
Rupiah Menguat Tajam Terhadap SGD, Kok Bisa?
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
06 November 2018 09:32

Jakarta, CNBC Indonesia- Kurs rupiah menguat cukup tajam terhadap dolar Singapura pagi ini. Rilis pertumbuhan ekonomi kuartal III-2018 yang lebih tinggi dari ekspektasi, jadi salah satu bahan bakar penguatan tersebut.
Pada Selasa (6/11/2018), pukul 09:09 WIB, SG$ 1 pada pasar spot ditransaksikan di Rp 10.812,97. Rupiah menguat 0,69 % dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Ini adalah penguatan tertinggi sejak pertengahan September 2018.
Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2018 sebesar 5,17% Year-on-Year (YoY). Meskipun pencapaian ini lebih lambat dibandingkan kuartal II-2018 sebesar 5,27%, namun lebih tinggi dari konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia sebesar 5,14%. Di sisi lain, pencapaian ini lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun 2017 sebesar 5,06% YoY.
Saat kondisi ekonomi global yang tidak menentu, keberhasilan pemerintah mempertahankan tren positif pertumbuhan ekonomi tentu diapresiasi pasar. Terlebih bank-bank sentral di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, mulai mengetatkan kebijakan moneternya guna merespon normalisasi kebijakan di Amerika Serikat (AS).
Bank Indonesia (BI) sendiri telah menaikkan suku bunga acuan hingga 150 basis poin (bps) pada tahun ini. Imbas dari kebijakan ini, tentu mengancam pertumbuhan beberapa variabel pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) diantaranya investasi dan konsumsi. Namun faktanya, kedua variabel tetap tumbuh baik.
Sektor investasi masih tumbuh 6,96%, bahkan lebih baik dibandingkan kuartal II-2018 yaitu 5,86%. Sementara konsumsi masih terjaga di atas 5%. Ketika dua variabel ini kontributor terbesar pembentuk PDB. Maka, saat pertumbuhan keduannya masih terjaga, akan mendorong pertumbuhan ekonomi tetap positif. Dampak dari pertumbuhan ekonomi di kuartal III yang masih bagus, ikut memberikan imbas penguatan bagi rupiah terhadap mata uang global termasuk dolar Singapura.
Sementara itu, penguatan yang terjadi menyebabkan harga jual dolar Singapura turun di bawah Rp 11.000/SG$. Berikut data kurs mata uang tersebut di empat bank utama nasional hingga pukul 09:25 WIB:
Pada Selasa (6/11/2018), pukul 09:09 WIB, SG$ 1 pada pasar spot ditransaksikan di Rp 10.812,97. Rupiah menguat 0,69 % dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Ini adalah penguatan tertinggi sejak pertengahan September 2018.
Saat kondisi ekonomi global yang tidak menentu, keberhasilan pemerintah mempertahankan tren positif pertumbuhan ekonomi tentu diapresiasi pasar. Terlebih bank-bank sentral di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, mulai mengetatkan kebijakan moneternya guna merespon normalisasi kebijakan di Amerika Serikat (AS).
Bank Indonesia (BI) sendiri telah menaikkan suku bunga acuan hingga 150 basis poin (bps) pada tahun ini. Imbas dari kebijakan ini, tentu mengancam pertumbuhan beberapa variabel pembentuk Produk Domestik Bruto (PDB) diantaranya investasi dan konsumsi. Namun faktanya, kedua variabel tetap tumbuh baik.
Sektor investasi masih tumbuh 6,96%, bahkan lebih baik dibandingkan kuartal II-2018 yaitu 5,86%. Sementara konsumsi masih terjaga di atas 5%. Ketika dua variabel ini kontributor terbesar pembentuk PDB. Maka, saat pertumbuhan keduannya masih terjaga, akan mendorong pertumbuhan ekonomi tetap positif. Dampak dari pertumbuhan ekonomi di kuartal III yang masih bagus, ikut memberikan imbas penguatan bagi rupiah terhadap mata uang global termasuk dolar Singapura.
Sementara itu, penguatan yang terjadi menyebabkan harga jual dolar Singapura turun di bawah Rp 11.000/SG$. Berikut data kurs mata uang tersebut di empat bank utama nasional hingga pukul 09:25 WIB:
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 10.696,00 | Rp 11.017,00 |
Bank BNI | Rp 10.768,00 | Rp 11.028,00 |
Bank BRI | Rp 10.790,81 | Rp 10.977,87 |
Bank BCA | Rp 10.765,00 | Rp 10.991,00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(alf/alf) Next Article Rekor Pelemahan Rupiah Terhadap SGD Terus Tercipta
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular