Rupiah Masih di Dasar Klasemen Mata Uang Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 November 2018 12:45
Angin Segar dan China dan Perlambatan Dolar AS Bantu Rupiah
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Aura positif bagi mata uang Asia hadir dari potensi damai dagang AS-China yang semakin besar. Sudah terkonfirmasi bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan bertemu dan berdialog di sela-sela KTT G20 di Buenos Aires (Argentina) akhir bulan ini. 

Sebelum pertemuan itu, South China Morning Post melaporkan bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He akan berkunjung ke Washington dalam waktu dekat. Kedatangan Liu adalah untuk mematangkan rencana dialog Trump-Xi. 

Pelaku pasar menaruh harapan besar kepada pertemuan ini. Bahkan doa investor adalah hasil pembicaraan ini begitu positif hingga membuat Trump dan Xi mencabut seluruh bea masuk yang sudah diterapkan. Jika itu terjadi, maka perang dagang resmi berakhir. 

Meski masih belum terjadi, tapi ekspektasi ini berhasil mendorong risk appetite di pasar. Kini investor lebih berani mengambil risiko dengan masuk ke pasar keuangan Asia, yang membuat mata uang Benua Kuning mampu menguat. 

Plus faktor eksternal juga mendukung. Pada pukul 12:34 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi dolar AS secara relatif di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,05%. 

Sepertinya greenback sedang mengalami tekanan jual akibat profit taking. Sebab dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah menguat 1,23% dan selama sebulan ke belakang penguatannya mencapai 2,39%. Tidak heran jika kemudian investor tergoda untuk mencairkan laba.  

Berbagai sentimen positif itu sudah membuat rupiah menipiskan pelemahan. Namun untuk mencapai zona hijau sepertinya masih terlalu jauh. Lagi-lagi rupiah harus puas duduk di dasar klasemen mata uang Asia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular