
Kala Celine Dion Sampai Suju Ikut Bikin CAD RI Jebol
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
12 November 2018 13:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) kuartal III-2018, membengkak hingga US$ 8,8 miliar atau 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pelebaran CAD sudah diproyeksi oleh banyak pihak, termasuk Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Perry menyatakan, kondisi defisit migas yang tinggi seiring melambungnya harga minyak jadi penyebab CAD bengkak sulit dihindari.
"Kan masih ada Juli sama Agustus 2018. Yang memang masih tinggi. Utamanya di Migas. Kemarin defisit besar di migas. Apakah B20, kenaikan harga BBM. Di Kuartal III-2018 masih wajar kalau di atas 3%. Tapi perkiraan kami di Kuartal III-2018 tidak akan lebih dari 3,5%," papar Perry di Gedung BI, Jumat (26/10/2018). Tidak hanya Gubernur BI, para ekonom pun memproyeksi CAD akan semakin melembar di kuartal III-2018.
Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro memprediksi CAD akan berada di level 3,3% dari PDB. Pendapat yang sama diutarakan oleh ekonom Bank BCA David Sumual jika CAD tidak akan jauh dari level 3,3% dari PDB.
Proyeksi tersebut pun akhir terbukti dengan rilis data yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) pada Jumat (9/11/2018). CAD yang menembus angka 3,37% sebenarnya jadi ironi tersendiri, khususnya bagi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Pasalnya, ini merupakan defisit terbesar yang dialami sejak beliau memimpin Indonesia di Oktober 2014.
Sebelumnya Presiden Jokowi memimpin, Indonesia sebenarnya pernah mengalami defisit lebih tinggi yaitu 4,2% dari PDB di kuartal II-2014. Namun di masa kepemimpinan Jokowi, kondisi transaksi berjalan masih berjalan minus hingga kuartal III-2018. Jika kita perdalam, ada beberapa penyebab melonjak CAD di kuartal III salah satunya meningkatnya defisit neraca perdagangan jasa.
Pada periode tersebut, defisit neraca perdagangan jasa mencapai US$ 2,215 miliar atau tertinggi sejak awal tahun. Meningkatnya defisit tidak lepas dari kenaikan nilai impor. Pada periode tersebut, nilai impor mencapai US$ 9,740 miliar atau tertinggi setidaknya dalam 3 tahun terakhir
Nilai impor jasa yang membengkak, didorong kenaikan impor dari sisi jasa transportasi. Pada kuartal III-2018, defisit jasa transportasi mencapai US$ 2,421 miliar atau tertinggi dalam 3 tahun terakhir.
Peningkatan impor jasa, seiring kenaikan intensitas pengiriman barang dari luar negeri. Pada kuartal III, nilai impor transportasi barang mencapai US$ 2,210 miliar atau 7 kali lipat lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor yang hanya US$ 365 juta. Hal ini bisa terjadi seiring tingginya impor selama kuartal III 2018.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2018, Secara akumulatif impor barang baik migas maupun non-migas mencapai 43,82 juta ton atau lebih tinggi dibandingkan kuartal III-2017 yaitu 41,18 juta ton.
Tidak hanya dari sisi barang, defisit neraca jasa juga diakibatkan tingginya defisit dari sisi orang (penumpang). Selama kuartal III-2018, defisit neraca transportasi orang meningkat seiring meningkatnya wisatawan nasional (wisnas) yang berpergian ke luar negeri. Berdasarkan laporan BI, arus wisnas yang keluar negeri mencapai 2,47 juta atau lebih tinggi dibandingkan kuartal II-2018 yaitu 2,39 juta.
Selain arus wisnas yang keluar negeri, adanya konser penyanyi-penyanyi internasional di Indonesia juga ikut mendorong arus valas keluar Indonesia. Selama periode Juli-Agustus 2018, terhitung ada beberapa artis terkenal yang menggelar konser seperti Celine Dion, Boyzone hingga Super Junior atau Suju dalam penutupan pentas Asian Games lalu.
Lantas, mengapa konser penyanyi asing bisa menyebabkan valas keluar? Ini terjadi karena saat panitia mendatangkan artis tersebut, ada dana-dana yang dikeluarkan misalnya akomodasi (tiket, barang-barang peralatan, team). Ketika ini dibayarkan, maka secara tidak langsung mempengaruhi besar aliran valas yang keluar dari Indonesia.
Beberapa kondisi ini, menyebabkan defisit dari neraca jasa ikut meningkat, khususnya transportasi membengkak dan berimbas kepada CAD di kuartal III-2018 yang tertinggi dalam 4 tahun terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
"Kan masih ada Juli sama Agustus 2018. Yang memang masih tinggi. Utamanya di Migas. Kemarin defisit besar di migas. Apakah B20, kenaikan harga BBM. Di Kuartal III-2018 masih wajar kalau di atas 3%. Tapi perkiraan kami di Kuartal III-2018 tidak akan lebih dari 3,5%," papar Perry di Gedung BI, Jumat (26/10/2018). Tidak hanya Gubernur BI, para ekonom pun memproyeksi CAD akan semakin melembar di kuartal III-2018.
Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro memprediksi CAD akan berada di level 3,3% dari PDB. Pendapat yang sama diutarakan oleh ekonom Bank BCA David Sumual jika CAD tidak akan jauh dari level 3,3% dari PDB.
Proyeksi tersebut pun akhir terbukti dengan rilis data yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) pada Jumat (9/11/2018). CAD yang menembus angka 3,37% sebenarnya jadi ironi tersendiri, khususnya bagi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Pasalnya, ini merupakan defisit terbesar yang dialami sejak beliau memimpin Indonesia di Oktober 2014.
Sebelumnya Presiden Jokowi memimpin, Indonesia sebenarnya pernah mengalami defisit lebih tinggi yaitu 4,2% dari PDB di kuartal II-2014. Namun di masa kepemimpinan Jokowi, kondisi transaksi berjalan masih berjalan minus hingga kuartal III-2018. Jika kita perdalam, ada beberapa penyebab melonjak CAD di kuartal III salah satunya meningkatnya defisit neraca perdagangan jasa.
Pada periode tersebut, defisit neraca perdagangan jasa mencapai US$ 2,215 miliar atau tertinggi sejak awal tahun. Meningkatnya defisit tidak lepas dari kenaikan nilai impor. Pada periode tersebut, nilai impor mencapai US$ 9,740 miliar atau tertinggi setidaknya dalam 3 tahun terakhir
Nilai impor jasa yang membengkak, didorong kenaikan impor dari sisi jasa transportasi. Pada kuartal III-2018, defisit jasa transportasi mencapai US$ 2,421 miliar atau tertinggi dalam 3 tahun terakhir.
Peningkatan impor jasa, seiring kenaikan intensitas pengiriman barang dari luar negeri. Pada kuartal III, nilai impor transportasi barang mencapai US$ 2,210 miliar atau 7 kali lipat lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor yang hanya US$ 365 juta. Hal ini bisa terjadi seiring tingginya impor selama kuartal III 2018.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2018, Secara akumulatif impor barang baik migas maupun non-migas mencapai 43,82 juta ton atau lebih tinggi dibandingkan kuartal III-2017 yaitu 41,18 juta ton.
Tidak hanya dari sisi barang, defisit neraca jasa juga diakibatkan tingginya defisit dari sisi orang (penumpang). Selama kuartal III-2018, defisit neraca transportasi orang meningkat seiring meningkatnya wisatawan nasional (wisnas) yang berpergian ke luar negeri. Berdasarkan laporan BI, arus wisnas yang keluar negeri mencapai 2,47 juta atau lebih tinggi dibandingkan kuartal II-2018 yaitu 2,39 juta.
Selain arus wisnas yang keluar negeri, adanya konser penyanyi-penyanyi internasional di Indonesia juga ikut mendorong arus valas keluar Indonesia. Selama periode Juli-Agustus 2018, terhitung ada beberapa artis terkenal yang menggelar konser seperti Celine Dion, Boyzone hingga Super Junior atau Suju dalam penutupan pentas Asian Games lalu.
Lantas, mengapa konser penyanyi asing bisa menyebabkan valas keluar? Ini terjadi karena saat panitia mendatangkan artis tersebut, ada dana-dana yang dikeluarkan misalnya akomodasi (tiket, barang-barang peralatan, team). Ketika ini dibayarkan, maka secara tidak langsung mempengaruhi besar aliran valas yang keluar dari Indonesia.
Beberapa kondisi ini, menyebabkan defisit dari neraca jasa ikut meningkat, khususnya transportasi membengkak dan berimbas kepada CAD di kuartal III-2018 yang tertinggi dalam 4 tahun terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(alf/dru) Next Article BI: CAD 2021 di 0,6-1,4% PDB
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular