
Janji BI: Rilis Data CAD Q3-2018 Tak Akan Bebani Rupiah
Chandra Asmara, CNBC Indonesia
09 November 2018 14:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Data defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang akan dirilis pada sore ini, Jumat (9/11/2018) diklaim tidak akan memberikan beban terhadap nilai tukar rupiah.
Hal tersebut dikemukakan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat berbincang dengan awak media di kompleks bank sentral. Perry meyakini, daya CAD kuartal III-2018 sudah diperhitungkan pasar.
"Kami sudah komunikasikan bahwa CAD kuartal III itu lebih tinggi dari kuartal II. Meski lebih tinggi, itu di bawah 3,5% dari PDB," kata Perry.
Melihat proyeksi beberapa analis dan diestimasi kembali oleh CNBC Indonesia dengan melihat rentang beserta rata-rata dari proyeksi, maka CAD pada kuartal III-2018 bakal berada di 3,3%-3,4% dari produk domestik bruto (PDB).
Sementara itu, estimasi defisit neraca transaksi berjalan bisa mencapai US$ 8,5 - US$ 9 miliar. Empat tahun lalu atau tepatnya Juni 2014, defisif neraca transaksi berjalan mencapai US$ 9,11 miliar atau 4,3% dari PDB.
Dalam sebuah dokumen yang dibahas dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG), CAD berdasarkan perhitungan bank sentral bakal melebar ke 3,34% dari PDB. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan posisi kuartal II-2018.
Perry pun tak memungkiri, defisit transaksi berjalan pada kuartal III-2018 bakal lebih dalam dibandingkan posisi pada kuartal II-2018. Namun, hal tersebut diklaim tidak akan memberikan dampak buruk bagi rupiah.
Apalagi, bank sentral telah terlebih dahulu mengkomunikasikan proyeksi defisit transaksi berjalan pada kuartal IV-2018 menurun. Sehingga secara keseluruhan, CAD tetap berada di bawah 3% dari PDB.
"Kami sudah komunikasikan bahwa di kuartal IV, dan 2019 akan menurun. Sehingga secara keseluruhan untuk 2018 perkiraan kami tetap di bawah 3% dari PDB," jelasnya.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Hal tersebut dikemukakan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat berbincang dengan awak media di kompleks bank sentral. Perry meyakini, daya CAD kuartal III-2018 sudah diperhitungkan pasar.
"Kami sudah komunikasikan bahwa CAD kuartal III itu lebih tinggi dari kuartal II. Meski lebih tinggi, itu di bawah 3,5% dari PDB," kata Perry.
Sementara itu, estimasi defisit neraca transaksi berjalan bisa mencapai US$ 8,5 - US$ 9 miliar. Empat tahun lalu atau tepatnya Juni 2014, defisif neraca transaksi berjalan mencapai US$ 9,11 miliar atau 4,3% dari PDB.
Dalam sebuah dokumen yang dibahas dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG), CAD berdasarkan perhitungan bank sentral bakal melebar ke 3,34% dari PDB. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan posisi kuartal II-2018.
Perry pun tak memungkiri, defisit transaksi berjalan pada kuartal III-2018 bakal lebih dalam dibandingkan posisi pada kuartal II-2018. Namun, hal tersebut diklaim tidak akan memberikan dampak buruk bagi rupiah.
Apalagi, bank sentral telah terlebih dahulu mengkomunikasikan proyeksi defisit transaksi berjalan pada kuartal IV-2018 menurun. Sehingga secara keseluruhan, CAD tetap berada di bawah 3% dari PDB.
"Kami sudah komunikasikan bahwa di kuartal IV, dan 2019 akan menurun. Sehingga secara keseluruhan untuk 2018 perkiraan kami tetap di bawah 3% dari PDB," jelasnya.
(dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Most Popular