Terbaik! Rupiah Menguat Sendirian di Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 November 2018 09:01
Dua Faktor Penopang Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sentimen lain yang menopang rupiah adalah penurunan harga minyak. Pada pukul 08:45 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,46% dan light sweet terkoreksi 0,32%. 

Ternyata kekhawatiran kekurangan pasokan minyak di pasar dunia belum terbukti. Sebab, AS memberi keringanan kepada delapan negara untuk tetap boleh membeli minyak dari Negeri Persia. Delapan negara tersebut adalah China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, India, Turki, Italia, dan Yunani. 

Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, mengatakan bahwa pengecualian itu diberikan karena negara-negara tersebut sudah mengurangi impor minyak dari Iran selama 6 bulan terakhir. Selain itu, AS juga tidak mau harga minyak langsung naik tidak karuan gara-gara sanksi ini. 

"Saya bisa saja memotong pasokan minyak Iran menjadi nol dengan segera. Namun itu akan menimbulkan shock di pasar. Saya tidak mau membuat harga minyak naik," tegas Pompeo, dikutip dari Reuters. 

Koreksi harga minyak bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah karena penurunan harga minyak akan menurunkan biaya impor migas. Neraca migas yang defisit sangat dalam menjadi penyebab defisit yang terjadi di transaksi berjalan (current account) sehingga pasokan valas menjadi terbatas dan rupiah sulit menguat. 

Data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2018 juga bisa menjadi penopang penguatan rupiah. Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2010 tumbuh 5,17%. 

Memang melambat dibandingkan kuartal II-2018 yang mencapai 5,27%. Namun lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu 5,14%. 

Ada kemungkinan pelaku pasar memberikan apresiasi karena ekonomi Indonesia mampu tumbuh meski banyak tantangan. Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) alias investasi masih tumbuh 6,96%, bahkan lebih baik dibandingkan kuartal II-2018 yaitu 5,86%.  

Padahal Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan suku bunga acuan 150 basis poin sejak Mei. Kenaikan suku bunga acuan membuat biaya ekspansi meningkat, tetapi nyatanya investasi masih mampu tumbuh. 

Setidaknya dua sentimen tersebut, yaitu harga minyak dan pertumbuhan ekonomi, mampu membuat rupiah perkasa. Bukan sekedar perkasa, tetapi rupiah menjadi mata uang dengan penguatan paling tajam di Asia. Bahkan rupiah mampu menguat sendirian, karena mata uang lainnya masih terkulai lesu di hadapan greenback

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:53 WIB: 



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular