni Eropa untuk Brexit.
Dolar AS yang kelewat perkasa akan menyulitkan perusahaan-perusahaan di Negeri Paman Sam yang banyak mengekspor keluar negeri, sehingga profitabilitasnya menjadi dikhawatirkan.
Lebih lanjut, perang dagang dengan China belum menunjukkan tanda-tanda akan selesai pasca dialog tingkat tinggi antara AS dengan China terkait diplomasi dan pertahanan yang digelar menjelang akhir pekan lalu di Washington tak membuahkan hasil positif.
Dari dalam negeri, melejitnya sektor barang konsumsi (+1,03%) dan jasa keuangan (+1,49%) membuat IHSG berhasil mengakhiri hari di zona hijau.
Sektor barang konsumsi melejit seiring dengan kuatnya aksi beli pada 2 saham yakni PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+1,72%) dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+1.46%).
Investor memburu kedua saham tersebut lantaran harganya sudah jatuh dalam terhitung sejak perdagangan hari Jumat (9/11/2018). Anjloknya harga ketiga saham terjadi seiring dengan rencana Bursa Efek Indonesia (BEI) yang akan mengubah metode penghitungan bobot saham-saham penghuni 2 indeks penting yakni LQ45 dan IDX30.
Mulai Februari 2019, BEI akan menggunakan metode free float adjusted index untuk menentukan bobot dari setiap saham penghuni indeks LQ45 dan IDX30, dari yang sebelumnya menggunakan metode capitalization-weighted index.
Definisi yang digunakan BEI terkait dengan free float adalah total saham scriptless yang dimiliki oleh investor dengan kepemilikan kurang dari 5%.
GGRM dan UNVR merupakan 3 saham yang terimbas secara signifikan dari implementasi aturan ini nantinya. Saat ini, GGRM memiliki bobot sebesar 3,56% dalam indeks IDX30. Nantinya, bobot GGRM akan anjlok menjadi hanya 1,75%.
Sementara itu, saat ini UNVR memiliki bobot sebesar 8,45% dalam indeks IDX30. Nantinya, bobot UNVR akan anjlok menjadi hanya 3,43%.
Investor asing terpantau melakukan akumulasi atas kedua saham tersebut: saham UNVR dibeli bersih investor asing senilai Rp 37 miliar, sementara GGRM dibeli bersih senilai Rp 14,1 miliar.
Sementara itu, rupiah yang mampu membalikkan arah membuat investor bersemangat untuk mengoleksi saham-saham bank BUKU IV: PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 3,95%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 2,51%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 2,13%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,58%.
Setelah tertekan sejak awal perdagangan, rupiah akhirnya mampu membalikkan arah dan ditutup menguat 0,03% di pasar spot ke level Rp 14.805/dolar AS.
Bank Indonesia (BI) menjelaskan penguatan rupiah terjadi setelah pasar saham Eropa dibuka di zona hijau.
"Memasuki pasar Eropa, rupiah berbalik menguat karena pasar merespon indikasi positif atas negosiasi Brexit yang mendekati finalisasi," ujar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, Selasa (13/11/2018).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
IHSG berhasil menghijau kala bursa saham utama kawasan Asia sedang tertekan: indeks Nikkei anjlok 2,06%, indeks Strait Times turun 0,53%, dan indeks Kospi turun 0,44%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,88 triliun dengan volume sebanyak 9,69 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 389.734 kali.
Salah satu penyebab ambruknya Wall Street adalah dolar AS yang kelewat perkasa. Pada penutupan perdagangan kemarin (12/11/2018), indeks dolar AS menguat 0,66% ke level 97,542, dimana ini merupakan titik tertinggi sejak pertengahan 2017 silam.
Dolar AS mendapatkan suntikan tenaga dari perkembangan mengenai Brexit yang tak positif, serta prospek kenaikan suku bunga acuan oleh the Federal Reserve pada bulan Desember.
Proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa kian rumit saja. Mengutip Sunday Times, 4 orang menteri di kabinet Perdana Menteri Theresa May dikabarkan siap mundur karena mendukung Inggris untuk tetap menjadi bagian Uni Eropa. Akhir pekan lalu, Menteri Transportasi Jo Johnson yang merupakan adik kandung dari mantan Menteri Luar Negeri Boris Johnson sudah terlebih dulu mundur dari posisinya.
Lebih lanjut, Brussel juga disebut menolak proposal yang diajukan London mengenai kesepakatan sementara terkait wilayah kepabeanan di Pulau Irlandia.
"Negosiasi secara intens terus dilakukan, tetapi isu wilayah kepabeanan di Irlandia belum menemui jalan keluar," kata Michael Barnier, Kepala Negosiator Uni Eropa untuk Brexit.
Dolar AS yang kelewat perkasa akan menyulitkan perusahaan-perusahaan di Negeri Paman Sam yang banyak mengekspor keluar negeri, sehingga profitabilitasnya menjadi dikhawatirkan.
Lebih lanjut, perang dagang dengan China belum menunjukkan tanda-tanda akan selesai pasca dialog tingkat tinggi antara AS dengan China terkait diplomasi dan pertahanan yang digelar menjelang akhir pekan lalu di Washington tak membuahkan hasil positif.
Dari dalam negeri, melejitnya sektor barang konsumsi (+1,03%) dan jasa keuangan (+1,49%) membuat IHSG berhasil mengakhiri hari di zona hijau.
Sektor barang konsumsi melejit seiring dengan kuatnya aksi beli pada 2 saham yakni PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+1,72%) dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+1.46%).
Investor memburu kedua saham tersebut lantaran harganya sudah jatuh dalam terhitung sejak perdagangan hari Jumat (9/11/2018). Anjloknya harga ketiga saham terjadi seiring dengan rencana Bursa Efek Indonesia (BEI) yang akan mengubah metode penghitungan bobot saham-saham penghuni 2 indeks penting yakni LQ45 dan IDX30.
Mulai Februari 2019, BEI akan menggunakan metode free float adjusted index untuk menentukan bobot dari setiap saham penghuni indeks LQ45 dan IDX30, dari yang sebelumnya menggunakan metode capitalization-weighted index.
Definisi yang digunakan BEI terkait dengan free float adalah total saham scriptless yang dimiliki oleh investor dengan kepemilikan kurang dari 5%.
GGRM dan UNVR merupakan 3 saham yang terimbas secara signifikan dari implementasi aturan ini nantinya. Saat ini, GGRM memiliki bobot sebesar 3,56% dalam indeks IDX30. Nantinya, bobot GGRM akan anjlok menjadi hanya 1,75%.
Sementara itu, saat ini UNVR memiliki bobot sebesar 8,45% dalam indeks IDX30. Nantinya, bobot UNVR akan anjlok menjadi hanya 3,43%.
Investor asing terpantau melakukan akumulasi atas kedua saham tersebut: saham UNVR dibeli bersih investor asing senilai Rp 37 miliar, sementara GGRM dibeli bersih senilai Rp 14,1 miliar.
Sementara itu, rupiah yang mampu membalikkan arah membuat investor bersemangat untuk mengoleksi saham-saham bank BUKU IV: PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 3,95%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 2,51%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 2,13%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 1,58%.
Setelah tertekan sejak awal perdagangan, rupiah akhirnya mampu membalikkan arah dan ditutup menguat 0,03% di pasar spot ke level Rp 14.805/dolar AS.
Bank Indonesia (BI) menjelaskan penguatan rupiah terjadi setelah pasar saham Eropa dibuka di zona hijau.
"Memasuki pasar Eropa, rupiah berbalik menguat karena pasar merespon indikasi positif atas negosiasi Brexit yang mendekati finalisasi," ujar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, Selasa (13/11/2018).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca Libur Lebaran, IHSG Anjlok
Most Popular