
Selama Sepekan, Rupiah Menguat Tertinggi di ASEAN
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
04 November 2018 11:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menutup perdagangan akhir pekan lalu dengan menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (4/11/2018), menjadikannya sebagai mata uang dengan penguatan tertinggi di Asia Tenggara.
Pada Jumat, US$1 di pasar spot ditutup pada level Rp 14.950. Rupiah menguat signifikan 1,16% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Penguatan rupiah sudah bisa diprediksi sebelum pembukaan pasar spot. Tanda-tanda keperkasaan rupiah terlihat di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) lokal sebelum pasar spot dibuka.
"Tak ada intervensi, [rupiah] menguat karena supply dan demand," ungkap Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (B) Mirza Adityaswara di Museum BI, pada Jumat.
Mirza menjelaskan, situasi pasar keuangan di emerging market termasuk Indonesia dalam dua hari terakhir pekan lalu cukup membaik. Hal ini cukup signifikan teritama didorong AS dan China.
"Didorong satu perundingan AS dan China ada kemajuan sehingga yang selama beberapa bulan terakhir ini pertentangan antara AS dan China itu kan kemudian membuat kurs Reminbi melemah. Ini sengaja mungkin untuk dorong ekspor China," papar Mirza.
"Progress perundingan AS dan China membuat kurs dari negara-negara emerging market menguat dan kurs dolar melemah," imbuh Mirza.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Pada Jumat, US$1 di pasar spot ditutup pada level Rp 14.950. Rupiah menguat signifikan 1,16% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Penguatan rupiah sudah bisa diprediksi sebelum pembukaan pasar spot. Tanda-tanda keperkasaan rupiah terlihat di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) lokal sebelum pasar spot dibuka.
Mirza menjelaskan, situasi pasar keuangan di emerging market termasuk Indonesia dalam dua hari terakhir pekan lalu cukup membaik. Hal ini cukup signifikan teritama didorong AS dan China.
"Didorong satu perundingan AS dan China ada kemajuan sehingga yang selama beberapa bulan terakhir ini pertentangan antara AS dan China itu kan kemudian membuat kurs Reminbi melemah. Ini sengaja mungkin untuk dorong ekspor China," papar Mirza.
"Progress perundingan AS dan China membuat kurs dari negara-negara emerging market menguat dan kurs dolar melemah," imbuh Mirza.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular