
Rupiah Kuat, Sri Mulyani: Berliku tapi RI Tetap Bisa Jalan
Exist In Exist, CNBC Indonesia
07 November 2018 16:40

Nusa Dua, Bali, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencoba bersikap tenang di tengah euforia penguatan rupiah yang mencapai 1,52% ke posisi Rp 14.575/US$ hari ini saja, Rabu (7/11/2018).
Ia memandang hal ini merupakan dinamika perekonomian global yang harus dikelola dalam mengatur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Kadang-kadang sentimennya membaik, terutama karena kita dalam berbagai kesempatan terus-menerus menyampaikan bahwa Indonesia adalah emerging economy yang dari sisi pertumbuhannya di atas 5%, inflasi rendah, fiskal defisitnya rendah, debt to GDP ratio-nya rendah, policy-nya sangat progresif, structure policy untuk investasinya juga ambisius," ujarnya di Nusa Dua, Bali, hari Rabu.
"Kita dengan berbagai strategi yang kita lakukan bersama BI (Bank Indonesia) dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) kita menjaga stabilitas dari sektor keuangan dan stabilitas ekonomi kita, sehingga lama-lama mereka (investor) juga melihat bahwa ada sentimen yang positif," tambahnya.
Nilai tukar rupiah terhadap greenback terus menguat tajam, terutama dalam dua hari terakhir. Posisi penutupan rupiah di pasar spot hari Rabu merupakan level terkuatnya sejak 22 Agustus, menurut data Refinitiv.
Bahkan, BI mengaku telah tidak lagi secara aktif melakukan intervensi secara aktif di pasar selama dua minggu terakhir karena rupiah terus menguat.
Sri Mulyani meyakinkan bahwa pemerintah akan terus menjaga ekonomi agar bergerak dinamis di tengah tantangan global yang diperkirakan semakin kuat menekan rupiah di Desember, seperti kenaikan suku bunga acuan AS dan perang dagang global.
"Tidak berarti bahwa kita kemudian mengatakan pas lagi bagus kita ngaku bagus, pas enggak bagus, enggak ngaku," ujarnya.
"Jadi kita tetap menjaga fleksibilitas ekonomi, sehingga waktu gejolak atau perubahan terjadi, ekonomi kita itu tidak mudah patah, tapi mungkin enggak bisa enggak bergoyang, tapi kita tetap bertahan."
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu berharap pemerintah tetap bisa fokus pada kebijakan yang ingin dilaksanakan meskipun tantangan menghadang.
"Walaupun suasananya sama seperti kita naik mobil, kadang ada badai, ada hujan, kadang jalannya berliku tapi kita tetap bisa jalan."
[Gambas:Video CNBC]
(prm/dob) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Ia memandang hal ini merupakan dinamika perekonomian global yang harus dikelola dalam mengatur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Kadang-kadang sentimennya membaik, terutama karena kita dalam berbagai kesempatan terus-menerus menyampaikan bahwa Indonesia adalah emerging economy yang dari sisi pertumbuhannya di atas 5%, inflasi rendah, fiskal defisitnya rendah, debt to GDP ratio-nya rendah, policy-nya sangat progresif, structure policy untuk investasinya juga ambisius," ujarnya di Nusa Dua, Bali, hari Rabu.
Nilai tukar rupiah terhadap greenback terus menguat tajam, terutama dalam dua hari terakhir. Posisi penutupan rupiah di pasar spot hari Rabu merupakan level terkuatnya sejak 22 Agustus, menurut data Refinitiv.
![]() |
Sri Mulyani meyakinkan bahwa pemerintah akan terus menjaga ekonomi agar bergerak dinamis di tengah tantangan global yang diperkirakan semakin kuat menekan rupiah di Desember, seperti kenaikan suku bunga acuan AS dan perang dagang global.
"Tidak berarti bahwa kita kemudian mengatakan pas lagi bagus kita ngaku bagus, pas enggak bagus, enggak ngaku," ujarnya.
"Jadi kita tetap menjaga fleksibilitas ekonomi, sehingga waktu gejolak atau perubahan terjadi, ekonomi kita itu tidak mudah patah, tapi mungkin enggak bisa enggak bergoyang, tapi kita tetap bertahan."
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu berharap pemerintah tetap bisa fokus pada kebijakan yang ingin dilaksanakan meskipun tantangan menghadang.
"Walaupun suasananya sama seperti kita naik mobil, kadang ada badai, ada hujan, kadang jalannya berliku tapi kita tetap bisa jalan."
[Gambas:Video CNBC]
(prm/dob) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Most Popular