
Perkasa di Kurs Acuan, Rupiah Nelangsa di Pasar Spot
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 November 2018 10:46

Dolar AS semakin mantap menunjukkan taringnya. Pada pukul 10:18 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,05%.
Penguatan dolar AS mungkin sudah saatnya. Harap maklum, Dollar Index sudah terkoreksi 0,65% sejak awal bulan. Dalam seminggu terakhir saja indeks ini masih melemah 0,09%. Oleh karena itu, mungkin hari ini sudah saatnya dolar AS bangkit dari keterpurukan.
Selain itu, risk appetite investor pun turun seiring kembalinya kekhawatiran perang dagang AS vs China. Memang Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping berencana bertemu di sela-sela KTT G20 di Argentina akhir bulan ini. Namun bukan berarti friksi dagang Washington-Beijing bisa selesai diselesaikan oleh pertemuan ini.
"Saya tidak seoptimitis sebelumnya mengenai pembicaraan dagang dengan China. Bahkan Bapak Presiden bisa saja menarik pelatuk dan mengenakan bea masuk baru, tergantung bagaimana hasil pembicaraan," ungkap Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
Kudlow membuat mood pelaku pasar kembali suram, bahwa risiko perang dagang lanjutan masih ada. Akibatnya, investor melepas aset-aset berisiko seperti saham dan kembali ke pelukan safe haven. Dolar AS lagi-lagi tertimpa durian runtuh.
Kemudian rilis data di China juga semakin membuat investor menjauhi Asia. Puchasing Managers Index (PMI) di Negeri Tirai Bambu pada periode Oktober 2018 tercatat 50,5, turun drastis dibandingkan bulan sebelumnya yakni 52,1. Angka Oktober merupakan yang paling rendah sejak Juni 2017.
China adalah perekonomian nomor 1 di Asia. Perekonomian China yang muram tentu akan menyeret negara-negara Asia lainnya.
Rantai pasok (supply chain) di Asia berpotensi melambat karena penurunan permintaan dari China. Artinya, pertumbuhan ekonomi Benua Kuning pun terancam melambat.
Investor yang melihat risiko ini kemudian memutuskan cabut dan meninggalkan pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia. Hasilnya jelas, rupiah cs di Asia tak kuasa membendung keperkasaan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Penguatan dolar AS mungkin sudah saatnya. Harap maklum, Dollar Index sudah terkoreksi 0,65% sejak awal bulan. Dalam seminggu terakhir saja indeks ini masih melemah 0,09%. Oleh karena itu, mungkin hari ini sudah saatnya dolar AS bangkit dari keterpurukan.
Selain itu, risk appetite investor pun turun seiring kembalinya kekhawatiran perang dagang AS vs China. Memang Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping berencana bertemu di sela-sela KTT G20 di Argentina akhir bulan ini. Namun bukan berarti friksi dagang Washington-Beijing bisa selesai diselesaikan oleh pertemuan ini.
Kudlow membuat mood pelaku pasar kembali suram, bahwa risiko perang dagang lanjutan masih ada. Akibatnya, investor melepas aset-aset berisiko seperti saham dan kembali ke pelukan safe haven. Dolar AS lagi-lagi tertimpa durian runtuh.
Kemudian rilis data di China juga semakin membuat investor menjauhi Asia. Puchasing Managers Index (PMI) di Negeri Tirai Bambu pada periode Oktober 2018 tercatat 50,5, turun drastis dibandingkan bulan sebelumnya yakni 52,1. Angka Oktober merupakan yang paling rendah sejak Juni 2017.
China adalah perekonomian nomor 1 di Asia. Perekonomian China yang muram tentu akan menyeret negara-negara Asia lainnya.
Rantai pasok (supply chain) di Asia berpotensi melambat karena penurunan permintaan dari China. Artinya, pertumbuhan ekonomi Benua Kuning pun terancam melambat.
Investor yang melihat risiko ini kemudian memutuskan cabut dan meninggalkan pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia. Hasilnya jelas, rupiah cs di Asia tak kuasa membendung keperkasaan dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular