Dapat Angin Segar dari China, Rupiah Masih Terlemah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 November 2018 09:38
Rupiah Kurang Dapat Dukungan
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Well, rupiah memang masih menanggung beban berat. Sentimen domestik dan eksternal sedang kurang mendukung mata uang Tanah Air. 

Dari dalam negeri, akhir pekan lalu Bank Indonesia (BI) merilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal III-2018. Hasilnya sesuai perkiraan, defisit NPI lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya. 

Pada kuartal III-2018, NPI mengalami defisit US$ 4,39 miliar. Lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yang juga minus US$ 4,31 miliar. Pencapaian kuartal III-2018 merupakan yang terendah sejak kuartal III-2015. 

NPI terdiri dari transaksi berjalan (current account) serta transaksi modal dan finansial. Pada kuartal II-2018, keduanya tekor. 

Transaksi berjalan, yang menggambarkan pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa, mengalami defisit US$ 8,85 miliar atau 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini merupakan defisit terdalam sejak kuartal II-2014. Pos ini menjadi perhatian utama pelaku pasar, karena mencerminkan pasokan devisa dari sumber yang lebih berjangka panjang yaitu perdagangan.  


Sementara transaksi modal dan finansial, yang mencerminkan pasokan valas dari investasi di sektor riil dan pasar keuangan, defisit US$ 4,67 miliar. Lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yaitu minus US$ 3,44 miliar. 

Data NPI, terutama transaksi berjalan, menjadi perhatian utama pelaku pasar. Pasalnya, data ini mencerminkan pasokan di perekonomian nasional. Jika defisit, berarti memang pasokan valas sedang seret sehingga wajar kalau rupiah melemah. 

Dengan NPI (dan transaksi berjalan) yang defisit, bahkan lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya, maka artinya Indonesia sedang kekurangan valas. Ini tentu akan menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan domestik terutama rupiah. 

Tidak hanya domestik, faktor eksternal juga berat buat rupiah. Pasalnya dolar AS memang perkasa. Dollar Index, yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia, menguat 0,08% pada puku 09:31 WIB. 

Dolar AS masih merasakan suntikan adrenalin dari hasil rapat The Federal Reserbe/The Fed edisi Oktober 2018. Jerome 'Jay' Powell dan sejawat memang mempertahankan suku bunga acuan di 2-2,25%. Namun The Fed masih memandang kenaikan suku bunga acuan secara bertahap adalah kebijakan yang layak untuk ditempuh. 


Pernyataan ini membuat pelaku pasar bernafsu memburu dolar AS. Pasalnya kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengatrol imbalan investasi, terutama di instrumen berpendapatan tetap.  

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular