
SGD Lewat, Giliran Yuan ditekan Rupiah Hingga 6 hari Beruntun
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
07 November 2018 10:43

Jakarta, CNBC Indonesia- Kurs rupiah lagi-lagi perkasa terhadap yuan hingga 6 hari perdagangan secara beruntun. Aliran modal asing ke pasar saham pagi ini, disinyalir jadi salah satu faktor penguatan tersebut.
Pada Rabu (7/11/2018), pukul 10:20 WIB, CNY 1 di pasar spot ditransaksikan di Rp 2.128,38. Rupiah menguat 0,46% dibandingkan perdagangan kemarin. Di sisi lain, Ini adalah posisi terkuat rupiah sejak 23 Agustus 2018.
Pasar keuangan Indonesia nampaknya lebih menarik saat ini bagi investor asing, terutama sejak rilis data terbaru pertumbuhan penjualan ritel per September 2018. Bank Indonesia (BI) kemarin merilis data indeks penjualan ritel per September tumbuh 4,8% Year-on-Year (YoY).
Secara historis, pertumbuhan memang melambat dari periode bulan sebelumnya yang mencapai 6,1%. Namun, rilis data ini lebih tinggi dari konsensus pasar yang dihimpun oleh trading economics sebesar 3,5%. Selain itu, pencapaian ini juga lebih tinggi dibandingkan bulan September 2017 yang hanya 1,9%.
Penjualan yang masih tumbuh, jadi pertanda jika konsumsi masyarakat terjaga. Hal ini memicu ekspektasi, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stabil di tengah dinamika ekonomi global. Investor asing pun berbondong-bondong memburu instrumen investasi di pasar saham. Hingga pukul 10:34 WIB, aksi beli bersih mencapai Rp 547,06 miliar. Situasi tersebut ikut berimbas kepada penguatan rupiah terhadap mata uang negara kawasan, termasuk yuan China.
Sementara itu, Penguatan yang ada berhasil mendorong harga jual yuan di beberapa bank nasional turun di bawah Rp 2.200. Berikut data perdagangan di tiga bank nasional terbesar hingga pukul 10:37 WIB:
Pada Rabu (7/11/2018), pukul 10:20 WIB, CNY 1 di pasar spot ditransaksikan di Rp 2.128,38. Rupiah menguat 0,46% dibandingkan perdagangan kemarin. Di sisi lain, Ini adalah posisi terkuat rupiah sejak 23 Agustus 2018.
Secara historis, pertumbuhan memang melambat dari periode bulan sebelumnya yang mencapai 6,1%. Namun, rilis data ini lebih tinggi dari konsensus pasar yang dihimpun oleh trading economics sebesar 3,5%. Selain itu, pencapaian ini juga lebih tinggi dibandingkan bulan September 2017 yang hanya 1,9%.
Penjualan yang masih tumbuh, jadi pertanda jika konsumsi masyarakat terjaga. Hal ini memicu ekspektasi, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stabil di tengah dinamika ekonomi global. Investor asing pun berbondong-bondong memburu instrumen investasi di pasar saham. Hingga pukul 10:34 WIB, aksi beli bersih mencapai Rp 547,06 miliar. Situasi tersebut ikut berimbas kepada penguatan rupiah terhadap mata uang negara kawasan, termasuk yuan China.
Sementara itu, Penguatan yang ada berhasil mendorong harga jual yuan di beberapa bank nasional turun di bawah Rp 2.200. Berikut data perdagangan di tiga bank nasional terbesar hingga pukul 10:37 WIB:
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 2.036,00 | Rp 2.186,00 |
Bank BRI | Rp 2.067,45 | Rp 2.217,49 |
Bank BCA | Rp 2.071,00 | Rp 2.199,00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(alf/alf) Next Article Perang Dagang Juga Bikin Rupiah Ikut Terjungkal
Most Popular