Pertumbuhan Ekonomi RI Jalan di Tempat, Apa yang Salah?

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
12 November 2018 11:35
Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stagnan.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stagnan. Geliat perekonomian domestik -terutama di era pemerintahan Jokowi- hanya mampu tumbuh 5%.

Lantas, apa yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan? Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas pun menjelaskan secara rinci mengenai hal tersebut.

"Berdasarkan diagnosa kami, faktor utama yang membuat pertumbuhan ekonomi kita stagnan adalah produktivitas," kata Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Selasa (12/11/2018).

Hal ini dikemukakan Bambang dalam keynote speech yang dibacakan oleh Staf Ahli Menteri PPN Bidang Pembangunan Sektor Unggulan dan Infrastruktur Bambang Priyambodo di Universitas Indonesia.

Menurut Bambang, tingkat produktivitas Indonesia masih tertinggal dari negara lain. Masalahnya, sambung mantan Menteri Keuangan itu, adalah transformasi struktural yang tercermin dari tenaga kerja di Indonesia.

"Lebih dari 30% tenaga kerja bekerja di sektor pertanian. Selain itu juga masalah deindustrialisasi. Meskipun pangsa industri manufaktur kita masih tinggi, namun dibandingkan Malaysia dan Thailand, justru turun," jelasnya.

"Buruknya kinerja industri manufaktur memiliki dampak yang jelas terhadap kinerja perdagangan internasional. Setelah 40 tahun, ekspor kita masih didominasi oleh komoditas," katanya.

Lalu, kenapa transformasi struktural Indonesia belum optimal? Menurut Bambang, ada tiga alasan yang membuat transformasi struktural yang sudah dilakukan belum cukup membantu meningkatkan produktivitas.

Pertama, minimnya investasi di pembangunan infrastruktur. Meskipun di era pemerintahan Jokowi pembangunan infrastruktur sudah digencarkan, namun hal tersebut dianggap belum cukup mengingat Indonesia sudah jauh tertinggal.

"Investasi infrastruktur yang kami lakukan dalam beberapa tahun terakhir cukup membantu, tapi itu masih belum cukup," kata Bambang.

Kedua, investasi dalam peralatan mesin dan Foreign Direct Investment (FDI) yang masih relatif rendah. "Kita tidak bisa mengharapkan manufaktur tumbuh, jika mereka tidak berinvestasi di peralatan dan mesin," jelasnya.

Ketiga, investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini dibuktikan dari mayoritas tenaga kerja Indonesia yang masih di dominasi oleh pekerja informal.






(dru) Next Article Menguat Lebih dari 1%, Rupiah Tembus Level 15.620/Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular