
Awas! Rupiah Bisa Kembali di Atas Rp 15.000/US$
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
13 November 2018 15:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bagaikan roller coaster. Sempat berada di atas level Rp 15.000/US$, kembali ke level Rp 14.500/US$, dan sekarang kembali mendekati Rp 15.000/US$.
Pada hari ini, Selasa (13/11/2018) pukul 14:00 WIB, US$ 1 dihargai pada Rp 14.865 di pasar spot. Mata uang Garuda melemah 0,37% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin, Senin (12/11/2018).
Predikat sebagai mata uang terbaik di antar negara kawasan pun berbalik menjadi yang terlemah. Lantas, apakah pada pekan ini rupiah bisa kembali ke atas level Rp 15.000/US$?
Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual memperkirakan, pergerakan sejumlah mata uang negara kawasan, termasuk nilai tukar rupiah memang saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen eksternal.
Namun, data neraca perdagangan yang akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pekan ini akan menentukan arah pergerakan rupiah. Jika kembali mengalami defisit yang cukup besar, bukan berarti rupiah kembali ke Rp 15.000/US$.
"Tergantung datanya. Kalau tidak begitu baik, bisa. Karena itu yang ditunggu pasar, dan ditambah dengan concern dengan Fed," kata David saat berbincang dengan CNBC Indonesia.
David memperkirakan, neraca perdagangan Indonesia Oktober akan kembali mencetak defisit US$ 300 juta, dengan ekspor yang tumbuh minus 1,25% dan impor yang tumbuh melejit hingga 7,9%.
Meski demikian, apabila data neraca perdagangan bisa positif maka pelemahan rupiah akan tertahan, karena secara fundamental kondisi perekonomian Indonesia masih cukup bagus terlihat dari inflasi yang stabil dan akselerasi ekonomi di kuartal III-2018.
Sementara itu, Ekonom Maybank Myrdal Gunarto memperkirakan, rupiah memang akan kembali ke atas level Rp 15.000/US$ sejalan dengan kenaikan impor, serta kebutuhan valas yang tinggi di penghujung tahun.
"Ini akan membawa posisi dolar kembali ke level di atas Rp 15.000/US$ hingga akhir tahun," jelas Myrdal.
[Gambas:Video CNBC]
Pada hari ini, Selasa (13/11/2018) pukul 14:00 WIB, US$ 1 dihargai pada Rp 14.865 di pasar spot. Mata uang Garuda melemah 0,37% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin, Senin (12/11/2018).
Predikat sebagai mata uang terbaik di antar negara kawasan pun berbalik menjadi yang terlemah. Lantas, apakah pada pekan ini rupiah bisa kembali ke atas level Rp 15.000/US$?
Namun, data neraca perdagangan yang akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pekan ini akan menentukan arah pergerakan rupiah. Jika kembali mengalami defisit yang cukup besar, bukan berarti rupiah kembali ke Rp 15.000/US$.
"Tergantung datanya. Kalau tidak begitu baik, bisa. Karena itu yang ditunggu pasar, dan ditambah dengan concern dengan Fed," kata David saat berbincang dengan CNBC Indonesia.
David memperkirakan, neraca perdagangan Indonesia Oktober akan kembali mencetak defisit US$ 300 juta, dengan ekspor yang tumbuh minus 1,25% dan impor yang tumbuh melejit hingga 7,9%.
Meski demikian, apabila data neraca perdagangan bisa positif maka pelemahan rupiah akan tertahan, karena secara fundamental kondisi perekonomian Indonesia masih cukup bagus terlihat dari inflasi yang stabil dan akselerasi ekonomi di kuartal III-2018.
Sementara itu, Ekonom Maybank Myrdal Gunarto memperkirakan, rupiah memang akan kembali ke atas level Rp 15.000/US$ sejalan dengan kenaikan impor, serta kebutuhan valas yang tinggi di penghujung tahun.
"Ini akan membawa posisi dolar kembali ke level di atas Rp 15.000/US$ hingga akhir tahun," jelas Myrdal.
[Gambas:Video CNBC]
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Most Popular