Perang Dagang Mengambang, Pasar Obligasi Lanjut Terbang

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
05 November 2018 20:19
Harga obligasi pemerintah membukukan kenaikan beruntun dalam 5 hari terkahir dengan penguatan hari ini.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah membukukan kenaikan beruntun dalam 5 hari terkahir dengan penguatan hari ini.

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.

Seri acuan yang paling menguat adalah seri 5 tahun dan 20 tahun dengan penurunan yield 6 basis poin (bps) menjadi 8,15% dan 8,74%.
  • FR0063 8.156 -6,6 bps
  • FR0064 8,335 -5,3 bps
  • FR0065 8.639 -3,9 bps
  • FR0075 8.741 -6,6 bps

Penguatan harga SBN hari ini terjadi ketika pasar global masih mendapat angin segar sementara akibat masih mengambangnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

J. Richard Nadapdap, Heaf of Fixed Income PT Maybank Asset Management, mengatakan penguatan harga SBN hari ini mulai disertai volume transaksi yang cukup besar.

"Tidak seperti pekan lalu di mana volume lebih kecil sehingga penguatannya kurang meyakinkan," ujarnya kepada CNBC Indonesia.

Dia menambahkan saat ini investor lokal mulai melepas obligasi korporasi sehingga mengindikasikan sedang mengumpulkan amunisi dana hingga menunggu saat yang tepat untuk masuk ke pasar SBN.




(dru) Next Article Market Bites: WIKA Siap Galang Dana dari Obligasi dan Sukuk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular